Indonesia terkenal akan kekayaan alam dan lautannya, yang menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati dan berbagai macam spesies yang unik.
Bagi Kawan yang sering berwisata ke laut atau pantai pasti sudah banyak lebih tahu mengenai spesies-spesies yang ada di sana. Namun, tahukah Kawan kalau di Indonesia terdapat suatu spesies laut yang terkenal sangat langka dan sudah ada sejak 400 juta tahun lalu?
Spesies laut ini bernama belangkas, yang merupakan binatang sejenis kepiting yang tergolong dalam famili Limulidae. Keunikan dari binatang ini adalah bentuknya yang menyerupai tapal kuda sehingga dijuluki sebagai “kepiting tapal kuda” atau horseshoe crab.
Selain bentuknya yang unik serta fakta sejarah yang membuktikan bahwa kepiting ini tergolong fosil hidup, belangkas ternyata memiliki makna sebagai simbol kesetiaan di Indonesia lho Kawan GNFI.
Baca juga: Gunung Berapi di Bawah Laut Ternyata Jadi "Markas" Hiu dan Predator
Simbol Kesetiaan Menurut Filosofi Jawa
Belangkas biasa hidup di daerah-daerah perairan dangkal seperti rawa dan hutan mangrove yang banyak ditemukan di daerah Jawa Tengah.
Masyarakat pesisir Jawa Tengah contohnya di Semarang sudah sangat familiar dengan binatang yang satu ini. Banyak pengepul yang mengolah telur belangkas menjadi masakan-masakan seperti botok dan pepes.
Di kalangan masyarakat Jawa Tengah pun memiliki kepercayaan bahwa belangkas merupakan simbol kesetiaan. Siapa yang mengonsumsi telur belangkas dapat mempererat keharmonisan suami istri lho.
Belangkas atau orang Jawa menyebutnya dengan “Mimi dan Mintuna”. Mimi adalah sebutan untuk belangkas betina. Adapun Mintuna adalah belangkas jantan. Keduanya ternyata memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Bahkan, dipercaya juga bahwa permasalahan suami istri bisa disembuhkan dengan mengkonsumsi mimi ini.
Melansir dari regional.espos.id, banyak orang di Semarang yang memesan telur mimi untuk dikonsumsi. Biasanya pemesan berasal kalangan suami istri yang belum dikaruniai anak atau pasutri yang sedang cekcok.
Kepercayaan ini berasal dari sifat hidup mimi dan mintuna yang selalu harus menempel satu sama lain selama hidupnya dan jika dipisahkan secara paksa, dipastikan mereka berdua akan mati.
Hal inilah yang membuat pengolahan mimi menjadi unik. Sebab, konon katanya, ketika mimi dan mintuna dimasak secara terpisah, maka akan mengeluarkan racun yang sangat berbahaya untuk dimakan.
Namun, lain hal jika mimi dan mintuna dimasak secara bersamaan. Maka, akan dapat langsung diolah begitu saja tanpa mengeluarkan racun. Dari sinilah muncul filosofi Jawa yang membuat mimi dan mintuna seperti Romeo dan Juliet, sebuah simbol kesetiaan dan pasangan cinta sejati.
Darah Biru Belangkas yang Ternyata Memiliki Segudang Manfaat
Belangkas atau yang dikenal sebagai “Kepiting Tapal Kuda” ternyata memiliki keunikan yang sangat menarik lho, Kawan. Fauna ini ternyata memiliki darah berwarna biru. greeners.co, menjelaskan bahwa darah belangkas sering diambil untuk keperluan di bidang medis.
Darah belangkas memiliki fungsi yang penting bagi dunia medis dan farmasi, karena di dalam darahnya mengandung Limulus Amebocyte Lysate (LAL). Fungsinya adalah bisa mendeteksi endotoksin dalam darah manusia. Kemudian, darah dari hewan ini pun bisa dimanfaatkan untuk uji coba obat bahwa (obat itu) bebas dari bakteri patogen sebelum dikonsumsi oleh manusia.
Tidak hanya bermanfaat di dunia medis, belangkas juga diketahui berperan sebagai penyeimbang rantai makanan dan menjadi sumber protein bagi setidaknya 20 spesies burung pantai yang bermigrasi.
Di sisi lain, greeners.co, memaparkan bahwa mimi juga berperan sebagai bioturbator dan mengendalikan hewan bentik invertebrata. Selain itu, mimi juga dikonsumsi oleh monyet mangrove (Macaca fascicularis).
Jadi, itulah Kawan tentang spesies langka yang selain menjadi simbol kesetiaan dan cinta sejati. Selain itu, juga memiliki manfaat yang sangat banyak dalam dunia medis dan berperan dalam menyeimbangkan rantai makanan ini.
Keberadaan belangkas yang semakin lama semakin sedikit, bahkan sampai ke status critically endangered. Ini membuat belangkas sebagai alat deteksi keamanan obat mulai dikritik penggunaannya. Namun, kerusakan alam dan hilangnya habitat pun juga menjadi faktor menurunya angka populasi belangkas.
Maka dari itu, sudah sepatutnya kita menjaga habitat tempat belangkas ini tinggal, karena akan sangat disayangkan sekali jika spesies purba yang telah bertahan sejak 400 juta tahun ini punah karena ulah manusia bukan?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News