Makanan-makanan yang ada di berbagai daerah di Indonesia, memiliki asal-usul dan latar belakang yang unik. Seringkali juga, makanan-makanan yang ada di setiap daerah merepresentasikan keadaan serta kehidupan sosial dan budaya dari masyarakat daerah setempat.
Salah satu makanan daerah yang memiliki asal-usul dan latar belakang yang unik, adalah nasi tempong dari daerah Banyuwangi. Apakah Kawan GNFI sebelumnya sudah mendengar apa itu nasi tempong? Atau bahkan, pernah mencicipinya?
Nasi tempong saat ini memang sudah banyak yang menjajakannya di berbagai tempat. Jadi, Kawan GNFI tidak perlu lagi jauh-jauh datang ke daerah Banyuwangi apabila mau mencicipi nasi tempong.
Lalu, bagaimana bentuk penyajian dari nasi tempong? Biasanya, seporsi sego tempong disajikan dengan lauk pauk seperti ayam goreng, tahu, tempe, ikan asin, bahkan perkedel jagung. Selain dilengkapi dengan lauk pauk, kuliner khas Banyuwangi tersebut juga disajikan dengan berbagai lalapan seperti kol rebus, kacang panjang rebus, bayam rebus, terong rebus, timun, serta daun kemangi.
Hal yang ditonjolkan dari nasi tempong, adalah sambalnya yang bercita rasa pedas menyengat dan juga menyegarkan, karena sambal yang ada di nasi tempong terbuat dari cabai rawit, tomat, terasi, garam, serta jeruk limau. Jadi, bagi Kawan GNFI yang suka dengan rasa pedas, maka nasi tempong akan cocok di lidah Kawan GNFI.
Jika melihat dari asal-usul namanya yang diinformasikan dari Balai Bahasa Jawa Timur, nasi tempong berasal dari kata "tempong" yang dalam bahasa osing memiliki arti "tampar". Hal tersebut dikarenakan ciri khas dari sambal di nasi tempong, yang apabila orang-orang mencicipinya akan merasa seperti ditampar.
Nasi tempong pada awalnya, merupakan makanan yang lahir di kalangan petani di daerah Banyuwangi. Para petani biasa menyantap hidangan yang bercita rasa pedas tersebut, ketika sedang istirahat makan siang. Nasi tempong biasanya disajikan oleh para petani dalam porsi yang besar.
Nasi Tempong Pernah Menjadi Tema Festival yang Diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
Berdasarkan arsip dari website resmi pemerintah Kabupaten Banyuwangi, pada ada tahun 2015 lalu, tepatnya di tanggal 28 Maret, pernah diselenggarakan Festival Sego Tempong. Adanya festival tersebut, menunjukan bahwa nasi tempong sudah menjadi ikon utama kuliner dari daerah Banyuwangi.
Penyelenggaraan festival tersebut, menurut Abdullah Azwar Anas (Bupati Banyuwangi yang menjabat saat itu) adalah bagian dari pengembangan wisata kuliner untuk memberdayakan masyarakat sebagai pelaku ekonomi serta melakukan promosi terhadap nasi tempong agar semakin dikenal oleh masyarakat di seluruh Indonesia.
"Dengan adanya festival ini (Festival Sego Tempong), cita rasa dan penampilan dari nasi tempong akan meningkat. Penjual menjadi tahu bagaimana cara penyajian yang menarik terhadap wisatawan. Semakin nasi tempong dikenal, tentu diharapkan para penjual nasi tempong akan laris manis," ujar Azwar Anas.
Menjamurnya Bisnis Restoran dengan Menu Utama Nasi Tempong
Nasi tempong dahulunya dikenal sebagai hidangan yang biasa disantap oleh para petani di Banyuwangi ketika sedang berisitrahat setelah lelah bekerja. Akan tetapi, saat ini kuliner dengan cita rasa pedas tersebut sudah sering menjadi menu utama di berbagai restoran. Bahkan, para kalangan artis maupun influencer di media sosial turut membuka restoran dengan nasi tempong sebagai menu utamanya.
Pemilihan nasi tempong sebagai menu utama di beberapa restoran, dikarenakan hidangan tersebut mudah diterima di berbagai lidah yang terdapat pada lapisan masyarakat. Menu sederhana dengan penyajian yang terbilang sederhana, membuat nasi tempong mudah untuk dibuat.
Adanya tren dari bisnis kuliner yang menjadikan makanan khas Banyuwangi tersebut menjadi menu utamanya, menunjukan bahwa hal itu menjadi cara untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya tak benda yang ada di Indonesia melalui peran ekonomi kreatif.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News