leuhang terapi sauna khas sunda yang menjadi warisan budaya tak benda indonesia - News | Good News From Indonesia 2025

Leuhang, Terapi Sauna Khas Sunda yang menjadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia

Leuhang, Terapi Sauna Khas Sunda yang menjadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia
images info

Salah satunya adalah sauna tradisional yang diberi nama leuhang. Tradisi ini merupakan warisan turun-temurun dalam memelihara kesehatan serta mengobati penyakit yang termasuk Warisan Budaya Takbenda Indonesia.

Leuhang sendiri merujuk pada air rebusan yang dibuat dari berbagai jenis daun yang memiliki khasiat untuk mengobati berbagai penyakit.

Jika merujuk Dalam Kamus Umum Basa Sunda yang disusun oleh Panitia Kamus Lembaga Basa & Sastra Sunda, Leuhang didefinisikan sebagai air rebusan dari berbagai daun yang memiliki rasa kelat dan aroma kurang sedap karena mengandung getah, yang digunakan sebagai obat untuk penyakit kulit dan lainnya. 

“Leuhang nyaeta cai penggodogan dangdaunana nu kesed jeung nu pahang keur ubar kasakit kulit jeung sajabana ti eta” (1995: 282).

Praktik pengobatan dengan bahan-bahan alami memiliki hubungan yang kuat dengan kebudayaan masyarakat Sunda. Iskandar (2014) menyatakan bahwa masyarakat Sunda di masa lalu dikenal memiliki pengetahuan yang luas tentang obat tradisional yang diracik dari berbagai jenis tumbuhan atau herbal.

Menguak Alasan tidak Ada Kawasan Pecinan di Kota Bandung, Ini Latar Belakang Sejarahnya

Pengobatan herbal ini erat kaitannya dengan tradisi budaya masyarakat. Lebih lanjut, Iskandar menjelaskan bahwa pengobatan herbal pada masa lalu umumnya telah teruji secara turun-temurun, sehingga manfaatnya telah terbukti dan aman bagi kesehatan.

Kawan ingin tahu bahan apa saja yang digunakan dan ada di mana saja lokasinya? Yuk, simak rangkumannya di bawah ini!

Proses Meracik Bahan-Bahan Leuhang

Air rebusan ini biasanya digunakan dengan cara menggunakan air rebusannya untuk mandi atau bisa juga dengan memanfaatkan uapnya. Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan leuhang biasanya diambil dari lingkungan sekitar, seperti daun sirsak, kayu manis, cengkih, salam, sirih, alpukat, serai, kecombrang, pandan, jeruk, dan lain-lain.

Bahan-bahan untuk membuat leuhang dimasukkan ke dalam panci, kemudian direbus menggunakan air hingga mendidih. Setelah proses perebusan selesai, uap dari air rebusan tersebut dimanfaatkan untuk mandi uap.

Prosesnya dimulai dengan memindahkan air rebusan ke dalam sebuah wadah, seperti baskom, yang diletakkan di lantai. Orang yang akan menjalani leuhang duduk di atas bangku pendek yang ditempatkan di depan baskom.

Kemudian, tubuhnya ditutupi dengan kain sarung dan dilapisi selimut agar uap air leuhang dapat meresap dan menguapi seluruh tubuh secara merata. Setelah merasa cukup, orang tersebut mengeringkan tubuhnya dengan handuk.

Selain memanfaatkan uapnya, air leuhang juga sering digunakan secara langsung untuk mandi. Proses mandi ini dilakukan dengan mengguyurkan air rebusan leuhang ke tubuh, sehingga khasiat dari ramuan daun-daunan tersebut dapat langsung terserap oleh kulit.

Metode ini memberikan manfaat yang sama, baik untuk relaksasi maupun pengobatan, tergantung pada jenis daun yang digunakan dalam ramuan.

Sejarah KA Legendaris Argo Parahyangan: Raja Rel Bandung-Jakarta yang Berhenti Beroperasi

Sejarah dan Tempat Praktik Leuhang

Warisan budaya masyarakat Sunda ini telah dikenal sejak zaman dahulu sebagai bentuk pengobatan tradisional yang memanfaatkan uap herbal dari berbagai tumbuhan alami. Dalam sejarahnya, praktik leuhang erat kaitannya dengan pengetahuan masyarakat Sunda dalam meramu obat-obatan tradisional yang diwariskan secara turun-temurun.

Pengetahuan ini berakar pada kehidupan agraris masyarakat Sunda yang hidup berdampingan dengan alam. Oleh karena itu, bahan-bahan alami yang digunakan untuk terapi leuhang mudah ditemukan di sekitar mereka.

Selain itu, penggunaan leuhang juga mencerminkan kearifan lokal masyarakat Sunda yang mengutamakan kesehatan dengan memanfaatkan potensi alam secara bijaksana.

Proses terapi leuhang dilakukan dengan menggunakan uap herbal dari rebusan tumbuhan tertentu. Air rebusan tersebut dimasukkan ke dalam alat khusus, lalu uap yang dihasilkan dialirkan melalui pipa ke dalam sebuah boks berukuran 1,5 x 1,5 meter.

Pengguna terapi leuhang duduk di dalam boks tersebut dengan kepala menyembul keluar melalui lubang di atasnya. Selama proses terapi, suhu, dan kapasitas uap dapat diatur sesuai kebutuhan untuk memastikan kenyamanan pengguna sekaligus memaksimalkan manfaatnya.

Terapi leuhang dipercaya memiliki berbagai khasiat, seperti membantu detoksifikasi tubuh, melancarkan peredaran darah, membuat tubuh terasa lebih ringan, serta meningkatkan kualitas tidur dan nafsu makan.

Saat ini, praktik terapi leuhang masih dapat ditemukan di beberapa tempat yang berupaya melestarikan warisan budaya ini. Salah satunya adalah Desa Cisondari di Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung.

Di desa ini, terapi leuhang tidak hanya digunakan untuk menjaga kesehatan, tetapi juga dimanfaatkan sebagai peluang usaha. Pemilik usaha terapi leuhang di daerah ini telah mengembangkan alat-alat yang lebih praktis dan modern untuk mempermudah penggunaan sehingga terapi ini semakin diminati oleh masyarakat luas.

Dengan demikian, leuhang tidak hanya memiliki manfaat kesehatan yang signifikan, tetapi juga berpotensi memberikan nilai ekonomi bagi para pelakunya dan menjadikannya bagian penting dari upaya pemajuan budaya Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IN
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.