Surabaya, kota metropolitan yang sibuk dengan aktivitas ekonomi dan urbanisasi, memiliki sisi lain yang tak kalah menarik: sejarahnya yang kaya dan budaya yang mendalam. Salah satu tempat bersejarah yang sering terlupakan di tengah modernitas kota ini adalah Sumur Jobong, yang terletak di Kampung Peneleh.
Sebagai salah satu warisan sejarah, Sumur Jobong menyimpan banyak kisah menarik yang menggambarkan perjalanan Surabaya dari masa kolonial hingga kini. Selain menjadi saksi sejarah, keberadaannya menjadi simbol penting dalam perjalanan kota Surabaya itu sendiri.
Sumur Jobong ditemukan secara tidak sengaja pada 8 Oktober 2018 oleh para pekerja yang sedang menggali tanah untuk proyek box culvert di kawasan Jalan Pandean Gg I, RW 13 RT 10, Kelurahan Peneleh, Surabaya.
Lokasi penemuan ini berada di kawasan pemukiman padat penduduk, di mana rumah-rumah warga saling berdempetan tanpa halaman samping, dan bagian depan rumah langsung berbatasan dengan jalan kampung yang sempit, sekitar 3—4 meter lebar jalanannya.
Saat ditemukan, sumur tersebut tertutup tanah liat dan limbah air rumah tangga dari sekitarnya.
Selain menjadi sumber air utama bagi warga Kampung Peneleh pada masa lalu, sumur ini juga memiliki banyak cerita misterius yang masih hidup hingga kini. Nama "Jobong" sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti "misterius" atau "tersembunyi".
Kepercayaan lokal mengenai sumur tersebut mengandung unsur magis, dengan banyak cerita yang berkembang bahwa siapa pun yang berinteraksi dengannya bisa mengalami keberuntungan atau sebaliknya, musibah. Legenda-legenda ini semakin memperkaya nilai historisnya.
Meskipun kini Surabaya telah berubah menjadi kota modern dengan gedung-gedung pencakar langit dan hiruk-pikuk aktivitas ekonomi, Sumur Jobong tetap menjadi simbol penting dalam sejarah kota ini.
Keberadaannya bukan hanya sebagai peninggalan sejarah, tetapi juga sebagai pengingat akan kehidupan masyarakat Surabaya di masa lalu yang penuh tantangan dan keragaman. Seperti banyak peninggalan lainnya, sumur ini mengajarkan kita untuk lebih menghargai warisan budaya yang ada.
Salah satu Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Peneleh, Kuncarsono Prasetyo, mengatakan bahwa saat dilakukan penemuan tulang belulang manusia di dekat Sumur Jobong, Pemerintah Kota Surabaya mengundang tim Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian Universitas Airlangga untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut, termasuk analisis DNA.
Hasilnya mengejutkan: DNA yang ditemukan pada tulang belulang tersebut ternyata cocok dengan DNA sejumlah warga Kampung Peneleh yang tinggal di sekitar lokasi sumur. Penemuan ini mengungkapkan fakta menarik bahwa sebagian besar warga yang kini mendiami Kampung Peneleh, kemungkinan besar, memiliki hubungan darah dengan penduduk yang telah lama mendiami kawasan tersebut yang telah tinggal sejak abad 15 sampai abad 17.
Hal ini semakin memperkuat keyakinan bahwa Kampung Peneleh merupakan kampung tertua di Surabaya.
Bagi wisatawan, mengunjungi Sumur Jobong adalah kesempatan untuk lebih mengenal Surabaya bukan hanya dari sisi modernnya, tetapi juga dari sisi sejarah dan kebudayaannya yang mendalam.
Di tengah riuhnya kota ini, Sumur Jobong tetap berdiri sebagai jejak yang mengingatkan kita akan masa lalu yang penuh makna dan semangat kehidupan yang tak lekang oleh waktu.
Kini, Sumur Jobong dan Kampung Peneleh menjadi destinasi wisata yang menarik bagi para pengunjung yang ingin merasakan suasana sejarah Surabaya secara langsung. Selain menyaksikan sumur yang telah berusia ratusan tahun ini, pengunjung juga bisa menikmati arsitektur kuno dan meresapi suasana kampung yang masih terasa seperti zaman dulu.
Suasana kampung ini memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk berimajinasi tentang bagaimana kehidupan di Surabaya pada masa lampau, memperkaya pengalaman budaya mereka.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News