mondosiyo tradisi sakral di pancot yang sarat makna dan keberkahan - News | Good News From Indonesia 2025

Mondosiyo,Tradisi Sakral di Pancot yang Sarat Makna dan Keberkahan

Mondosiyo,Tradisi Sakral di Pancot yang Sarat Makna dan Keberkahan
images info

Mondosiyo merupakan salah satu tradisi adat yang khas dari Dusun Pancot, Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.

Tradisi ini telah berlangsung secara turun-temurun dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat setempat.

Dalam esensinya, mondosiyo adalah bentuk ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala perlindungan dan rezeki yang diterima, sekaligus permohonan agar warga terhindar dari bencana serta berbagai penyakit.

Pelaksanaan mondosiyo dimulai pada pagi hari sekitar pukul 07.00 di Punden Bale Patokan, sebuah lokasi yang dianggap sakral oleh masyarakat Pancot. Ritual diawali dengan penyembelihan kambing dan ayam yang menjadi bagian penting dari prosesi.

Punden tersebut bukan hanya sekadar tempat, tetapi juga menjadi pusat spiritualitas dalam tradisi ini. Pada pukul 10.00, masyarakat mulai menyiapkan sesaji, yang merupakan simbol penghormatan kepada leluhur sekaligus permohonan keselamatan.

Sudah Ada Sejak Abad 15, Ini Kisah Desa Jawa Kuno di Semarang yang Ditenggelamkan

Momentum khas lain dalam mondosiyo terjadi ketika gending tradisional berjudul Manyar Sewu mulai dimainkan pada pukul 13.00. Alunan gending ini membawa suasana menjadi semakin khidmat dan memunculkan perasaan syukur yang mendalam.

Tidak hanya gending Manyar Sewu, lagu tradisional lainnya seperti Ladang Wilujeng dan Ladang Dwi Rahayu turut diperdengarkan. Setiap gending memiliki makna tertentu, seperti Ladang Wilujeng yang dimaksudkan untuk memohon keselamatan, dan Ladang Dwi Rahayu yang menjadi pengingat agar masyarakat selalu mengingat Sang Pencipta serta menghormati leluhur.

Acara puncak tradisi mondosiyo berlangsung pada sore hari sekitar pukul 16.00. Pada waktu ini, masyarakat berkumpul di area Balai Pasar Dusun Pancot untuk mengikuti tradisi lempar tangkap ayam.

Sebelum prosesi dimulai, berbagai hiburan tradisional seperti reog turut disuguhkan untuk memeriahkan suasana. Ritual dimulai dengan penyiraman air dari Bale Patokan ke Batu Gilang, sebuah batu sakral yang berada di pelataran pasar.

Setelah itu, ayam-ayam yang dibawa oleh warga yang bernazar dilemparkan ke atap balai, dan ribuan warga berlomba untuk menangkapnya.

Prosesi ini memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat. Bagi mereka yang melempar ayam, ritual ini adalah bentuk ungkapan syukur atas berkah dan cobaan yang telah berhasil dilewati. Di sisi lain, bagi warga yang menangkap ayam, kegiatan ini dipercaya sebagai simbol keberuntungan dan doa agar keberkahan mengalir dalam hidup mereka.

Lempar tangkap ayam bukan hanya sekadar permainan, tetapi juga cerminan solidaritas dan rasa syukur kolektif yang mengakar kuat di masyarakat Pancot.

Makna simbolik tradisi mondosiyo tidak hanya terletak pada setiap ritualnya, tetapi juga pada bagaimana tradisi ini mencerminkan hubungan harmonis antara manusia, leluhur, dan alam semesta.

Penyembelihan hewan dan sesaji menjadi representasi harapan agar masyarakat selalu diberikan kesehatan dan dijauhkan dari mara bahaya. Selain itu, tradisi ini menunjukkan adanya akulturasi budaya yang menarik.

Inggris Serahkan 120 Manuskrip Jawa Kuno Digital ke Pemda DIY

Meskipun tradisi ini berakar pada kepercayaan Jawa Kuno, elemen-elemen nilai Islam seperti doa, nazar, dan sedekah turut menjadi bagian dari prosesi. Hal ini menunjukkan fleksibilitas budaya lokal dalam menerima pengaruh luar tanpa kehilangan identitas aslinya.

Di luar aspek spiritual dan budaya, mondosiyo juga memberikan dampak positif pada perekonomian lokal. Selama tradisi berlangsung, banyak warga yang memanfaatkan momen ini untuk menjual berbagai produk, mulai dari hasil pertanian hingga kerajinan tangan.

Kehadiran pengunjung yang antusias menyaksikan prosesi juga berkontribusi pada peningkatan pendapatan warga. Dengan demikian, mondosiyo bukan hanya menjadi ajang pelestarian budaya, tetapi juga penggerak ekonomi berbasis potensi lokal.

Tradisi ini memegang peranan penting dalam menjaga warisan budaya leluhur dan memperkuat identitas masyarakat Pancot. Di tengah modernisasi yang terus berkembang, mondosiyo menjadi bukti nyata bahwa nilai-nilai tradisional tetap relevan dan memiliki tempat di hati masyarakat.

Selain itu, tradisi ini juga memiliki potensi besar sebagai daya tarik wisata budaya. Pesona uniknya mampu menarik wisatawan untuk mengenal lebih dalam kehidupan masyarakat Pancot yang kaya akan kearifan lokal.

Mondosiyo bukan sekadar upacara adat, tetapi juga perwujudan nilai spiritual, sosial, dan ekonomi yang menyatu dalam harmoni. Pelestarian tradisi ini menjadi tanggung jawab bersama, baik oleh masyarakat setempat maupun pihak luar, agar generasi mendatang tetap dapat merasakan dan menghargai kekayaan budaya yang diwariskan oleh leluhur.

Tradisi mondosiyo mengajarkan bahwa keberkahan hidup terletak pada rasa syukur, harmoni, dan penghormatan terhadap leluhur serta alam semesta.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

YP
NA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.