Ada suatu masa berbagai media di Indonesia diramaikan dengan iklan “Ketik REG Spasi”. Tinggal ketik tombol ponsel dengan kalimat yang dimaksud, lalu jika ada pulsa langkah selanjutnya ialah kirimkan melalui layanan pesan singkat (Short Message Service/SMS) ke nomor yang sudah ditetapkan. Tujuan pemasang iklan itu tentu menarik keuntungan, terutama dari pengguna ponsel yang semakin marak di berbagai lapisan masyarakat.
Lalu apa yang didapat orang yang mengirim pesan singkat tersebut? Jawabannya macam-macam karena yang dijanjikan memang beragam. Jika ingin jodoh, tinggal ketik “REG Jodoh”. Atau ingin game ponsel gratis, cukup ketik “REG Free”. Apakah benar dapat atau sekadar penipuan? Tidak diketahui pasti, tapi faktanya fenomena itu santer beredar di media cetak sampai televisi dan diingat betul oleh orang-orang sezamannya.
Dari sekian banyak contoh, yang paling menarik perhatian dari fenomena tersebut adalah hal-hal berbau supranatural ikut dipromosikan. Primbon, weton, dan ramalan masuk dalam industri “Ketik REG Spasi” yang kemudian menjadi bahan perbincangan hingga candaan.
Mungkin memang terdengar lucu dan unik karena hal berbau klenik tersebut bisa diiklankan begitu masif di Indonesia yang sedang menyongsong era digital. Namun, hal itu adalah bukti bahwa pemasang iklan sadar betul keuntungan bisa didapat dari masyarakat Indonesia yang masih mempertahankan unsur-unsur mistik dalam kehidupan modern.
Weton dan Horoskop
Kini, “Ketik REG Spasi” yang memampang hal-hal berbau supranatural sudah tidak lagi terlihat di periklankan Indonesia. Akan tetapi, bukan berarti kepercayaan orang terhadap weton-wetonan ditinggalkan begitu saja.
Menurut Paksi Raras Alit selaku pelestari tradisi dan budaya Jawa, weton masih dipercaya oleh masyarakat dengan nilai-nilai kejawaan yang kuat. Weton sendiri mirip dengan horoskop, bagian dari ilmu perbintangan astrologi yang sudah menyebar berabad-abad lalu di Eropa. Sayangnya, weton terasingkan di negeri sendiri. Orang-orang lebih berkiblat dengan horoskop Eropa baik itu dalam konteks perjodohan hingga membaca watak.
“Sebenarnya kasusnya atau cara pandang kita dengan weton itu mirip dengan cara pandang kita akan horoskop dari Eropa loh ya. Itu kan sama-sama perhitungan watak manusia berdasarkan astronomi maupun astrologi. Ya, maksudnya ketika kamu lahir di posisi bintang tertentu, ada ramalan tertentu, ada gejala-gejala tertentu, ada watak tertentuk, ini mirip sekali,” ucap Paksi kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Kurang populernya weton Jawa dibandingkan horoskop Eropa memang beralasan. Paksi melihat stereotyping buruk sangatlah kuat untuk segala unsur kejawaan, sehingga weton menjadi terpinggirkan.
“Weton ini selalu melekat dengan hal-hal yang tadi, stereotyping yang kuno, yang bidah, yang musyrik, yang macam-macam. Tapi kan kamu percaya horoskop. Kamu virgo, nggak cocok sama orang sagitarius. Ya sama aja, kamu lahirnya Senen Kliwon, tidak cocok dengan orang yang neptu-nya Minggu Legi. Kan sama aja,” ujar Paksi yang mengaku membuka kelas weton lewat komunitas Jawacana-nya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News