bukan hanya irigasi biasa subak warisan alam yang terjaga - News | Good News From Indonesia 2024

Bukan Hanya Irigasi Biasa, Subak Warisan Alam yang Terjaga

Bukan Hanya Irigasi Biasa, Subak Warisan Alam yang Terjaga
images info

Subak adalah sistem pengelolaan air untuk pertanian, khususnya sawah, yang telah ada sejak abad ke-9. Bukan, hanya sekadar sitem pengairan atau irigasi biasa, terdapat budaya yang dilestarikan didalamnya.

Gotong royong dijadikan landasan sosial dari pembuatan Subak ini. Para petani bekerja bersama untuk memelihara saluran irigasi, membagi air, hingga menyelesaikan konflik secara musyawarah. Solidaritas ini menjadi kunci keberhasilan Subak bertahan selama ratusan tahun.

Bali menjadi tempat yang memiliki pesona alam dengan persawahan hijau yang berundak-undak. Pesona tersebut, tidak hanya memanjakan penglihatan, tetapi memiliki makna filosfis yang mendalam.

Subak dipimpin oleh seorang tokoh adat yang dikenal sebagai pekaseh, yang umumnya juga bekerja sebagai petani. Subak merupakan wujud nyata dari filosofi Hindu Bali, Tri Hita Karana (THK), yang mengajarkan pentingnya menjaga keharmonisan antara manusia dengan sesame (Pawongan), manusia dengan lingkungan (Palemahan), serta manusia dengan Tuhan (Parahyangan).

Subak tidak hanya berfungsi untuk mengairi sawah, tetapi juga sebagai sistem sosial dan spiritual. Kegiatan seperti pembagian air, pemeliharaan saluran, hingga upacara keagamaan semuanya dilakukan secara kolektif oleh anggota Subak. Sistem ini membuktikan bahwa tradisi lokal dapat menjadi solusi ekologis dan sosial yang berkelanjutan.

Awal Mula Subak

Kegiatan bercocok tanam pada telah dilakukan di Bali pada tahun 882 M. Hal tersebut diperkuat dengan temuan arti kata “Huma” yang berarti “sawah” dalam prasasti tertu di Bali, yaitu Parasasti Sukawana A1.

Dalam laman Kementerian koordinasi bidang kemaritiman dan investasi, Subak atau Kasubakan telah terjadi sekitar tahun 1071 M. Hal tersebut diperkuat dengan adanya tulisan dalam prasasti tahun 1072 M. Dalam prasasti tersebut disebutkan nama “Subak” yaitu “Subak Rawas” dan tertulis: " ...masukatang huma di kedandan di errara di kasuwakan rawas...." yang artinya "mengukur sawah di Kadandan pada Yeh Aa dalam Subak Rawas”.

Meskipun, belum ditemukan secara pasti mengenai kapan pertama kali Subak dibuat. Namun, adanya temuan tersebut menjadi awal mula Subak diketahui.Hingga saat ini, sistem irigasi tersebut masih digunakan hingga turun-temurun, bahkan dijadikan warisan budaya.

Subak diakui UNESCO

Kearifan local yang dilestarikan dari seribu tahun lalu menarik perhatian UNESCO. Sejak tahun 1993 area persawahan di Jatiluwih ditetapkan menjadi desa wisata. Tak hanya itu, UNESCO memasukkan Subak Jatiluwih sebagai bagian dari lanskap Bali yang merupakan warisan budaya dunia, tepatnya pasa 20 Juni 2012.

Baca juga: Subak, Kearifan Lokal Bali yang Jadi Inspirasi di 10th World Water Forum 2024

Hingga saat ini, pelaku utama dalam pelestarian system subak ini adalah para petani. Mereka aktif memelihara dan menjaga estetikan penanamah padi di lahan tersering , sehingga menjadi salah satu tempat ikonik yang ada di Bali.

Julukan surga dunia bagi Pulau Dewata, tak hanya berkat Pantai-pantai nya yang cantik, tetapi verkat terasering dengan komposisi yang memukau mata, salah satunya SUbak Jatiluwih

Pesona Subak Bali

Nama Jatiluwih berasal dari kata jaton yang berarti pesona nyata dan luwih yang berarti bagus, mencerminkan keindahan desanya yang memukau. Jatiluwih, yang terletak di ketinggian 700 mdpl di kaki Gunung Batukaru, berjarak sekitar 50 km atau 1,5 jam perjalanan dari Denpasar, memiliki persawahan terasering terluas di Bali dengan luas lebih dari 50.000 hektare.

Tak hanya sekedar melihat keindahan alam, di sana Kawan juga dapat Bertani, trekking, hiking, bersepeda, hingga mengunjungi air terjun Yeh Ho yang berada di dekat area persawahan, keindahan lain yang terdapat di Jatiluwih.

Waktu terbaik untuk berkunjung adalah pada Februari hingga April, saat padi mulai tumbuh dengan hamparan hijau kekuningan, atau Juni hingga Juli saat masa panen tiba. Berkat keindahannya, pada tahun 2017, mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama pernah mengunjungi Jatiluwih.

Baca juga: Jatiluwih, Desa Wisata dengan Pesona Alam dan Subak di Bali

Subak adalah warisan alam yang terjaga melalui hubungan antara manusia, alam, dan spiritualitas. Lebih dari sekadar sistem irigasi, Subak adalah cerminan filosofi hidup masyarakat Bali yang penuh kebijaksanaan. 

Melesatarikan Subak adalah tanggung jawab bersama. Dengan menjaga Subak, kita tidak hanya melindungi sistem pertanian, tetapi juga sebuah budaya Indonesia.

Referensi:

https://maritim.go.id/detail/subak-sistem-pertanian-di-bali-sarat-filosofi-tradisi-menjaga-alam-dan-budaya

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IR
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.