Kabupaten Yapen merupakan daerah yang terdapat di Kota Serui, Papua. Kota Serui menjadi menjadi tempat lahirnya tokoh kebangkitan nasional dari Papua seperti
Silas Papare, Berotabui, Stevanus Rumbewas dan Hermanus Wayo.
Hal ini tidak aneh karena Serui pernah dijuluki sebagai Kota Pendidikan pada zaman Hindia Belanda. Karena saat itu para muda mudi datang ke Serui untuk mengenyam pendidikan.
Dimuat dari Kompas, saat itu Serui memiliki lembaga sekolah yang cukup lengkap, seperti JVVS dan ODO Serui. Ketika siswa-siswi lulus dari MWS dan JVVS mereka akan melanjutkan berbagai kursus tambahan ke PMS, ODO, LAD, ZMK, DVG, PMS, LTS, Meteo dan LAD.
“Di sini dulu pusat pendidikan di wilayah Papua. Jadi banyak anak-anak muda dari wilayah Papua yang datang kesini untuk sekolah. Pendidikan di sini juga tidak lepas dari peran gereja yang membawa pengaruh besar pada peradaban di Yapen,” kata Frans Sanadi, Wakil Bupati Kepulauan Yapen.
Peran gereja
Dijelaskan dalam buku Tiga Puluh Tahun Kabupaten Yapen Waropen yang diterbitkan oleh Pemerintah Yapen Waropen pada tahun 1999, nama Yapen Waropen pertama kali ditulis oleh Koentjaraningrat. Dia menceritakan mengenai Yacob Weyland yang memimpin ekspedisi pada tahun 1705.
Dijelaskan bahwa Yapen khususnya Serui merupakan kota yang membuka peradaban di Papua. Keberadaan gereja di Yapen berawal dari kedatangan zendeling (pekabar Injil) yaitu pendeta Ottow dan Pendeta Geissler pada Minggu 5 Februari 1855 di Pulau Mansiman.
“Mereka menginjakkan kaki pertamakali di pantai pulau Mansinam dan mengucapkan doa sulung, “Dengan nama Tuhan, kami menginjak tanah ini.” Ucapnya.
Pada tahun 1912, perahu zending Utrecht datang dari mansiman membawa tenaga guru yang berasal dari Maluku. Ternyata orang-orang ini adalah seorang guru.
“Mereka juga guru sekolah rakyat. Perubahan besar terjadi di Yapen. Khusus kota Serui, pada zaman Belanda dijuluki kota pendidikan (onderwys-centrum),” jelasnya.
Kembalikan kota pendidikan
Ruben mengungkapkan saat itu banyak sekolah berpola asrama dari tingkat SD hingga sekolah kejuruan, antara lain Jongens Vervolgs School untuk putra, Meisjes Vervolgs School untuk putri setara kelas 4 sampai 6 SD.
Sekolah guru (Opleiding voor Volkschool Onderwyzer), sekolah guru jemaat, sekolah pendeta, sekolah penginjil, sekolah perawat dan kebidanan dan kursus pertanian (Landbouw Practyk Cursus).
“Kami ingin mengembalikan kembali julukan Yapen sebagai kota pendidikan. Saat ini kami memberikan pendidikan gratis mulai dari PAUD hingga SMA baik sekolah negeri ataupun sekolah swasta," katanya.
“Tapi sayangnya jika dulu menghasilkan banyak guru sekarang terbalik. Kita masih kekurangan sedikitnya 500 guru untuk mengajar di wilayah Yapen khususnya guru Matematika, Fisika, Bahasa Indonesia dan juga Bahasa Inggris. Namun kami optimis karena pendidikan menjadi prioritas untuk saat ini,” jelasnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News