Apakah Kawan GNFI seorang petualang kuliner yang gemar menjelajahi tempat-tempat unik atau mencoba menu-menu tak biasa yang bikin tercengang?
Ketika membahas kuliner Indonesia, terdapat beragam hidangan dengan cita rasa lezat dan keunikan di setiap suapannya. Hidangan ini sering kali dilengkapi dengan tradisi dan cerita lokal yang dipercaya oleh sebagian masyarakat. Termasuk yang akan kita bahas, hidangan yang berbahan dasar dari daging dan buah tak biasa, yang bikin Kawan tertantang.
Artikel ini bertujuan untuk mengenalkan keberagaman kuliner Indonesia yang memiliki keunikan tersendiri dan mungkin terlihat ekstrem di mata sebagian orang. Meski tampak tidak biasa, makanan di bawah merupakan bagian dari tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat.
Berikut adalah 5 kuliner ekstrem dari penjuru Indonesia yang menunjukkan kekayaan rasa dan budaya Nusantara.
Paniki, Warisan Budaya Kuliner Minahasa
Paniki adalah hidangan eksotis khas dari suku Minahasa, Sulawesi Utara, yang terbuat dari kelelawar yang dimasak dengan santan kental dan rempah-rempah.
Daging kelelawar dikenal memiliki tekstur kenyal, mirip ayam, dimasak dengan berbagai bumbu aromatik khas Minahasa, seperti serai, jahe, kunyit, bawang merah, bawang putih, cabai, daun jeruk, dan santan untuk menghasilkan rasa gurih.
Cara menyajikan paniki juga memerlukan teknik yang telaten, kelelawar yang dikonsumsi ini merupakan kelelawar pemakan buah, dan dibersihkan bulu-bulunya. Proses memasaknya memerlukan waktu sekitar 2 jam hingga santan meresap dalam daging, lalu diberikan bumbu aromatik khas masakan Manado.
Kehadiran paniki menjadi cerminan warisan budaya dan tradisi kuliner selama berabad-abad. Paniki menjadi salah satu kuliner ekstrem yang menarik perhatian lokal maupun turis mancanegara, karena paniki menawarkan rasa unik bagi mereka yang berani mencobanya.
Baca juga: Menikmati Paniki, Kuliner dari Olahan Daging Kelelawar Khas Minahasa
Ulat Sagu, Camilan Tradisional dari Papua dan Maluku
Ulat sagu adalah salah satu makanan tradisional khas Papua dan Maluku yang dapat dinikmati menjadi hidangan seperti sate ulat sagu, roti ulat sagu, atau langsung dimakan mentah.
Meski bagi sebagian orang terdengar cukup menantang, ulat sagu sebenarnya merupakan sumber protein yang kaya dan bagian penting dari pola makan masyarakat setempat.
Dengan tekstur kenyal dan cita rasa gurih, hidangan ini sering dijadikan sebagai cemilan atau lauk pendamping nasi.
Selain sebagai makanan, ulat sagu juga memiliki nilai budaya yang mendalam, melambangkan kehidupan pedesaan yang selaras dengan alam.
Tempoyak, Olahan Durian Fermentasi
Apakah Kawan GNFI menyukai durian? Durian yang sudah matang akan tercium wanginya bagi orang yang menyukainya.
Namun, bagaimana jika durian dibiarkan hingga rasanya asam. Apakah Kawan masih mau mencicipinya?
Kuliner ekstrem ini tidak hanya berasal dari olahan daging hewan yang tidak umum, tetapi juga dari fermentasi durian yang menghasilkan hidangan khas bernama tempoyak.
Tempoyak merupakan sajian tradisional etnis Melayu yang berasal dari Pulau Sumatra dan Kalimantan. Hidangan ini dibuat dari durian yang difermentasi sehingga menciptakan rasa asam yang khas. Tempoyak biasanya disajikan sebagai pelengkap nasi dan sambal, menawarkan cita rasa yang unik dan berbeda.
Cara penyajiannya pun beragam di berbagai daerah. Di Jambi, tempoyak sering diolah bersama ikan patin atau ikan baung. Sumatra Selatan memadukannya dengan daging ayam dan ikan patin, sementara Bengkulu terkenal dengan olahan tempoyak campuran udang. Di Lampung, tempoyak menjadi bahan utama dalam sambal yang khas.
Menariknya, tempoyak telah diakui sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda (WBTB) Indonesia. Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, mencatat tempoyak sebagai warisan budaya dari Provinsi Jambi pada tahun 2011, dan kembali dicatat pada 2019 bersama Sumatra Selatan dan Tanjak.
Baca juga: Tempoyak, Makanan Fermentasi Durian Khas Suku Melayu
Sate dan Jamu Ular Kobra
Kuliner yang satu ini juga tidak kalah uniknya dan kehadirannya untuk sebagian orang sangatlah tidak umum. Sate dengan olahan daging ular kobra ini bisa ditemui di tenda kaki lima kota besar seperti Jakarta, Tangerang, Surabaya, Semarang, Solo, Yogyakarta, dan sekitarnya.
Ular yang dikonsumsi untuk dijadikan obat tradisional ini menggunakan daging ular kobra. Sate ular kobra dipercayai memiliki khasiat bagi kesehatan tubuh.
Tidak hanya dagingnya, bahkan darah ular kobra dapat dijadikan jamu bersamaan dengan empedu dan sum-sumnya, dipercaya berguna untuk meningkatkan vitalitas pria, menyembuhkan asam urat, rematik, kencing manis, dan gangguan kulit seperti eksim, alergi, dan sejenisnya.
Penyajian sate ular kobra ini dibersihkan dari kulitnya, dipotong kecil-kecil dan ditusuk menjadi sate, kemudian dipanggang dan diberi kecap dan bumbu kacang. Rasa dan teksturnya kenyal meski sedikit pahit, juga enak bagi orang-orang yang menyukainya.
Sedangkan jamu ular, terbuat dari darah ular, madu, dan ginseng, setelah diaduk kemudian dimasukkan empedu dan sum-sum yang sudah dicacah.
Tidak disangka-sangka, ternyata sate ular ini masih banyak peminatnya karena merasa ular kobra bisa menjadi salah satu obat tradisional yang ampuh dari segala penyakit.
Cacing Laut Insonem, Makanan Unik Kaya Protein dari Papua
Cacing laut menjadi salah satu hidangan ekstrem yang menarik untuk dijajal oleh para pencinta kuliner ekstrem.
Hidangan ini banyak ditemukan di kawasan pesisir Papua dan dikenal sebagai sumber protein dengan kandungan gizi yang tinggi.
Cara menikmati cacing laut ini dimasak atau diasap menggunakan batok kelapa dan kayu bakar. Ketika sudah matang, warna cacing laut tersebut akan berubah menjadi kecokelatan.
Lebih dari sekadar makanan, cacing laut juga merupakan bagian dari tradisi kuliner yang telah diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Papua.
Kuliner ekstrem Indonesia menunjukan keberagaman rasa dari berbagai daerah. Meski tampak asing atau mengejutkan, hidangan ini adalah bagian dari budaya yang perlu dihormati sebagai kuliner unik khas masyarakat setempat. Kawan GNFI, berani mencoba?
Sumber:
- https://www.mongabay.co.id/2022/02/24/tempoyak-kuliner-khas-masyarakat-melayu-hasil-fermentasi-durian/
- https://www.rri.co.id/kuliner/865423/paniki-kuliner-eksotis-minahasa
- https://food.detik.com/info-kuliner/d-4928314/berani-coba-sate-ekstrem-dari-ulat-hingga-buaya-yang-hits/5/
- https://www.tasteatlas.com/paniki
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News