kebaya janggan simbol keanggunan dan kearifan tradisional - News | Good News From Indonesia 2025

Kebaya Janggan, Simbol Keanggunan dan Kearifan Tradisional

Kebaya Janggan, Simbol Keanggunan dan Kearifan Tradisional
images info

Sejarah Kebaya Janggan

Kebaya Janggan merupakan salah satu busana tradisional yang memiliki sejarah panjang dalam budaya Jawa. Dikutip dari Narasi Pakaian ini dikenal sebagai simbol keanggunan perempuan Jawa, terutama dari kalangan keraton. Kebaya Janggan mulai populer pada abad ke-19, tepatnya setelah Perang Diponegoro pada tahun 1830-an. Salah satu tokoh yang sering mengenakannya adalah Ratna Ningsih, istri Pangeran Diponegoro, yang menjadikannya sebagai busana sehari-hari. 

Selain menjadi pakaian tradisional, kebaya ini memiliki fungsi strategis pada masa itu. Perempuan keraton menggunakan kebaya Janggan untuk menyembunyikan senjata seperti keris kecil atau patrem saat mendampingi suami mereka di medan perang. Dalam perkembangannya, kebaya Janggan menjadi simbol status sosial perempuan keraton yang menunjukkan kedudukan mereka dalam masyarakat Jawa. 

Makna Filosofis Kebaya Janggan 

Keistimewaan kebaya Janggan tidak hanya terletak pada keindahan desainnya, tetapi juga pada makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Warna gelap atau hitam yang dominan pada kebaya ini memiliki arti mendalam. Dalam budaya Jawa, warna hitam melambangkan kesederhanaan, ketegasan, dan kedalaman jiwa. Selain itu, warna ini juga dikaitkan dengan kesucian dan kemuliaan perempuan bangsawan.

Motif "jangga," yang dalam bahasa Jawa berarti leher, menggambarkan keindahan dan kemuliaan perempuan. Motif ini memberikan makna bahwa perempuan keraton tidak hanya dihargai karena penampilannya, tetapi juga karena martabat dan peran mereka dalam menjaga kehormatan keluarga serta tradisi. Dengan demikian, kebaya Janggan bukan sekadar pakaian, melainkan juga simbol karakter dan kekuatan perempuan Jawa.

Pakem dan Etika Pemakaian Kebaya Janggan

Pemakaian kebaya Janggan tidak terlepas dari aturan atau pakem yang harus dipatuhi. Dalam budaya Jawa, cara berpakaian dianggap mencerminkan kepribadian dan martabat seseorang. Pepatah "Ajining diri saka lati, ajining raga saka saliro" menegaskan bahwa penampilan luar adalah cerminan nilai-nilai internal seseorang. Oleh karena itu, kebaya Janggan harus dikenakan dengan benar untuk menjaga esensi dan filosofi yang melekat padanya.

Dalam hal ini, komunitas seperti Komunitas Perempuan Berkebaya Jogja berperan penting dalam melestarikan tata cara pemakaian kebaya Janggan. Mereka secara aktif memperkenalkan aturan-aturan pemakaian kebaya ini kepada generasi muda agar nilai-nilai tradisional tetap terjaga di tengah perkembangan zaman.

Langkah-Langkah Mengenakan Kebaya Janggan

Untuk mengenakan kebaya Janggan dengan tepat, terdapat beberapa elemen penting yang perlu disiapkan. Pertama, kain batik gaya Yogyakarta digunakan untuk melilit tubuh. Kain ini harus dililitkan dengan rapat agar tetap rapi sepanjang hari. Selanjutnya, stagen digunakan sebagai kain pengikat yang memastikan lilitan kain batik tetap kencang dan tidak mudah terlepas.

Setelah itu, kamisol atau kemben dikenakan sebagai pelapis tubuh bagian atas. Kebaya Janggan kemudian dikenakan di atasnya, memberikan tampilan yang anggun dan elegan. Untuk melengkapi penampilan, aksesori rambut seperti gelung tekuk dan lungsen dipasang pada rambut, memberikan kesan tradisional yang khas. Alas kaki berupa slop, serta aksesori tambahan seperti subang, tusuk tlesepan, dan bros, dapat digunakan untuk mempercantik keseluruhan tampilan.

Langkah-langkah ini tidak hanya menunjukkan keindahan luar, tetapi juga mencerminkan penghormatan terhadap tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Kebaya Janggan di Era Modern

Seiring perkembangan zaman, kebaya Janggan terus beradaptasi dengan kebutuhan dan gaya hidup modern. Meskipun memiliki akar yang kuat dalam tradisi, busana ini kini semakin sering digunakan dalam berbagai kesempatan, tidak hanya acara formal atau tradisional, tetapi juga dalam suasana yang lebih kasual.

Para desainer mode telah berhasil memadukan elemen tradisional kebaya Janggan dengan sentuhan kontemporer. Kombinasi ini menciptakan tampilan yang elegan dan relevan dengan tren masa kini, tanpa menghilangkan nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Hal ini menjadikan kebaya Janggan tetap menjadi pilihan bagi perempuan yang ingin tampil cantik sambil menghormati warisan budaya.

Selain itu, gerakan untuk melestarikan kebaya sebagai busana sehari-hari juga semakin berkembang. Komunitas pecinta kebaya di berbagai daerah menggelar kampanye dan acara yang mendorong masyarakat, terutama generasi muda, untuk mengenakan kebaya dalam kehidupan sehari-hari. Inisiatif ini tidak hanya menjaga tradisi tetap hidup, tetapi juga memperkenalkan kebaya Janggan kepada khalayak yang lebih luas.

Kebaya Janggan adalah simbol keanggunan, kekuatan, dan kearifan perempuan Jawa yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Pakaian ini bukan sekadar busana, tetapi juga cerminan nilai-nilai luhur yang menjadi identitas budaya Indonesia.

Memahami makna, sejarah, dan cara pemakaiannya merupakan bentuk penghormatan terhadap tradisi yang kaya akan filosofi. Kebaya Janggan terus menjadi inspirasi, baik sebagai warisan budaya maupun sebagai bagian dari dunia mode modern. Dengan menjaga dan melestarikannya, kebaya ini akan terus hidup sebagai simbol kemuliaan perempuan Jawa yang menghormati akar budayanya di tengah arus zaman.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

YP
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.