Hidup yang berkesadaran dan mindful di era masa kini, terlihat sudah mulai digemari oleh generasi millenial dan gen Z. Hal tersebut tentu harus disyukuri menjadi sesuatu hal yang baik. Meskipun sering dianggap FOMO, untuk memilih hidup dengan basic eco cultural atau sering disebut mindful, setidaknya trend lifestyle ini menjadi kebiasaan yang cukup baik.
Arus global masa kini telah banyak membawa kapitalisme dan industri yang dampaknya dapat mengakibatkan ambang kehancuran dan kepunahan bumi. Jika ditelisik lebih jauh, menjaga lingkungan dapat dilakukan dengan hal-hal kecil, misalnya memilah sampah.
Salah satu hal dalam segi perekonomian yang kini sedang marak ialah hadirnya eco cultural market atau art market. Cultural Market ini merupakan kegiatan jual beli yang tidak permanen dan mengusung keutamaan sustanaibilty dan less waste.
Menelisik Pasar Besar Kota Madiun, Pasar yang Buka 24 Jam dengan Akses WiFi Gratis!
Eco Cultural Market yang Dapat Dikunjungi
Pasar Wiguna, Yogyakarta
Pasar Wiguna, sering kali menjadi arena piknik di Minggu pagi. Pasalnya, kegiatan ini biasa diadakan di hari Minggu pagi mulai jam 08.00—12.00. Mengusung value; wellness, local, dan local waste, pasar yang diadakan rutin berada di taman tengah kota Yogyakarta ini telah banyak mengkurasi tenant-tenant lokal dengan membawa sustainability.
Selain aktivitas perniagaan, ada pula talkshow, pengumpulan sampah, dan berbagai lokakarya seperti berkain atau membuat berbagai kerajinan tangan.
Pasar Wiguna bukan hanya didatangi oleh muda-mudi, tetapi juga keluarga karena kawasan yang ramah anak. Selain itu, karena berada di taman dan outdoor, Kawan yang datang ke sini juga diperbolehkan membawa hewan peliharaan kesayangannya dengan tetap mengutamakan kebersihan arena.
Pasar Wiguna sebagai eco cultural market, kini telah banyak pula singgah ke berbagai kota dan juga berbagai venue di Yogyakarta. Kehadirannya seolah menularkan semangat untuk hidup berkesadaran dan bergaya hidup dengan menjunjung tinggi lokal dan keutamaan lingkungan.
2. Pasar Papringan, Temanggung
Pasar Papringan adalah 'ruang' untuk lebih dekat dan melekat dengan alam. Dengan landscape hutan bambu, pengunjung dapat melihat pasar kekinian dengan nuansa tradisional yang sangat kental. Seolah sedang berada di zaman dahulu.
Pasar ini menjual makanan dan tradisional yang diproduksi ibu-ibu dari Dusun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Pasaran ini hanya ada setiap Minggu Wage dan Minggu Pon, menurut tanggalan Jawa.
Di Balik Nama Pasar Templek Blitar, Dinamakan Demikian Karena Pedagang Pinggir Jalan
Pasar Papringan dibentuk dan dikelola oleh pemuda sekitar yang menamakan diri sebagai Komunitas Mata Air. Komunitas ini berfokus pada konservasi lingkungan, didampingi oleh Singgih Kartono Susilo dari Spedagi.
Gelaran Pasar Papringan ini merupakan upaya untuk menghidupkan masa depan dalam masa lalu. Hutan Bambu yang dahulunya area pembuangan sampah tersebut kini menjadi tempat yang begitu nostalgia.
3. Pasar Sehat Sagan, Yogyakarta
Pasar Sagan adalah pasar yang menaungi produk-produk artisan. Lokasinya berada di halaman IFI LIP Yogyakarta, tepatnya di Sagan. Tempat tersebut menjual berbagai tenant artisan yang berada di sekitarnya.
Mengusung tagline 'Ruang Berkesadaran untuk Belajar Berbakti pada Bumi', pasar ini juga merupakan upaya untuk mengenalkan produk-produk yang selaras dengan bumi.
Lapak-lapak yang berjualan di sana diutamakan adalah produk dengan berbahan dasar yang sehat, seperti roti, lalu jus, buah-buahan, dan barang-barang craft yang ramah lingkungan. Biasanya, Pasar Sehat Sagan ini dapat dikunjungi setiap Sabtu mulai jam 10.00—15.00
4. Pasar Intaran, Bali
Pasar Intaran merupakan pasar yang berada di Buleleng, Bali, sebagai ruang temu berbagai komunitas untuk berdiskusi dan bertukar pikiran. Bukan hanya aktivitas perniagaan dari UMKM yang telah terkurasi, bisa dibilang Pasar Intaran ialah etalase produk UMKM dan Ekonomi Kreatif di Bali Utara.
Kebaya Cantik Mulai Rp30 Ribu? Saatnya Berburu Kebaya Lawasan di Pasar Triwindu, Solo
Hampir mirip dengan Pasar Papringan, sebelum memasuki pasar, pengunjung menukarkan dengan koin terlebih dahulu sebagai sarana transaksi. Koin ini berwarna coklat dan terbuat dari kayu. Koin Intaran ini disebut (NIM) dan merupakan mata uang yang digunakan untuk bertransaksi di dalam pasar ini.
Pasar ini, banyak didatangi turis mancanegara. Tidak heran, karena memang tempatnya berada di Bali. Sebuah destinasi yang patut didatangi jika datang ke Bali Utara.
Berbagai aktivitas perniagaan yang disebut pasar di atas mencoba menjangkau kalangan generasi masa kini untuk lebih sadar lingkungan, menggunakan jenama lokal, dan hidup dengan berselaras dengan alam.
Sumber:
https://jatengprov.go.id/beritadaerah/nostalgia-sambil-nikmati-makanan-tradisional-di-pasar-papringan-temanggung/
https://bulelengkab.go.id/informasi/detail/berita/88_pasar-intaran-ruang-etalase-produk-umkm-dan-ekonomi-kreatif-bali-utara
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News