Masyarakat kota Medan, Sumatera Utara cukup akrab dengan alat transportasi bernama becak gayung. Walau masih menggunakan tenaga manusia, alat transportasi ini hingga sekarang masih bertahan.
Dimuat dari Merdeka yang menukik dari skripsi karya Zuliana Transportasi Becak di Kota Medan (1950-1990), terdapat beberapa macam alat transportasi di Kota durian tersebut. Alat transportasi ini ada yang masih menggunakan tenaga hewan dan juga manusia.
Kemacetan Medan Bisa Berakhir? Ini Rahasia Transportasi Masa Depan
Alat transportasi yang menggunakan hewan disebut dengan sado, gerobak lembu dan cikar. Tetapi ada juga yang menggunakan tenaga manusia yaitu becak dayung.
Bentuk becak dayung ini unik, pengemudi berada di samping penumpang menggunakan sepeda yang digabung dengan rangka kabin tertutup. Sehingga penarik becak ini bisa langsung menggunakannya.
Asal usul becak dayung
Tidak dijelaskan secara pasti siapa dan kapan awal keberadaan becak dayung di Kota Medan. Namun, pada tahun 1930-an, becak dayung sudah ada lebih dulu di Kota Batavia yang dibawa oleh orang Tionghoa dari Singapura.
Ada yang menduga becak dayung merupakan transformasi dari alat transportasi pada era Hindia Belanda yaitu angkong atau nama lainnya Hongkong. Alat transportasi ini digunakan untuk bermacam-macam kegiatan seperti berbelanja ke pasar, mengunjungi kerabat, maupun pergi ke suatu tempat yang jarak tempuhnya lebih jauh.
“Seiring berkembangnya kemajuan teknologi dan alat transportasi, angkong yang ditarik dengan tenaga manusia digantikan dengan becak dayung,” tulis Ambarita.
Band 1080, Ekspresikan Kecintaan pada Medan dengan Karya Musik
Dijelaskannya, ketika itu juga ada anggapan dehumanisasi bagi para penarik angkong sehingga dikatakan mirip dengan hewan. Akibatnya terjadi kampanye untuk menghapuskan angkong.
“Akan tetapi penghapusan angkong dilakukan secara bertahap dimulai dari tahun 1927 sampai dengan puncaknya dihapuskan secara keseluruhan pada tahun 1935,” jelasnya.
Dibawa dari Batavia
Dijelaskan oleh Lea Jellinek, becak dayung telah hadir dan berkembang di Batavia (sekarang disebut Jakarta) sebanyak 100 buah. Alat transportasi ini dibawa oleh masyarakat Tionghoa melalui Singapura atau Hongkong.
Sedangkan becak di Medan masuk diperkirakan masuk tahun 1950 dikirim dari Singapura setelah mengalami perkembangan di Batavia yang menyebar ke daerah Medan. Memasuki tahun 1970-an, becak dayung di Medan telah bertransformasi menjadi becak bermotor bernama bromfit.
Hal ini karena ditemukan sepeda motor bromfit (atau masyarakat Medan menyebutnya Kereta) yang berasal dari tentara Inggris maupun Belanda. Bromfit sendiri ialah sepeda yang ditempel dengan mesin tax (dua langkah) bermerek Rex dan lebih modern bermerek Dampf Kraft Wagen (DKW) buatan Jerman.
Kota Medan, Antara Modernitas dan Keindahan Tradisional
Tetapi becak dayung secara perlahan digantikan oleh becak mesin karena beberapa alasan, seperti jarak tempuh yang relatif tidak jauh, sehingga lebih cocok untuk perjalanan di lingkungan perumahan. Juga dianggap alat transportasi yang tidak manusiawi.
Sumber:
- Sejarah Becak Dayung, Moda Transportasi Tenaga Manusia dari Kota Medan
- Becak Medan, Warisan Budaya yang Unik
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News