enthung jati dari hama pohon hingga kuliner bernutrisi tinggi - News | Good News From Indonesia 2024

Enthung Jati, dari Hama Pohon hingga Kuliner Bernutrisi Tinggi

Enthung Jati, dari Hama Pohon hingga Kuliner Bernutrisi Tinggi
images info

Ngengat jati (Hyblaea puera), yang kerap disebut ulat jati, adalah salah satu jenis serangga dari keluarga Lepidoptera yang dikenal sebagai hama tanaman. Saat musim penghujan tiba, populasi ulat ini meningkat pesat, terutama di wilayah seperti Gunung Kidul, Blora, dan sekitarnya, karena kondisi lembap mendukung perkembangbiakannya.

Ulat-ulat ini dapat memakan habis dedaunan pohon jati dalam waktu singkat, menyebabkan defoliasi yang signifikan pada pohon. Namun, keberadaan ulat jati yang melimpah justru dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber pangan alternatif karena kandungan proteinnya yang tinggi dan mudah diperoleh.

Fenomena Enthung Ulat Jati di Musim Hujan

Ulat jati, yang biasanya menyerang pohon jati (Tectona grandis), api-api autih (Avicennia marina), habitus berenuk (Crescentia cujete), dan petitia (Petitia domingensis), memiliki siklus hidup yang unik.

Setelah menetas dari telur, ulat ini memakan dedaunan muda dengan sangat cepat untuk mendapatkan energi yang cukup bagi pertumbuhannya. Ulat-ulat ini kemudian menggantungkan diri pada benang yang dihasilkan tubuhnya sebagai bagian dari fase perlindungan diri.

Begitu jatuh ke tanah, mereka mencari tempat yang aman, seperti tumpukan daun atau tanah lembap, untuk membentuk kepompong.

Ngengat Jati
info gambar

Kepompong ulat jati, yang dikenal sebagai enthung, memiliki panjang rata-rata 1,4–1,9 cm dengan berat 0,7–1,3 mg. Kepompong ini berfungsi sebagai fase transisi menuju ngengat dewasa dan biasanya membutuhkan waktu beberapa minggu hingga beberapa bulan untuk bermetamorfosis.

Selain perannya dalam ekosistem, seperti menjadi sumber makanan bagi burung dan hewan lain, enthung juga memiliki nilai ekonomi tinggi bagi masyarakat lokal.

Baca juga: Panganan Unik nan Nikmat dari Bojonegoro: Ulat Jati

Aktivitas ulat-ulat ini sering terlihat menggantung di pohon-pohon jati selama musim hujan, membuat sebagian orang merasa tidak nyaman. Namun, bagi penduduk setempat, enthung merupakan potensi pangan yang bernutrisi tinggi.

Dalam sehari, warga dapat mengumpulkan beberapa kilogram enthung yang dijual hingga Rp100.000 per kilogram atau diolah menjadi makanan khas dengan cita rasa gurih.

Hal ini menunjukkan bagaimana masyarakat lokal mampu memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak, bahkan dari sesuatu yang awalnya dianggap sebagai gangguan.

Resep Olahan Enthung Jati, Praktis dan Lezat

Tumis Enthung Jati

  • Bahan-bahan: Enthung jati, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, asam jawa, daun salam, lengkuas, gula merah, garam, gula pasir, penyedap rasa, air, dan minyak.
  • Cara Membuat: Kukus enthung hingga setengah matang, kemudian tumis bumbu hingga harum. Masukkan enthung bersama gula merah, asam jawa, garam, dan penyedap rasa, lalu tambahkan air. Masak hingga bumbu meresap sempurna dan sajikan.

Oseng Enthung Jati

  • Bahan-bahan: Enthung jati, bawang merah, bawang putih, cabai rawit, jahe, lengkuas, daun kedondong, saus tiram, garam, gula, kaldu jamur, minyak, dan air.
  • Cara Membuat: Haluskan sebagian bumbu, lalu tumis bersama irisan jahe dan lengkuas. Tambahkan enthung yang sudah direbus, daun kedondong, dan bumbu lainnya. Masak hingga air menyusut dan sajikan hangat.
Baca juga: Mencicipi Ulat Sagu, Kuliner Sensasional yang Tinggi Protein

Enthung jati tidak hanya kaya akan protein, tetapi juga memiliki cita rasa yang unik dan khas, menjadikannya salah satu sumber pangan lokal yang menarik untuk dieksplorasi.

Dengan bahan sederhana dan teknik memasak tradisional, enthung dapat diolah menjadi berbagai hidangan lezat, seperti tumis atau oseng, yang tidak hanya menggugah selera tetapi juga memperkaya tradisi kuliner masyarakat setempat.

Selain itu, konsumsi enthung jati mencerminkan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana, sekaligus mendukung keberlanjutan ekosistem. Dengan memanfaatkan enthung yang berlimpah di musim hujan, masyarakat tidak hanya mendapatkan nutrisi tambahan tetapi juga menciptakan peluang ekonomi, baik untuk konsumsi pribadi maupun penjualan.

Mari, coba resep enthung jati di rumah dan rasakan sensasi kuliner khas yang kaya akan kearifan lokal. Dengan begitu, kita juga ikut melestarikan tradisi kuliner sekaligus mengenalkan budaya unik ini kepada generasi berikutnya. Selamat mencoba dan menikmati hidangan bernutrisi tinggi ini!

 

 

Sumber:

  • https://www.detik.com/jogja/berita/d-7647197/apakah-ulat-jati-bikin-gatal-dan-berbahaya-ini-penjelasannya
  • https://biodiversitywarriors.kehati.or.id/artikel/entung-ulat-jati-hyblaea-puera/
  • https://en.wikipedia.org/wiki/Hyblaea_puera
  • https://gunungkidul.pikiran-rakyat.com/berita-lokal/pr-2538792767/nikmat-dibalik-serangan-ulat-jati
  • https://cookpad.com/id/resep/16098866-13tumis-entungungkerkepompong-jati
  • https://cookpad.com/id/resep/14091987-11-oseng-enthung-kepompong-jati

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel inisepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

AI
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.