Sektor pertanian di Indonesia tengah mengalami transformasi besar-besaran dengan kehadiran petani milenial.
Kelompok ini, yang terdiri dari anak muda berusia 19–39 tahun, dinilai mampu menjadi ujung tombak ketahanan pangan nasional.
Dengan dukungan dana dan inovasi teknologi, program Petani Milenial menjadi salah satu langkah strategis pemerintah untuk memajukan sektor pertanian dan meningkatkan daya saing ekonomi bangsa.
Peluang Besar bagi Generasi Muda
Berdasarkan data Sensus Pertanian 2023 dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia memiliki 6,18 juta petani milenial, atau sekitar 21,93% dari total petani nasional.
Program ini bertujuan untuk mengatasi tantangan regenerasi petani sekaligus mendorong keterlibatan generasi muda dalam sektor yang sering dianggap kurang menjanjikan.
Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, menegaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan anggaran hingga Rp30 triliun untuk mendukung program ini. Dana tersebut dialokasikan untuk optimasi lahan, penyediaan alat pertanian modern, pupuk, dan benih.
Amran juga menyebutkan bahwa program ini berpotensi menghasilkan pendapatan bagi petani muda sebesar Rp10 juta hingga Rp30 juta per bulan, jauh di atas rata-rata gaji pegawai.
Kementerian Pekerjaan Umum (PU) turut ambil bagian dalam mendukung Petani Milenial dengan membangun dan mengoptimalkan infrastruktur, seperti jaringan irigasi, bendungan, dan pintu air.
Menteri PU, Dody Hanggodo, menyatakan bahwa langkah ini bertujuan memastikan pasokan air yang efisien dan memadai.
Selain itu, pendekatan berbasis teknologi menjadi ciri khas petani milenial. Mereka memanfaatkan aplikasi digital, drone untuk pemetaan lahan, dan sensor otomatis untuk memantau kelembapan tanah.
Dengan teknologi ini, produktivitas pertanian dapat ditingkatkan secara signifikan, sekaligus menciptakan model pertanian yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Penerapan di Lapangan
Salah satu implementasi nyata program ini adalah pengelolaan lahan seluas 200 hektare oleh tim-tim petani milenial. Setiap tim, yang beranggotakan 15 orang, mendapatkan modal hingga Rp3 miliar. Hingga saat ini, sekitar 3.000 tim telah bekerja di lapangan, sementara jumlah pendaftar mencapai 23.000 orang.
“Alhamdulillah, di Kalimantan Selatan ada lebih dari 1.000 petani milenial yang terlibat dalam program cetak sawah. Mereka telah dibekali alat pertanian modern,” ungkap Amran dalam kunjungan kerjanya di Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Hal ini menunjukkan antusiasme generasi muda dalam merespons program tersebut. Tak hanya itu, pogram Petani Milenial memberikan berbagai manfaat, baik bagi individu maupun perekonomian nasional:
- Peningkatan Pendapatan: Dengan model pengelolaan modern, petani muda dapat memperoleh penghasilan yang jauh lebih besar dibandingkan sektor formal lainnya.
- Peluang Usaha Baru: Dukungan permodalan dan pelatihan membuka jalan bagi generasi muda untuk menciptakan lapangan kerja baru.
- Ketahanan Pangan: Melibatkan anak muda dalam sektor pertanian memperkuat kemampuan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri.
- Regenerasi Petani: Program ini mengatasi masalah menurunnya jumlah petani akibat penuaan populasi di sektor agraris.
Tantangan yang Harus Diatasi
Meskipun prospek program ini sangat menjanjikan, ada beberapa tantangan yang perlu mendapat perhatian:
- Persepsi Masyarakat: Masih banyak yang menganggap sektor pertanian kurang menarik bagi generasi muda.
- Akses ke Teknologi: Distribusi teknologi pertanian belum merata, terutama di daerah terpencil.
- Penyebaran Petani Milenial: Data menunjukkan konsentrasi petani muda masih didominasi oleh provinsi agraris seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Program Petani Milenial adalah langkah strategis yang tidak hanya bertujuan meningkatkan ketahanan pangan nasional, tetapi juga mendorong regenerasi petani dan pemberdayaan generasi muda.
Generasi muda kini memiliki peluang besar untuk membuktikan bahwa sektor pertanian bukan hanya warisan masa lalu, tetapi juga jalan menuju masa depan yang cerah.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News