konsep tri guna dari pulau dewata terwujud dalam pahatan salju di ajang internasional harbin tiongkok - News | Good News From Indonesia 2025

Konsep 'Tri Guna' dari Bali Terwujud dalam Pahatan Salju di Ajang Internasional Harbin, Tiongkok

Konsep 'Tri Guna' dari Bali Terwujud dalam Pahatan Salju di Ajang Internasional Harbin, Tiongkok
images info

Tidak ada yang menyangka bahwa keindahan dan kearifan lokal Bali dapat hidup di tengah dinginnya salju Harbin, Tiongkok. Namun, itulah yang berhasil dibuktikan oleh tim seniman asal Pulau Dewata dengan menyiptakan mahakarya yang terbuat dari bongkahan salju berukuran 3x3 meter dan menjulang setinggi 4 meter pada The 27th Harbin International Snow Sculpture Competition, ajang bergengsi yang diikuti seniman-seniman terbaik dunia.

Mengenal Harbin International Snow Sculpture Competition

Sebagai salah satu festival seni musim dingin terbesar di dunia, Harbin International Snow Sculpture Competition tidak hanya menjadi kompetisi belaka, tetapi menjadi ruang pertemuan budaya, eksplorasi teknik pahat, dan ekspresi filosofi yang dituangkan ke dalam karya yang dihadirkan dengan penuh keindahan dan tantangan.

Setiap tahunnya, puluhan tim dari berbagai negara berlomba menciptakan patung-patung salju kolosal yang mampu mengisahkan cerita, membangkitkan emosi, dan menyiratkan makna.

Kompetisi ini menantang para seniman untuk bekerja dalam suhu ekstrem hingga -26°C. Di tengah tantangan tersebut, kreativitas dan daya tahan fisik benar-benar ditempa, menjadikan setiap kemenangan sebagai pencapaian yang patut diapresiasi.

Baca juga: “Tangan di Atas”, Indonesia Jadi Negara Donor yang Aktif Berkontribusi di Dunia

Sebuah Perjalanan Panjang

Menjelang ajang bergengsi yang digelar dalam tiga hari, dari 6 hingga 9 Januari 2025, tim kolaborasi Himpunan Seniman Pecatu (HSP) dan Bali Talent Artis (BTA), yang terdiri dari I Nyoman Sungada, I Wayan Mardina, Gede Agus Kurniawan, dan I Ketut Suaryana, menjalani persiapan panjang selama 2,5 bulan.

Masa persiapan ini tidak hanya berfokus pada latihan teknis. Namun, juga mencakup perencanaan desain hingga penggalangan dana untuk memastikan segala kebutuhan dan tantangan yang akan mereka hadapi dapat teratasi dengan baik.

Setiap hari, mereka mengasah kemampuan dengan menyempurnakan desain patung dan memperhatikan setiap detail teknis agar menghasilkan karya yang sesuai harapan. Selain itu, para seniman Bali ini juga merancang strategi khusus untuk menghadapi suhu ekstrim. Dengan latihan intensif dan dedikasi penuh, mereka memastikan setiap elemen dari mahakarya tim siap tampil sempurna dalam waktu yang terbatas.

Mengusung Konsep 'Tri Guna'

Sebagai bentuk manifestasi dari kearifan lokal Bali, keempat seniman dan pemahat ulung dari Pulau Dewata tersebut memperkenalkan Tri Guna ke panggung dunia, sebuah filosofi yang berakar dari ajaran Hindu Bali. Mahakarya yang dihasilkan hanya dalam waktu 3,5 hari adalah berupa patung 3 wajah yang berbeda, sebagai bentuk simbolik dari:

  • Sattvam, yang melambangkan kebijaksanaan dan kedamaian.
  • Rajas, yang mewakili energi dan semangat yang dinamis.
  • Tamas, yang mencerminkan stagnansi dan kebingungan.
Seniman Bali memahat salju di tengah suhu ekstrem Harbin
info gambar

Setiap lekukan dan detail ukiran pada mahakarya tersebut menggaungkan sarat makna tentang usaha manusia dalam menjaga keseimbangan antara nafsu, kebajikan, dan kegelapan dalam dirinya.

Baca juga: Bahasa Indonesia Jadi Salah Satu Bahasa yang Dipelajari di Australia, Alasannya?

Hasil Kerja Keras yang Terbayar

Setelah menghadapi berbagai halang rintang, Tim Bali akhirnya berhasil mengukir prestasi dengan meraih penghargaan tertinggi, mengungguli tim-tim unggulan dari negara-negara seperti Rusia, Spanyol, dan Mongolia. Penghargaan 'Commemorative Prize' yang dibawa pulang bukan sekadar simbol kemenangan, melainkan juga bukti nyata bahwa budaya Indonesia memiliki tempat terhormat di pentas seni dunia. 

Keberhasilan ini membuktikan bahwa seniman Bali tak hanya piawai mengolah batu atau kayu, tetapi juga mampu menjinakkan salju, material yang cukup asing bagi mereka yang berasal dari daerah tropis. Lebih dari itu, mereka menunjukkan bahwa nilai-nilai kearifan lokal tetap mampu bersinar terang di bawah sorotan global.

Prestasi ini juga tercatat sebagai salah satu dari tiga penghargaan serupa yang pernah mereka raih dalam kompetisi internasional, menyusul kemenangan Jepang sekali dan Harbin untuk kedua kalinya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.