ritual suci di malam imlek ini makna sembahyang leluhur dalam tradisi agama khonghucu - News | Good News From Indonesia 2025

Ritual Suci di Malam Imlek, Ini Makna Sembahyang Leluhur dalam Tradisi Agama Khonghucu

Ritual Suci di Malam Imlek, Ini Makna Sembahyang Leluhur dalam Tradisi Agama Khonghucu
images info

Perayaan Tahun Baru Imlek bukan hanya sekadar momen pergantian tahun, tetapi juga sebuah pengalaman yang kaya akan makna spiritual dan budaya bagi masyarakat Tionghoa. Di balik kemeriahan perayaan, ada satu tradisi yang menonjol yakni sembahyang kepada leluhur.

Sembahyang kepada leluhur dalam tradisi Khonghucu bukan hanya sekadar ritual, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang menghubungkan generasi masa kini dengan warisan yang telah ditinggalkan oleh para pendahulu.

Dalam pandangan Khonghucu, penghormatan kepada leluhur adalah cerminan dari nilai-nilai moral dan etika yang mendasari kehidupan masyarakat.

Melalui sembahyang, kita tidak hanya menghormati mereka yang telah tiada, tetapi juga merenungkan ajaran dan kebijaksanaan yang mereka wariskan.

Ritual ini menciptakan momen refleksi di tengah kesibukan hidup, memungkinkan kita untuk menghargai pengorbanan orang tua dan leluhur yang telah membentuk identitas kita.

Dalam setiap dupa yang dibakar, setiap lilin yang dinyalakan, tersimpan harapan dan doa agar roh-roh ini senantiasa memberikan bimbingan dan perlindungan. Sembahyang kepada leluhur menjadi jembatan antara dunia yang terlihat dan yang tak terlihat, sebuah pengingat akan pentingnya menghargai akar kita, dan cara untuk menghidupkan semangat kebersamaan dalam komunitas yang kita cintai

Ritual Sembahyang di Malam Imlek

Melansir dari RRI, Setiap tahun, ketika malam Imlek tiba, keluarga Tionghoa berkumpul untuk menjalani ritual sembahyang yang sarat makna. Ini adalah saat di mana ikatan keluarga diperkuat melalui tradisi yang telah diwariskan selama berabad-abad.

Meja khusus yang berfungsi sebagai altar dipenuhi dengan berbagai peralatan sembahyang, mencerminkan dedikasi dan rasa hormat keluarga kepada leluhur.

Di setiap sudut meja, kita dapat menemukan patung yang mewakili roh-roh leluhur, alat bunyi-bunyian yang digunakan untuk mengundang kehadiran mereka, serta dupa atau Hio yang dibakar sebagai simbol penghormatan.

Lilin yang menyala menandakan penerangan jalan bagi roh-roh tersebut, sementara papan leluhur, yang dikenal sebagai Sien Ci atau Shen Wei, menjadi elemen penting dalam upacara ini.

Kehadiran semua elemen ini tidak hanya menambah suasana sakral, tetapi juga menegaskan betapa mendalamnya rasa syukur dan penghormatan yang diberikan oleh keluarga kepada mereka yang telah mendahului. Melalui ritual ini, harapan dan doa pun dipanjatkan agar roh-roh leluhur senantiasa melindungi dan memberkati keluarga yang masih hidup.

Meja Sembahyang dan Persembahan

Ketika kita melangkah ke rumah orang Tionghoa, kita akan menemukan meja abu yang biasanya terdiri dari dua atau tiga meja berwarna merah. Meja tinggi dan rendah, dengan ukuran yang bervariasi, menciptakan suasana sakral.

Jika papan leluhur tidak tersedia, potret leluhur akan digantung di dinding belakang meja, dikelilingi oleh gambar pemandangan alam dan panji-panji bertuliskan huruf Cina yang dikenal sebagai Shen-Shui. Semua ini melambangkan tempat tinggal roh leluhur, dan sering dihias dengan bunga sebagai bentuk penghormatan.

Persembahan kepada leluhur dibagi menjadi dua kategori: yang dibakar dan yang tidak dibakar. Kertas dan uang tiruan dibakar sebagai simbol pengiriman harta kepada roh-roh, sementara makanan dan minuman yang disajikan akan dinikmati oleh seluruh anggota keluarga setelah upacara selesai.

Pemimpin upacara biasanya dipegang oleh lelaki tertua, atau orang yang paling dihormati dalam keluarga, menegaskan struktur dan nilai-nilai kehormatan yang ada dalam tradisi ini.

Makna Sembahyang kepada Leluhur

Mengutip dari Jurnal Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul "Makna Sembahyang kepada Leluhur dalam Konsep Agama Khonghucu", tradisi sembahyang leluhur merupakan suatu bentuk peribadatan yang menekankan pengaruh roh leluhur terhadap kehidupan manusia.

Tradisi ini bukan sekadar ritual, tetapi juga sebuah pengingat bahwa roh-roh yang telah tiada tetap memiliki peran penting dalam kehidupan kita. Dengan menghormati mereka, kita menjaga hubungan spiritual yang erat, yang dianggap mampu membawa berkah dan perlindungan bagi keluarga yang masih hidup.

Penghormatan kepada leluhur juga mencerminkan sikap "laku bakti". Sebagaimana disabdakan oleh Nabi Khonghucu (Konfusius) dalam kitabnya, Hau King 1:4-6: "Sesungguhnya laku bakti adalah pokok kewajiban, daripadanya ajaran agama berkembang." Dalam konteks ini, laku bakti bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan fondasi moral yang membentuk karakter individu.

Tindakan menghormati orang tua dan leluhur adalah langkah pertama untuk menegakkan diri dalam kehidupan yang suci. Melalui pengabdian kepada orang tua, kita belajar untuk mengabdi kepada pemimpin dan masyarakat.

Dengan demikian, sembahyang kepada leluhur menjadi lebih dari sekadar ritual; ia adalah manifestasi dari nilai-nilai luhur yang harus diteruskan dan dijunjung tinggi oleh setiap generasi.

Kepercayaan dan Tujuan Sembahyang

Kepercayaan orang Tionghoa terhadap kehidupan setelah mati sangat kuat. Mereka meyakini bahwa roh-roh ini memerlukan hal-hal yang sama seperti ketika masih hidup, dan hanya sanak keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, sembahyang kepada leluhur memiliki tujuan yang beragam dan mendalam, antara lain:

  1. Menjaga kelestarian sejarah keluarga.
  2. Menghormati kebijaksanaan orang tua yang telah memberikan pelajaran berharga.
  3. Mengharapkan berkah dari arwah leluhur yang melindungi keluarga.
  4. Merawat roh leluhur dengan sesajian dan doa agar mereka berbahagia.
  5. Melindungi dari kutukan roh-roh jahat.
  6. Mendapatkan perlindungan dari para leluhur yang telah meninggal.

Dengan berbagai ritual dan makna yang mendalam, sembahyang kepada leluhur tidak hanya menjadi bagian integral dari perayaan Imlek, tetapi juga menciptakan ikatan antara generasi, menghormati asal-usul, dan menjaga tradisi yang telah ada selama berabad-abad.

Melalui tradisi ini, kita diajak untuk mengenang, menghormati, dan merayakan warisan yang telah membentuk identitas kita sebagai bagian dari komunitas Tionghoa.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SH
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.