hewan bisa mengalami trauma masa kecil ini sederet buktinya - News | Good News From Indonesia 2024

Hewan Bisa Mengalami Trauma Masa Kecil, Ini Sederet Buktinya!

Hewan Bisa Mengalami Trauma Masa Kecil, Ini Sederet Buktinya!
images info

Sebuah penelitian dalam ilmu perilaku hewan dan neurobiologi berhasil mengungkapkan bahwa trauma masa kecil tidak hanya terjadi pada manusia, tetapi juga dapat dialami oleh hewan. 

Trauma pada masa-masa awal kehidupan ternyata bisa berdampak panjang, mengubah perilaku, kesehatan mental, bahkan fisiologi hewan saat mereka dewasa. 

Trauma Masa Kecil pada Hewan

Penelitian oleh para ilmuwan dari University of Cambridge dan University of Exeter di Inggris menemukan bahwa hewan yang mengalami stres atau trauma pada awal kehidupan cenderung menunjukkan perubahan perilaku yang mencerminkan trauma tersebut di kemudian hari.

Dalam penelitian ini, tikus yang dipisahkan dari induknya pada masa kecilnya menunjukkan kecenderungan untuk lebih cemas dan lebih agresif saat dewasa. 

Di sisi lain, penelitian lain yang diterbitkan di Journal of Experimental Biology oleh Dr. Ruth Feldman dan tim dari Bar-Ilan University meneliti efek trauma pada otak mamalia. 

Hasilnya menunjukkan bahwa anak domba yang mengalami pemisahan dini dari induknya memperlihatkan peningkatan hormon kortisol, hormon stres, serta perilaku ketakutan yang bertahan bahkan setelah mereka dewasa. 

Perubahan ini dianggap sebagai respons adaptif hewan untuk bertahan hidup, meski dampaknya cenderung negatif terhadap kesehatan mental dan perilaku.

Baca juga Ada Serangga hingga Mamalia, Inilah 5 Hewan yang Tidak Pernah Tidur

Bukti hewan mengalami trauma

Bukti ilmiah menyebutkan bahwa perubahan fisiologis akibat trauma pada hewan memiliki hubungan erat dengan sistem hormonal dan saraf mereka. 

Seperti manusia, otak hewan juga dapat mengaktifkan hormon stres seperti kortisol ketika mengalami situasi traumatis. Saat ini terjadi pada masa-masa awal kehidupan, terutama pada mamalia, efeknya cenderung bertahan lama karena otak mereka berada dalam fase perkembangan kritis yang membentuk respons emosional mereka terhadap lingkungan.

Studi yang dilakukan oleh Harvard Medical School meneliti perkembangan otak tikus yang mengalami trauma masa kecil dan menemukan bahwa hippocampus, bagian otak yang mengontrol memori dan emosi, berubah ukurannya. 

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa trauma pada masa kecil secara fisiologis mengubah struktur otak, membuat hewan lebih rentan terhadap gangguan kecemasan di kemudian hari.

Penyebab trauma 

Trauma masa kecil pada hewan dapat dicontohkan pada gajah di alam liar. Penelitian menunjukkan bahwa gajah yang kehilangan induknya akibat perburuan atau konflik dengan manusia menunjukkan perilaku abnormal, seperti agresivitas terhadap hewan lain atau bahkan manusia. 

Dalam studi lapangan yang dilakukan di Afrika, anak gajah yang mengalami trauma kehilangan induknya juga memperlihatkan perubahan perilaku yang mirip dengan sindrom PTSD pada manusia.

Di lingkungan domestik, anjing dan kucing yang mengalami perlakuan kasar di masa kecil sering kali menjadi lebih penakut dan sulit beradaptasi. Misalnya, anjing yang pernah dipukul atau diabaikan pada masa kecil menunjukkan respons stres berlebih terhadap suara keras atau gerakan mendadak.

Anjing ini cenderung tidak mudah percaya pada manusia, bahkan ketika ditempatkan di lingkungan yang aman.

Baca juga 5 Hewan dengan Umur Terpendek di Dunia, Ada yang 1 Hari!

Referensi:

- Matthews, K., & Robbins, T. W. (2003). "Early experience as a determinant of adult behavioral responses to reward: The effects of early maternal separation and a note on resilience." Philosophical Transactions of the Royal Society B: Biological Sciences.

- Feldman, R., et al. (2004). "Maternal separation and the impact of early adversity on offspring behavior: Evidence from neuroendocrine studies." Journal of Experimental Biology.

- Murgatroyd, C., et al. (2009). "Early-life stress and brain development: Implications for the development of PTSD." Harvard Medical School.

- Bradshaw, G. A., et al. (2005). "Elephant trauma and PTSD: The impact of poaching on social behavior and welfare."

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.