Data dari UNESCO menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan.
Persentasenya hanya 0,001%, menempati urutan kedua dari bawah tentang literasi dunia yang artinya dari 1.000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca.
Minat baca bisa dipupuk kembali dengan mengikuti berbagai kegiatan membaca baik melalui sosial media atau pun mengikuti komunitas membaca dan menulis.
Di era ini, ada banyak cara agar bisa memupuk minat baca, walaupun tengah dilanda darurat literasi.
Berdasarkan hasil survei PISA 2019 menyatakan bahwa Indonesia dilanda darurat literasi karena masih menempati peringkat 62 dari 70 negara di dunia.
Sebagian besar masyarakat Indonesia belum memiliki minat membaca buku. Hal itu disebabkan karena maraknya penggunaan konten yang secara masif dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Selain itu, masih banyak juga keluarga yang tidak membiasakan anak-anaknya supaya mempunyai kegemaran membaca sejak dini.
Terlebih lagi, faktor ekonomi menjadi hambatan mereka untuk membeli buku bagi anak-anaknya.
Membaca untuk melakukan pekerjaan lazim dilakukan di kantor-kantor baik kantor pemerintah maupun swasta. Kegiatan membaca untuk melakukan pekerjaan biasanya dilakukan secara rutin.
Saya pernah mengikuti Workshop Literasi Penulisan Bagi Pemula pada bulan November 2022 yang diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara bersama dengan Perpustakaan Nasional.
Pada acara tersebut disebutkan bahwa standar kuantitas buku berdasarkan hasil penelitian, dan rasio kesediaan bahan bacaan dengan jumlah penduduk di Indonesia masih 1:90 (1 buku untuk 90 orang).
Itu berarti jika 1 buku untuk dibaca oleh 90 orang lainnya. Standar kuantitas buku untuk negara-negara berkembang tidak seperti di negara maju.
Penulis yang baik berawal dari pembaca yang baik pula. Maka dari itu, minat baca bisa dipupuk kembali dengan mengikuti berbagai kegiatan membaca baik melalui sosial media atau pun mengikuti komunitas membaca dan menulis.
Sekarang, ada banyak cara agar bisa memupuk kembali minat baca meski sudah berumur dewasa. Beberapa hal ini bisa menjadi pemupuk minat baca di masa darurat literasi di zaman kini.
Baca Juga: Mengenal Fenomena Bookaholic: Kegembiraan Seseorang Ketika Membaca Buku
Bibliobattle: Baca Bareng Kelompok (BaKeKok) Challenge
Media sosial tidak selamanya menyediakan hal-hal yang buruk, kita juga dapat mengambil sisi positif sosial media dengan mengikuti akun-akun yang meningkatkan literasi dan mendukung peminatan membaca.
Ada julukan bahwa Masyarakat Indonesia Malas Baca Tapi Cerewet di Medsos. Ada pula hashtag yang sedang tren, seperti #bacadulubarungomong.
Kegiatan Bibliobattle adalah salah satu cara seru kompetisi review buku dari Jepang. Kemenkeulib pernah menyelenggarakan Bibliobattle Baca Bareng Kelompok (BaKeKok) Challenge 2023 melalui zoom.
Dalam kompetisi ini, Bibliobattler atau presentator mempresentasikan buku andalannya di depan banyak orang dengan durasi terbatas untuk mengumpulkan polling dari penonton dan nilai dari juri.
Consistent Reading Challenge & Bookstagram
Kini sudah banyak Bookstagram yang bermunculan di Instagram. Kebanyakan dari Bookstagram ini adalah orang-orang dewasa yang suka membaca buku.
Bookstagrammer adalah istilah yang digunakan untuk para pecinta buku yang aktif mengunggah foto dan menulis review buku di Instagram. Sebagian kecil dari bookstagrammer juga penulis buku.
Consistent Reading Challenge adalah program membaca yang dibuat oleh komunitas dengan mengharuskan semua anggotanya membaca minimal satu buku dalam satu minggu.
@gerakan_1week1book umumnya tanda pagar atau hashtag owob dan “Gerakan membaca one week one book (OWOB)” hanya ditulis setiap menyelesaikan satu review yang akan disetor kepada komunitas saja.
Ada perubahan sikap yang dirasakan oleh bookstagrammer setelah bergabung dengan Gerakan OWOB. Komponen kognitif bersangkutan dengan pengetahuan dan informasi yang diserap dan disebarkan kembali oleh komunikator.
Baca Juga: Fokus Membaca Sambil Puasa Gadget Bersama Komunitas Kumpul Baca
Komunitas Baca Ipusnas
Perpusnas memiliki perpustakaan digital gratis yang memiliki fitur untuk pinjam dan mengembalikan buku yang bisa dibaca secara virtual.
Ada grup komunitas baca Ipusnas di grup WhatsApp yang bertujuan untuk saling memberikan informasi tentang buku-buku yang masih dalam antrian yang menjadi incaran bagi orang-orang yang ingin membacanya.
Dengan begitu, setiap anggota komunitas baca ipusnas dapat membaca buku yang sedang dalam antrian di aplikasi Ipusnas oleh mereka.
Bagi para pecinta buku, apalagi yang suka membaca ebook gratis dari Ipusnas, maka komunitas ini sangatlah cocok. Pembaca dapat membaca buku elektronik kapan pun dan di mana pun.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News