Buku bajakan adalah buku yang secara ilegal dijual oleh para oknum dengan harga di bawah buku orisinal. Tak hanya dalam bentuk buku fisik (hardcopy), buku bajakan juga kini telah tersebar luas dalam bentuk digital (softcopy).
J.S. Khairen, penulis novel yang memenangkan kategori Writer of The Year IKAPI AWARDS 2024, pernah dikejutkan dengan seorang pembaca yang membawa novel bajakan dari karyanya yang berjudul Dompet Ayah Sepatu Ibu saat sesi Bincang Novel pada September 2024. J.S. Khairen sendiri terkenal aktif menyuarakan penolakan terkait aksi pembajakan buku melalui akun Instagram pribadinya @js_khairen.
Dalam postingan tersebut, J.S. Khairen mengungkapkan kekecewaannya terhadap perilaku penggemarnya yang secara tidak sadar membawa buku bajakan ke depan penulis aslinya untuk ditandatangani. Ia juga berharap kejadian itu menjadi yang pertama dan terakhir kalinya ia alami, mengingat betapa besar pengaruh negatif pembajakan buku terhadap proses penerbitan buku orisinal.
Baca Juga: 11 Rekomendasi Toko Buku Online di Shopee, agar Terhindar dari Buku Bajakan
Untuk mencegah hal serupa, ada baiknya Kawan GNFI kenali terlebih dahulu ciri-ciri buku bajakan, seperti berikut:
Ciri-ciri Buku Bajakan
Dikutip dari situs Gramedia, pembajakan buku dapat berupa kegiatan membuat salinan buku dalam bentuk fotokopi, tangkapan layar, kutipan, hingga terjemahan secara ilegal tanpa persetujuan pihak penerbit aslinya dengan tujuan untuk dijual kembali.
Regulasi terkait pembajakan buku di Indonesia sendiri diatur dalam UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Di dalamnya tertulis sanksi yang akan diperoleh para pembajak buku, yaitu pidana maksimal 10 tahun atau denda sebanyak 4 miliar rupiah.
Di antara ciri-ciri buku bajakan dalam bentuk fisik (hardcopy), seperti yang dilansir situs Gramedia adalah sebagai berikut:
1. Bagian sampul memiliki warna yang berbeda
Buku orisinal memiliki sampul dengan warna yang lebih cerah dan kontras dibandingkan buku bajakan. Banyak penerbit saat ini yang juga menambahkan efek timbul (emboss) pada bagian sampul buku terbitannya untuk menambah kesan autentik serta semakin menyulitkan proses pembajakan buku oleh para oknum.
2. Bagian kertas memiliki kualitas yang berbeda
Buku orisinal menggunakan kertas yang berkualitas, berwarna cerah, dan tebal. Tidak seperti buku bajakan yang umumnya menggunakan kertas tipis dengan warna lebih gelap menyerupai kertas koran.
3. Bagian halaman dan perekat yang berbeda
Buku orisinal memiliki halaman yang runtut dari awal hingga akhir. Hal tersebut jelas berbeda dengan buku bajakan yang seringkali tidak runtut, terbalik atau bahkan tidak lengkap seperti versi orisnalnya.
4. Perbedaan signifikan pada harga
Buku orisinal tentunya memiliki harga yang cukup mahal jika dibandingkan dengan buku bajakan. Seperti novel Bumi karya Tere Liye yang secara resmi dijual seharga Rp84.460 di marketplace Tere Liye Official Store. Novel dengan judul yang sama di tangan oknum pembajak buku akan dijual dengan harga yang lebih miring, yaitu sekitar 30-50 ribu Rupiah. Tak heran banyak konsumen yang tergiur dengan harga murah tersebut.
Lain halnya dengan buku bajakan dalam bentuk digital (softcopy). Kawan GNFI tentu tak dapat mengecek kondisi buku melalui kondisi sampul atau kualitas kertasnya, tetapi Kawan GNFI masih bisa melihat dari harga yang ditawarkan. Umumnya buku digital orisinal memiliki harga yang tak jauh berbeda dengan buku fisiknya.
Kawan GNFI bisa membeli buku digital secara legal melalui situs atau aplikasi Gramedia Digital, Google Play Books dan Amazon. Namun, Kawan GNFI tak perlu khawatir sebab ada situs dan aplikasi alternatif yang menyediakan buku digital gratis untuk dibaca secara legal, salah satunya iPusnas.
Mengenal Aplikasi iPusnas
iPusnas adalah salah satu layanan yang disediakan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) dalam bentuk perpustakaan digital berbasis aplikasi. iPusnas dapat digunakan secara gratis oleh masyarakat di seluruh Indonesia dan dapat dipasang di berbagai macam gawai seperti ponsel, laptop, tablet, maupun e-reader berbasis Android serta IOS. Selain itu, Kawan GNFI juga bisa mengakses iPusnas melalui situs ipusnas.id.
Berdasarkan data iPusnas dalam Angka, terdapat sebanyak lebih dari 1,4 juta salinan buku digital (e-book) yang terdiri dari 114.609 judul per Juni 2024. Selain itu, koleksi buku digital iPusnas telah diakses oleh lebih dari 2 juta pengguna dengan total peminjaman sebanyak lebih dari 30 juta kali.
Genre buku digital yang disediakan iPusnas pun beragam, mulai dari agama, bahasa, bisnis, ekonomi, fiksi, filsafat, kesehatan, komik, pengembangan diri, pertanian, puisi, sejarah, dll yang berasal dari berbagai pengarang serta penerbit.
Tak hanya dalam Bahasa Indonesia, iPusnas juga menyediakan buku digital dalam bahasa lain seperti Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Bahasa Mandarin, serta bahasa daerah lain. Salah satunya buku digital berjudul Alih Aksara Serat Panji Sekar RP 206 Jilid 1 yang merupakan hasil pengalihan aksara dari aksara Jawa ke aksara latin oleh Mokhamad Diky Praditia.
Baca Juga: Perkuat Literasi dengan Aplikasi Baca Bebas Bayar
Cara Pinjam Buku di iPusnas
Untuk bisa membaca buku digital di iPusnas, Kawan GNFI hanya perlu mengunduh aplikasinya melalui Play Store maupun App Store, kemudian melakukan registrasi menggunakan email yang masih aktif.
Setelah itu, Kawan GNFI bisa langsung meminjam buku yang diinginkan dengan cara mencari kata kunci berupa judul buku atau nama penulisnya pada search box di bagian atas halaman utama, kemudian klik buku yang akan dipinjam. Kawan GNFI akan memperoleh kuota peminjaman harian sebanyak 12 judul buku dengan masa pinjam masing-masing selama 13 hari.
Baca Juga: Tangkal Bacaan Ilegal di Tengah Pandemi Corona, Perpusnas Ajak Khalayak Jajal iPusnas
Namun, Kawan GNFI harus bersabar untuk mengantre. Sebab beberapa judul buku digital di iPusnas baru tersedia dalam jumlah salinan yang terbatas dengan jumlah antrean yang panjang. Seperti novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori yang hanya tersedia sebanyak 520 salinan dengan total antrean sebanyak lebih dari 17 ribu pemustaka yang ingin membacanya di iPusnas per Januari 2025.
Jadi, apakah judul buku incaran Kawan GNFI sudah tersedia di iPusnas?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News