Apakah sebelumnya Kawan GNFI pernah berpikir bagaimana suatu kata dalam bahasa Indonesia diciptakan? Mungkin di antara Kawan ada yang beranggapan bahwa bahasa Indonesia hanya meminjam kata-kata dari bahasa Melayu yang merupakan akar bahasa kita dan mengubahnya sedikit.
Ternyata, pembentukan kata itu tidaklah sesederhana itu. Ada berbagai macam proses yang dilakukan oleh pakar bahasa untuk membentuk sebuah kata sampai akhirnya dapat dimasukkan ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Terkhusus dalam bahasa Indonesia itu sendiri, menurut Ivan Lanin (2023), ada lima jenis proses pembentukan kata. Apa saja itu? Mari kita pelajari satu per satu.
Afiksasi (Pengimbuhan)
Kawan GNFI pasti sudah tidak asing lagi dengan “me-”, “di-”, dan “ter-” di awal kata, bukan? Iya, ketiganya dikenal dengan istilah imbuhan (afiks). Imbuhan merupakan suatu morfem yang ditambahkan pada suatu kata untuk membentuk sebuah kata baru dan juga dapat memodifikasi makna dari kata itu sendiri.
Dikutip dari blog Ivan Lanin (2023), bahasa Indonesia memiliki empat kategori imbuhan, yaitu: awalan (ber-, me-, ter-, di-, per-, peng-, ke-, dan se-), akhiran (-i, -an, -kan, dan -nya), sisipan (-el-, -em-, -er-, dan -in-), dan apitan (ber-...-an, ke-...-an, per-...-an, dan peng-...-an).
Berikut contoh pengimbuhan dalam suatu kata:
- Kata “kerja” bisa berubah menjadi bekerja, mengerjakan, dikerjakan, pekerja, pekerjaan, memperkerjakan, dipekerjakan, dan kinerja.
- Kata “ajar” bisa berubah menjadi belajar, mengajar, pelajar, pengajar, pelajaran, diajari, pengajaran, dan ajaran.
Sejarah Bahasa Indonesia dan Ejaannya dari Masa ke Masa
Reduplikasi (Perulangan)
Pembentukan kata yang kedua bisa dilakukan dengan cara reduplikasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), reduplikasi berarti proses perulangan kata atau unsur kata. Proses ini akan menghasilkan kata ulang, yang sering Kawan GNFI gunakan dalam percakapan sehari-hari, seperti anak-anak, jalan-jalan, dan lauk pauk.
Dikutip dari situs Deepublish, berdasarkan bentuknya, reduplikasi ini dibagi menjadi lima jenis, yaitu:
Dwilangga
Dwilangga berarti bentuk perulangan kata secara utuh, contohnya bapak-bapak, rumah-rumah, dan kuda-kuda.
Dwipurwa
Dwipurwa hanya mengulang sebagian unsur dari bentuk kata dasarnya, contohnya laki menjadi lelaki, tangga menjadi tetangga, dan jaring menjadi jejaring.
Kata ulang dengan imbuhan
Kata ulang yang diciptakan melalui dua proses, yaitu perulangan kata dan penambahan imbuhan, contohnya kuda-kudaan (perulangan dari kata kuda dan ditambahkan akhiran -an) dan kebiru-biruan (perulangan dari kata biru dan ditambahkan apitan ke-...-an).
Kata ulang variasi
Kata ulang variasi merupakan suatu bentuk reduplikasi yang mengubah bunyi dari kata dasarnya, contohnya lauk pauk, serba serbi, terang benderang, dan ramah tamah.
Kata ulang semu
Kata ulang yang satu ini sebenarnya adalah bentuk kata dasarnya itu sendiri. Apabila Kawan hapus salah satu katanya, maka ia akan kehilangan makna, contohnya kupu-kupu, kura-kura, ubur-ubur, dan gara-gara.
Penggabungan Kata
Umumnya, penggabungan kata dilakukan dengan cara menggabungkan dua kata dasar yang berbeda untuk membentuk kata gabungan yang memiliki makna baru. Menurut aturan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia), kata gabungan ini dapat ditulis bersambung atau terpisah, tergantung pada konteksnya.
Berikut contoh kata gabungan yang bersambung:
- Kacamata (kaca + mata)
- Matahari (mata + hari)
- Olahraga (olah + raga)
- Purwarupa (purwa + rupa)
Sedangkan contoh kata gabungan yang terpisah antara lain:
- Rumah sakit
- Silat lidah
- Bandar udara
- Kepala sekolah
Abreviasi (Penyingkatan Kata)
Apakah Kawan GNFI pernah mendengar kata OSIS, Pemkab, dan TNI? Pastinya Kawan sudah akrab sekali dengan ketiganya, bukan? Iya, ketiga kata tersebut dibentuk melalui proses abreviasi.
Abreviasi merupakan proses pembentukan kata baru dengan memotong/memendekkan sebagian unsur (bisa suku kata atau hurufnya) dari kata dasar. Menurut jurnal Abreviasi dalam Percakapan Sehari-hari di Media Sosial: Suatu Kajian Morfologi (2019), abreviasi ini dibagi menjadi lima, yaitu singkatan, akronim, penggalan, kontraksi, dan lambang huruf.
- Singkatan adalah bentuk abreviasi yang umumnya hanya mengambil salah satu huruf dari kata dasarnya untuk dijadikan sebuah kata baru. Namun, singkatan tidak bisa dibaca sebagai kata utuh, melainkan dibaca hurufnya satu per satu, contohnya Tentara Nasional Indonesia(TNI) dan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
- Akronim merupakan bentuk abreviasi yang bisa mengambil salah satu huruf atau suku kata dari kata dasarnya. Berbeda dari singkatan, akronim dapat dibaca utuh selayaknya kata pada umumnya, contohnya Kementerian Pariwisata (Kemenpar), dan Surat Izin Mengemudi (SIM).
- Penggalan adalah proses menghilangkan sebagian unsur dari kata dasarnya dan mengekalkan sebagian yang lain, contohya bapak (pak) dan profesor (prof).
- Kontraksi adalah proses pemendekan yang merangkum leksem dasar atau kombinasi leksem, seperti tak dari kata tidak dan takkan dari kata tidak akan.
- Lambang huruf adalah proses pemendekan yang menghasilkan satu atau beberapa huruf yang mewakili konsep dasar kuantitas, satuan, atau unsur, seperti g (gram), cm (sentimeter).
Pemadanan Kata
Jenis pembentukan kata yang terakhir adalah pemadanan kata dari bahasa lain. Membentuk kata baru dapat dilakukan dengan menyerap kosakata dari bahasa lain. Proses penyerapan kata asing ke dalam bahasa Indonesia bisa dilakukan melalui adopsi, adaptasi, penerjemahan, atau kreasi.
- Adopsi dilakukan dengan menyerap kata dari bahasa lain tanpa mengubah ejaan dan bunyinya. Contoh: internet dari bahasa Inggris internet, video dari bahasa Inggris video, dan karaoke dari bahasa Jepang karaoke.
- Adaptasi sedikit berbeda dari adopsi, yaitu menyerap kata dari bahasa lain dan mengubah unsur katanya menyesuaikan pelafalan bahasa Indonesia. Contoh: computer menjadi komputer, business menjadi bisnis, dan manteiga menjadi mentega.
- Kata serapan penerjemahan adalah kata yang diambil dari bahasa asing dan dicari penggantinya dalam bahasa Indonesia yang maknanya setara. Contoh: gadget menjadi gawai dan download menjadi unduh.
- Pemadanan kata dengan cara kreasi tidak hanya menerjemahkan kata dari bahasa asing, tapi juga menyesuaikannya dengan kaidah bahasa Indonesia. Contoh: mobile phone menjadi telepon genggam, online dan offline menjadi daring dan luring, dan drive thru menjadi lantatur.
Bahasa Indonesia dan Identitas Nasional
Jadi, Kawan GNFI akhirnya tahu bagaimana proses pembentukan kata dalam bahasa Indonesia, mulai dari afiksasi hingga pemadanan kata. Memahami hal ini dapat memperkaya wawasan Kawan terhadap bahasa dan juga menumbuhkan rasa bangga terhadap bahasa Indonesia itu sendiri.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News