Pada tanggal 14 Desember 2024, Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Peminatan Jurnalistik Universitas Bakrie KOM 38 melaksanakan perjalanan luar biasa ke Bogor dalam rangka hunting foto jurnalistik pertama mereka.
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah memberikan pengalaman praktis bagi mahasiswa dalam mengambil foto jurnalistik yang tidak hanya indah secara visual. Namun, juga memiliki nilai informasi yang dapat mengedukasi dan menginspirasi publik.
Perjalanan dimulai di Museum Presiden, sebuah tempat bersejarah yang terletak di Jalan Ir. H. Juanda, Bogor. Museum ini, yang dibangun pada tahun 1914, dulunya merupakan kediaman Presiden pertama Indonesia, Soekarno.
Kini, bangunan ini berfungsi sebagai museum yang menyimpan berbagai koleksi sejarah penting, termasuk foto-foto kenangan, pakaian resmi, serta peralatan pribadi milik Presiden Soekarno dan para pemimpin Indonesia lainnya.
Bagi para mahasiswa, museum ini menjadi saksi bisu perjalanan panjang sejarah politik Indonesia, yang mereka coba abadikan dalam foto, menekankan detail dan komposisi yang dapat mengungkapkan kedalaman cerita di balik gambar.
Selain menambah wawasan tentang sejarah, kegiatan ini juga membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk memperdalam keterampilan fotografi mereka. Mereka tidak hanya belajar bagaimana cara memotret secara teknis. Namun, juga bagaimana cara memotret momen yang bermakna, yang menggambarkan perjalanan sejarah Indonesia melalui lensa kamera mereka.
Setiap foto yang diambil di Museum Presiden bukan hanya untuk memperlihatkan objek. Namun, juga untuk mengungkapkan nilai-nilai dan pesan yang terkandung di dalamnya, sesuai dengan prinsip-prinsip jurnalisme yang etis.
Selanjutnya, perjalanan berlanjut ke kawasan Surya Kencana, yang terletak tidak jauh dari pusat kota Bogor. Kawasan ini dikenal dengan atmosfernya yang kaya akan sejarah dan budaya, menjadi tempat yang sangat sesuai untuk melatih keterampilan foto jurnalistik dalam tema-tema seperti “Human Interest”, “Infrastruktur”, dan “Kuliner”.
Di sini, para mahasiswa memilih tema “Human Interest” untuk mendalami kehidupan sehari-hari masyarakat Bogor. Mereka mengambil foto-foto pedagang kaki lima yang tengah berinteraksi dengan pembeli, serta potret ekspresi wajah ibu-ibu dan anak-anak yang sedang menunggu antrian di toko emas legendaris yang ramai.
Surya Kencana dengan segala kesibukannya memberikan banyak kesempatan bagi mahasiswa untuk menangkap gambar yang menceritakan kisah kehidupan masyarakat. Dari hiruk-pikuk pedagang yang bersaing untuk menarik perhatian pelanggan hingga momen sederhana namun penuh makna seperti anak-anak yang menunggu ibunya di luar toko.
Semua ini memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi mahasiswa jurnalistik, yang mempelajari bagaimana cara menemukan sudut pandang yang tepat, menentukan elemen foto yang harus ditekankan, serta menyampaikan pesan yang kuat melalui gambar.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya belajar teori jurnalisme, tetapi juga tantangan nyata yang dihadapi oleh jurnalis di lapangan. Mereka belajar bagaimana menggali esensi dari suatu peristiwa dan menyajikannya dengan cara yang menarik serta bermakna.
Menjelajahi Jejak Pemimpin Bangsa di Museum Kepresidenan
Dosen Jurnalistik mereka, Mely, mengingatkan bahwa, "Jangan hanya sekedar memotret, tetapi ambil momen yang penuh cerita." Ini menjadi suatu prinsip dan pegangan mereka selama perjalanan.
Mahasiswa tidak hanya belajar teori jurnalisme, tetapi juga menghadapi tantangan nyata yang dihadapi oleh jurnalis di lapangan. Sejak memulai perjalanan mereka, para mahasiswa mulai menyadari bahwa dunia jurnalisme tidak selalu sesederhana yang mereka bayangkan di ruang kelas.
Meskipun mereka telah dibekali dengan pengetahuan dasar tentang penulisan dan prinsip-prinsip jurnalisme, mengabadikan momen-momen bersejarah atau kehidupan sehari-hari melalui kamera membawa mereka pada tantangan yang lebih kompleks.
Salah satu pelajaran terbesar yang mereka dapatkan adalah bagaimana menggali esensi dari suatu peristiwa dan menyajikannya dalam bentuk gambar yang tidak hanya menarik, tetapi juga bermakna.
Mereka diajarkan untuk berpikir lebih kritis, menganalisis konteks dari setiap peristiwa yang mereka amati, serta memahami bahwa sebuah foto bisa berbicara lebih banyak daripada serangkaian kata-kata.
Selama perjalanan, mahasiswa diberi kesempatan untuk mengasah kemampuan mereka dalam menemukan sudut pandang yang tepat. Mereka belajar untuk menyaring informasi visual yang ada, memfokuskan perhatian pada elemen-elemen tertentu yang dapat menyampaikan pesan yang kuat.
Mereka harus peka terhadap lingkungan sekitar dan mampu mengidentifikasi momen-momen penting yang patut diabadikan. Sebuah foto bisa menggambarkan lebih dari sekadar objek yang tampak; foto yang baik harus mampu menangkap perasaan, emosi, dan bahkan cerita yang tersembunyi di balik objek tersebut.
Hal inilah yang ditekankan oleh Mely, dosen mereka, yang dengan bijak mengingatkan bahwa "Jangan hanya sekedar memotret, tetapi ambil momen yang penuh cerita."
Pesan ini menjadi prinsip yang sangat berarti bagi mahasiswa selama perjalanan. Mereka diajak untuk tidak hanya mengejar gambar yang menarik. Namun, juga untuk mempertanyakan apa yang ada di balik setiap momen dan bagaimana momen tersebut dapat membawa pesan yang lebih dalam.
Kegiatan berburu foto di Museum Presiden dan kawasan Surya Kencana memberi mahasiswa wawasan yang jauh lebih dalam tentang dunia jurnalistik, khususnya dalam bidang fotografi.
Mereka belajar bahwa sebuah gambar dalam jurnalistik bukan hanya sekadar karya seni, tetapi sebuah alat yang dapat memberikan informasi, menggugah emosi, atau bahkan mengubah persepsi masyarakat terhadap suatu isu.
Di Museum Presiden, misalnya, mahasiswa berusaha menggambarkan dengan jelas bagaimana bangunan bersejarah tersebut tidak hanya berbicara tentang masa lalu, tetapi juga tentang perjalanan bangsa Indonesia yang penuh dinamika.
Setiap sudut ruangan, setiap peninggalan sejarah, dan bahkan ekspresi wajah orang-orang yang mengunjungi museum menjadi bagian dari cerita besar yang ingin mereka sampaikan.
Di sinilah, mereka belajar untuk menangkap narasi sejarah melalui lensa kamera, menyaring elemen-elemen yang paling signifikan, dan mengubahnya menjadi foto yang dapat berbicara kepada penonton.
Begitu pula di Surya Kencana, kawasan yang penuh dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Bogor, mahasiswa ditantang untuk menangkap momen yang hidup dan penuh warna. Mereka memotret pedagang kaki lima yang berinteraksi dengan pembeli, ibu-ibu yang menunggu di luar toko emas, serta kesibukan pasar yang menyajikan berbagai potret sosial yang penuh makna.
Di tempat ini, para mahasiswa belajar untuk memahami pentingnya konteks dalam sebuah foto jurnalistik. Mereka menyadari bahwa setiap elemen dalam foto—baik itu latar belakang, subjek utama, maupun detil-detil kecil lainnya—memiliki peran penting dalam membangun cerita yang utuh.
Perjalanan di Museum Kepresidenan, Mengenal Lebih dalam 6 Presiden dari Masa ke Masa
Mereka tidak hanya dituntut untuk mengambil foto yang estetis, tetapi juga untuk mempertimbangkan apa yang ingin disampaikan melalui gambar tersebut.
Setelah perjalanan ini, para mahasiswa pulang dengan membawa koleksi foto jurnalistik yang bukan hanya memiliki nilai estetis, tetapi juga nilai informasi yang sangat tinggi. Foto-foto tersebut bukan hanya sebuah dokumentasi visual, tetapi juga sebuah narasi yang mengungkapkan kisah-kisah yang seringkali tersembunyi di balik permukaan.
Dalam dunia jurnalisme yang semakin berkembang, keterampilan fotografi menjadi semakin penting. Mahasiswa kini menyadari bahwa mereka tidak hanya perlu menulis dengan baik, tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk melihat dunia melalui lensa yang tajam dan sensitif terhadap detail.
Mereka belajar bagaimana menggunakan foto sebagai alat untuk mengungkapkan kebenaran, menggambarkan peristiwa penting, dan memperkaya pemberitaan mereka.
Kolaborasi GNFI-Universitas Bakrie
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News