jejak kejayaan dua kerajaan di maluku utara kerajaan ternate dan tidore - News | Good News From Indonesia 2024

Jejak Kejayaan Dua Kerajaan di Maluku Utara, Kerajaan Ternate dan Tidore

Jejak Kejayaan Dua Kerajaan di Maluku Utara, Kerajaan Ternate dan Tidore
images info

Maluku Utara menjadi saksi kejayaan dua kerajaan pengendali rempah di Nusantara, yaitu Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore. Kedua kerajaan ini tidak hanya memainkan peran penting dalam perkembangan Islam di wilayah timur Indonesia, tetapi juga menjadi pusat perdagangan rempah-rempah yang diincar oleh bangsa Eropa pada abad ke-16 hingga ke-18.

Bagaimana sejarah hingga peninggalan kedua kerajaan ini? Berikut informasinya.

Kerajaan Ternate

Sejarah Berdirinya Kerajaan Ternate

Kerajaan Ternate merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Indonesia yang didirikan pada abad ke-13. Kerajaan ini didirikan oleh Baab Mashur Malamo, seorang raja dari suku asli Maluku Utara yaitu suku Madole pada tahun 1257.

Beliau dianggap sebagai pendiri pertama dari Kesultanan Ternate yang kemudian berkembang menjadi kerajaan besar di kawasan Maluku Utara.

Masa Kejayaan Kerajaan Ternate

Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-16 di bawah kepemimpinan Sultan Baabullah (1570—1583). Pada masa pemerintahannya, Ternate menjadi kekuatan maritim yang dominan di wilayah Nusantara dan berhasil memperluas pengaruhnya hingga ke sebagian besar kawasan Indonesia Timur, termasuk wilayah Filipina Selatan.

Sultan Baabullah terkenal karena keberhasilannya mengusir penjajah Portugis dari wilayah Ternate pada tahun 1575 setelah pengepungan selama lima tahun.

Keberhasilan ini menjadikan Ternate sebagai pusat perdagangan rempah-rempah, terutama cengkeh yang harganya sangat mahal di pasar global pada masa itu.

Selain sebagai pusat perdagangan, Ternate juga dikenal sebagai pusat penyebaran Islam di Indonesia Timur. Melalui hubungan dagang dan diplomasi, agama Islam menyebar ke berbagai wilayah di Nusantara, terutama di daerah Maluku dan sekitarnya. Sultan Baabullah sendiri dianggap sebagai salah satu tokoh penting dalam penyebaran Islam di wilayah ini.

Baca juga: Gua Liang Tapah, Wisata Legenda Jin Berbentuk Ikan dari Kalimantan Selatan

Letak Kerajaan Ternate

Kerajaan Ternate terletak di Pulau Ternate, bagian dari Kepulauan Maluku Utara. Pulau ini dikenal dengan kekayaan alamnya, terutama cengkeh yang menjadi komoditas utama perdagangan Ternate.

Letaknya yang strategis di jalur perdagangan rempah-rempah membuat Ternate menjadi pusat perdagangan yang penting di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, keberadaan gunung berapi aktif, Gamalama, juga menjadi ciri khas geografis pulau ini.

Peninggalan Kerajaan Ternate

Kerajaan Ternate meninggalkan berbagai peninggalan bersejarah yang menjadi bukti kejayaan dan warisan budaya Maluku Utara. Beberapa peninggalan penting dari Kerajaan Ternate antara lain:

  1. Benteng Tolukko: Benteng ini merupakan sebuah bangunan peninggalan Portugis yang kemudian digunakan oleh Kesultanan Ternate. Benteng Tolukko terletak di Desa Sangaji dan menjadi salah satu bukti sejarah penting dari masa kolonial dan perjuangan Ternate melawan penjajah.
  2. Masjid Sultan Ternate: Masjid ini adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang dibangun pada abad ke-15. Masjid Sultan Ternate masih berdiri kokoh hingga saat ini dan menjadi pusat kegiatan keagamaan serta simbol penyebaran Islam di Ternate.
  3. Keraton Ternate: Istana Sultan Ternate merupakan tempat tinggal para sultan dan pusat pemerintahan. Di sana terdapat berbagai benda bersejarah, termasuk artefak-artefak peninggalan para sultan, seperti mahkota, senjata, dan pakaian kerajaan.
  4. Manuskrip Kuno: Ternate juga memiliki koleksi manuskrip kuno yang berisi catatan sejarah, hukum adat, dan ajaran Islam. Manuskrip-manuskrip ini menjadi sumber penting bagi penelitian sejarah dan budaya Maluku.

Kerajaan Tidore

Sejarah Berdirinya Kerajaan Tidore

Kerajaan Tidore didirikan pada tahun 1081 oleh Syahjati atau Muhammad Naqil. Syahjati adalah saudara dari Mashur Malamo, pendiri Kerajaan Ternate. Pada awalnya, Kerajaan Tidore bukanlah kerajaan Islam. Namun, agama Islam baru masuk dan berkembang pada akhir abad ke-151.

Sultan Djamaluddin, yang naik tahta pada tahun 1495, adalah raja pertama yang memakai gelar sultan dan memperkenalkan agama Islam ke dalam kerajaan.

Masa Kejayaan Kerajaan Tidore

Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-16 hingga abad ke-18. Pada masa ini, kerajaan ini menguasai sebagian besar Pulau Halmahera Selatan, Pulau Buru, Pulau Seram, dan banyak pulau-pulau di pesisir Papua Barat. Salah satu puncak kejayaannya adalah masa pemerintahan Sultan Nuku (1780—1805).

Sultan Nuku berhasil menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda akhirnya terpaksa mundur dan Tidore tetap menjadi daerah merdeka hingga akhir abad ke-18.

Letak Kerajaan Tidore

Kerajaan Tidore berpusat di wilayah Kota Tidore, Maluku Utara. Letaknya di sebelah selatan Kerajaan Ternate, menjadikannya sebagai salah satu kerajaan terbesar di kawasan Maluku. Pada masa kejayaannya, wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, mencakup Pulau Seram, sebagian Halmahera, Raja Ampat, dan sebagian wilayah Papua.

Peninggalan Kerajaan Tidore

Meskipun Kerajaan Tidore akhirnya dikuasai oleh Hindia Belanda pada tahun 1815, warisan budaya dan sejarahnya tetap terkenal. Kerajaan ini dihidupkan kembali setelah Reformasi 1998 dan berfungsi sebagai melestarikan warisan budaya serta sejarah. Sultan Husain Syah saat ini adalah pemegang jawatan tertinggi di Kerajaan Tidore. Beberapa peninggalan Kerajaan Tidore, antara lain:

  1. Istana Kerajaan Tidore (Kadato Kie): Istana ini merupakan tempat tinggal sekaligus pusat pemerintahan Sultan Tidore. Kawasan tersebut pertama kali dibangun pada tahun 1811, tetapi runtuh pada tahun 1912 akibat gejolak internal dan campur tangan Belanda. Kemudian istana dibangun kembali pada sekitar tahun 2000 dan dibuka pada tahun 2010.
  2. Masjid Sultan Tidore: Masjid ini dibangun pada tahun 1700 dengan konstruksi kayu, batu, pasir, kapur, serta atap dari alang-alang dan daun sagu. Masjid ini merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang masih digunakan hingga hari ini.
  3. Pusaka dan Artefak: Berbagai pusaka dan artefak dari Kerajaan Tidore masih tersimpan dan dipajang di berbagai museum dan tempat bersejarah di Maluku Utara. Pusaka ini mencakup perhiasan emas, senjata, dan benda-benda kerajaan lainnya.

Dengan kejayaannya sebagai pusat perdagangan rempah-rempah dan penyebaran Islam di Indonesia bagian timur, kedua kerajaan ini meninggalkan warisan yang berharga melalui peninggalan arsitektur, artefak, dan manuskrip kuno yang masih ada hingga saat ini.

Pengaruh mereka masih terasa dalam kehidupan masyarakat Maluku Utara dan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.

Baca juga: Sejarah Berdirinya Makassar, Jejak Peradaban Maritim Indonesia dari Masa ke Masa

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Nadhifa Aurellia Wirawan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Nadhifa Aurellia Wirawan.

NA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.