Pemain Timnas Indonesia yang kini bermain untuk FC Kopenhagen, Kevin Diks, dikabarkan telah menjalin kesepakatan untuk bergabung dengan salah satu klub Bundesliga Borussia Mönchengladbach pada musim panas mendatang. Kabar tersebut disampaikan oleh jurnalis Sky Sport Florian Plettenburg di salah satu unggahan instagramnya pada Senin (20/1/2025).
Ia juga menyebut bahwa bek tengah berusia 28 tahun tersebut sebelumnya telah dibidik oleh klub Bundesliga lain, Vfl Wolfsburg. Namun, seperti yang dikutip dari Gladbach Live, hubungan Diks dengan Borussia Mönchengladbach selalu tetap hangat.
Jika proses transfer benar-benar dapat dirampungkan dan Diks resmi bergabung dengan Mönchengladbach, maka ia akan menjadi pemain asal Indonesia pertama yang bermain di Bundesliga. Namun, sebelum Diks, pernah ada pemain kelahiran Indonesia yang bermain di liga utama Jerman tersebut.
Dia adalah Harry de Vlugt, yang walaupun pada akhirnya memutuskan untuk mengambil kewarganegaraan Belanda, tetapi akan selalu dikenang sebagai pemain kelahiran Indonesia pertama yang pernah berkarir di Bundesliga. Jika Kawan GNFI penasaran, berikut ini disajikan profil pemain kelahiran salah satu kota di Jawa Barat tersebut.
1. Pemain Kelahiran Bandung
Harry de Vlugt dilahirkan pada tanggal 26 Mei 1947 di Bandung, Jawa Barat. Jika melihat tanggalnya, maka dapat dipastikan bahwa Harry benar-benar lahir di sebuah negara bernama Indonesia yang saat itu sudah merdeka, bukan Hindia Belanda. Apalagi, Perjanjian Renville yang membuat seluruh Jawa Barat dicaplok kembali oleh Belanda juga baru ditandatangani satu tahun setelah kelahirannya, yaitu pada Desember 1948.
Baca juga: Sejarah Hari Ini (17 Januari 1948) - Perjanjian Renville di Atas Kapal Perang AS
Akan tetapi, tidak diketahui profil kedua orang tua Harry. Apakah ia merupakan Belanda totok atau Indo juga belum ditemukan sumber yang menjelaskannya.
Ia mulai pindah ke Belanda bersama orang tuanya pada usia dini, tetapi tanggal pastinya tidak diketahui. Namun, jika merujuk pada sejarah repatriasi (pengembalian) orang-orang Belanda dari Indonesia, maka sebelum 1958 kemungkinan besar ia sudah menginjakkan kaki di Negeri Kincir Angin. Hal itu disebabkan tanggal 6 September pada tahun tersebut merupakan waktu ketika kapal terakhir yang mengangkut orang-orang Belanda tiba di negara mereka.
2. Sempat Bermain di Kanada
Setelah kepindahannya ke Belanda, ia bersama keluarganya tinggal di Enschede, sebuah kota yang terletak di Provinsi Overijssel. Ia memulai karir sepak bolanya dengan bergabung ke klub lokal Phoenix. Kemudian, pada 1961, ia pindah ke SC Enschede dan pada 1965 ke tim kedua Twente Enschede. Setelah gagal menembus tim utama Twente, pada 1967 ia memutuskan untuk berlabuh ke GVV Eilermark yang saat itu merupakan salah satu klub amatir terbaik di Belanda.
Harry kemudian pindah ke Ontario, Kanada untuk membantu saudaranya bekerja di sebuah toko. Di sana, ia tetap mengembangkan skill-nya bermain di atas lapangan hijau dengan bergabung ke beberapa klub.
Pencapaian terbesanya adalah namanya yang terdaftar dalam posisi ketiga pencetak gol terbanyak National Soccer League (NSL) 1969 saat bergabung dengan London German Canadians. Selain itu, ia juga turut membawa Toronto Kroasia menjuarai NSL pada tahun 1970.
3. Menjadi Bagian dari Bundesliga
Harry pertama kali memulai karir di Jerman dengan bergabung ke Sportviren Meppen pada tahun 1971. Selama satu musim di klub yang bermarkas di Lower Saxony itu, Harry sukses mencetak 18 gol liga dan membantu Meppen memenangi Amateurliga 1971-1972. Pada musim 1972-1973, ia pindah ke Rot-Weiss Essen dan bermain bersama pemain internasional Belanda Willi Lippens.
Awalnya, ia diposisikan sebagai full-back, tetapi karena tidak cocok akhirnya dipindah menjadi striker. Di musim pertamanya, dengan dipimpin oleh Lippens dan sebelas gol Harry, RW Essen berhasil menjuarai German Regionalliga West dan memperoleh promosi ke Bundesliga. Di musim itu pula, ia dikenal dengan julukan "Harry on the Run" karena kecepatannya di atas lapangan.
Selama membela RW Essen dalam tiga musim, Harry telah mencetak 24 gol dalam 55 pertandingan kompetitif. Pada musim 1974-1975, yang sekaligus menjadi musim terakhirnya, ia hanya bermain dalam lima pertandingan karena cedera lutut yang dideritanya. Akhirnya, pada 1975, Harry memutuskan untuk pensiun dari sepak bola profesional.
Ia kemudian kembali ke kota masa kecilnya, Enschede, dan bermain sepak bola amatir dengan FC Flamingo. Di kota itu pula Harry meninggal dunia pada 6 November 2016, tepat pada usianya yang ke-69.
Di RW Essen, kepergian seorang mantan striker itu meninggalkan bekas yang mendalam walaupun ia hanya bermain selama tiga musim.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News