limbah tusuk sate berbahaya ini cara mengatasinya - News | Good News From Indonesia 2025

Limbah Tusuk Sate Berbahaya? Ini Cara Mengatasinya

Limbah Tusuk Sate Berbahaya? Ini Cara Mengatasinya
images info

Indonesia, dengan kekayaan kuliner yang beragam, menjadikan sate sebagai salah satu hidangan favorit di berbagai kalangan. Di balik kelezatan sate, terdapat permasalahan lingkungan yang sering luput dari perhatian yaitu limbah tusuk sate.

Terdapat risiko nyata dari limbah tusuk sate yang tidak dikelola dengan baik. seperti dilansir laman website waste4change, seorang petugas kebersihan di Jakarta bernama Hernawan (37) pada tahun 2019 mengalami luka serius setelah tertusuk tusuk sate yang dibuang sembarangan di tempat pembuangan sampah.

Awalnya, dia hanya menganggap luka itu sebagai goresan kecil, tetapi beberapa hari kemudian luka itu membengkak dan terinfeksi. Setelah diperiksa di rumah sakit, Hernawan didiagnosis menderita infeksi tetanus yang parah.

Masalah Limbah Tusuk Sate di Indonesia

Setiap tahun, Indonesia menghasilkan limbah tusuk sate dan sumpit sekali pakai dalam jumlah yang signifikan. Dilansir laman website tempo.co data tahun 2022 menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 15.000 ton limbah tusuk sate dan sumpit sekali pakai setiap tahunnya yang seringkali tidak terkelola dengan baik.

Yos Suprapto, Seniman yang Bikin Pertanian Jadi Berjiwa 'Nyeni' dan Ramah Lingkungan

Material dan Waktu Penguraian Tusuk Sate

  • Tusuk Sate Berbahan Bambu atau Kayu:
    Bambu atau kayu merupakan bahan alami yang membutuhkan waktu sekitar 2 hingga 4 tahun untuk terurai secara alami, tergantung pada kondisi lingkungan seperti tingkat kelembapan dan keberadaan mikroorganisme. Namun, jika limbah ini menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA), proses penguraiannya menjadi lebih lambat.
  • Tusuk Sate Berbahan Plastik:
    Beberapa tusuk sate modern terbuat dari plastik, yang membutuhkan ratusan tahun untuk terurai. Hal ini menjadikan limbah plastik jauh lebih sulit dikelola dibandingkan bahan alami.

Kendala dalam Proses Penguraian

  • Jumlah Limbah yang Tinggi:
    Dengan konsumsi sate yang masif di Indonesia, terutama pada momen-momen tertentu seperti Idul Adha, limbah tusuk sate yang dihasilkan bisa mencapai jutaan per hari. Sayangnya, banyak dari limbah ini dibuang tanpa melalui proses pemilahan yang benar.
  • Potensi Menyumbat Saluran Air:
    Tusuk sate yang dibuang sembarangan sering ditemukan menyumbat saluran air, yang dapat menyebabkan genangan atau banjir.
  • Bahaya bagi Makhluk Hidup:
    Limbah tajam ini berpotensi melukai petugas kebersihan atau hewan yang tidak sengaja menginjak atau menelannya.
Solusi Ramah Lingkungan untuk Melindungi Kayu Jati dari Serangan Rayap

Cara Membuang Sampah Tusuk Sate dengan Benar

Sebenarnya saat Kawan memakan sate, terdapat bekas tusuk yang sudah di makan, mempunyai banyak cara untuk menangani bekas tusuk sate agar tidak membahayakan orang lain. Salah satu cara aman untuk menangani sampah tusuk sate sebagai berikut:

Kompos

Tusuk sate terbuat dari bambu yang merupakan sampah organik. Ini membuat tusuk sate bisa menjadi salah satu bahan kompos.

Melansir dari Tabloid Sinar Tani, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) dalam Waste4Change menyebut jika bahan bambu bisa dijadikan bahan dalam pembuatan biochar, di mana biochar ini bisa mempermudah pengomposan.

Jurnal "Potensi Bambu Swat sebagai Material Karbon Aktif untuk Adsorbed Natural Gas (ANG)" (2016) dalam laman website Waste4Change juga menyatakan bahwa bambu adalah material biomassa yang banyak diteliti yang dihasilkan sebagai karbon aktif. Seperti yang diketahui, karbon adalah komponen penting untuk pengomposan, tanah, dan kehidupan di Bumi.

Daur Ulang dan Memilah Sampah

Kunci utama dalam pengelolaan sampah. Semodern apapun sistem daur ulang sampah, tetapi sampah tidak dipilah terlebih dulu, justru akan membuat hasil daur ulang tidak maksimal. Seperti tusuk sate yang Kawan perlukan dan perhatikan dengan cara:

  • Potong Tusuk Sate: Kumpulkan tusuk sate bekas menjadi satu dan pisahkan dari sisa sampah.
  • Bersihkan Tusuk Sate: Untuk mencegah pertumbuhan bakteri, cuci tusuk sate dari sisa makanan yang menempel.
  • Daur Ulang atau Manfaatkan Kembali: Tusuk sate bekas dapat digunakan untuk kerajinan tangan seperti bingkai foto atau vas bunga, mengurangi jumlah limbah yang dibuang.
  • Pengomposan: Tusuk sate dapat diubah menjadi kompos yang baik untuk tanah karena terbuat dari bambu.
  • Pembuangan Aman: Jika sate tidak dapat didaur ulang, potong bagian-bagiannya menjadi potongan kecil dan masukkan ke dalam wadah tertutup sebelum dibuang. Anda juga dapat menguburnya di tanah untuk mempercepat prosesnya.

Daur ulang berarti mengubah sampah menjadi barang baru. Tusuk sate bisa digunakan kembali sebagai bahan kerajinan tangan; Kawan bisa menggunakannya untuk membuat bingkai foto atau membuat struktur kecil untuk bangunan. Kawan dapat membuat berbagai jenis benda dari tusuk sate sesuai dengan ide Kawan.

Limbah baterai Berbahaya bagi Lingkungan dan Kesehatan, Ini yang Dilakukan BRIN dan UGM

Program Re-Skewer

Dilansir laman website tempo.co program Re-Skewer diluncurkan oleh Boolet, gerakan yang berusaha memecahkan masalah sampah di Indonesia. Tujuan dari acara ini adalah untuk memberi tahu pedagang sate kaki lima, terutama di wilayah Jakarta, tentang pentingnya mengelola limbah tusuk sate secara aman dan efisien.

"Kami berharap 'Re-Skewer' menjadi langkah awal untuk perubahan besar dalam perilaku mendukung ekonomi sirkular di sektor kuliner Indonesia," kata Cindy Susanto, CEO Boolet, dalam pernyataan pers Tempo pada 31 Oktober 2024 di laman website tempo.co.

Program Re-Skewer sebagai solusi atau mengatasi limbah tusuk sate, Kawan dapat membawa pliah sampah tusuk sate kesana, serta mendukung daur ulang pada limbah. Sebagai yang suka makan sate dapat mendorong para penjual sate untuk di daur ulang.

Mengumpulkan tusuk sate sekali pakai yang mereka buat adalah bagian penting dari periode promosi kampanye kegiatan Re-Skewer ini. Setiap kilogram limbah tusuk sate yang dikumpulkan dapat ditukar dengan setengah kilogram arang briket. Ini membantu pedagang sate kaki lima menjadi lebih sadar akan pengelolaan limbah tusuk sate mereka.

Meskipun kecil, limbah tusuk sate memiliki potensi dampak yang signifikan terhadap lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Dengan pengelolaan yang efektif, seperti daur ulang, pemisahan, dan edukasi masyarakat, limbah ini dapat ditangani dengan lebih baik. Selain mengurangi pencemaran, upaya ini juga dapat menciptakan peluang ekonomi melalui inovasi pengolahan limbah menjadi produk bernilai tambah.

Referensi:

https://www.tempo.co/ekonomi/re-skewer-atasi-limbah-tusuk-sate-dengan-program-daur-ulang-1162887?utm_source=chatgpt.com

https://www.kompas.com/food/read/2024/12/31/171700975/2-cara-buang-tusuk-sate-usai-bakaran-tahun-baruan-jangan-sembarangan

https://waste4change.com/blog/cara-aman-tangani-sampah-bekas-tusuk-sate/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DR
ML
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.