Semut Firaun (Monomorium pharaonis) sering dianggap sebagai hama karena kebiasaan mereka yang hidup di lingkungan manusia, termasuk di dalam rumah, rumah sakit, dan bangunan lainnya.
Dikenal juga dengan nama "Pharaoh ant," semut ini berasal dari daerah tropis, namun kini telah tersebar di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Morfologi Semut Firaun
Semut Firaun memiliki ciri yang khas dan mudah dikenali. Ukuran tubuh semut ini sangat kecil, dengan panjang sekitar 1,5 hingga 2 mm untuk pekerja, sedangkan ratu bisa mencapai 4 mm.
Tubuhnya berwarna kuning muda atau coklat pucat, dengan bagian perut yang umumnya lebih gelap. Ciri khas dari semut ini adalah bentuk tubuhnya yang ramping dan antena yang membantu mereka dalam proses navigasi dan komunikasi.
Dikutip dari Journal of Entomology and Zoology Studies, warna tubuh semut Firaun ini membantu mereka bersembunyi di celah-celah kecil dan terlindung dari predator.
Morfologi tubuh yang kecil dan ‘elastis’ memungkinkan mereka menjelajah area-area sempit dan tersembunyi di dalam bangunan, mempermudah akses mereka ke sumber makanan.
Mudah beradaptasi
Di Indonesia, semut Firaun sering ditemukan di pemukiman penduduk dan bangunan komersial, terutama di daerah perkotaan. Mereka sangat adaptif terhadap lingkungan manusia, sering kali hidup di dalam dinding, lantai, atau peralatan elektronik.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Insects, semut Firaun punya kemampuan adaptasi yang tinggi di berbagai kondisi lingkungan.
Meski begitu, semut Firaun cenderung membuat koloni di tempat yang hangat dan lembab, seperti di dapur atau kamar mandi. Mereka sangat bergantung pada manusia sebagai sumber makanan dan air.
Di daerah perkotaan, semut Firaun sering kali menjadi hama karena sulit diatasi dan dapat berkembang biak dengan cepat.
Baca juga Cara Semut Menemukan Makanannya, Mengejutkan!
Pemakan segala
Semut Firaun dikenal sebagai serangga pemakan segala atau omnivora. Mereka mengkonsumsi berbagai jenis makanan, mulai dari gula, lemak, hingga protein dari sisa makanan manusia, serangga mati, dan bahan organik lainnya.
Koloni semut Firaun memiliki struktur sosial yang kompleks dengan banyak ratu dalam satu koloni sehingga memungkinkan koloni mereka tumbuh besar dalam waktu singkat.
Bahkan, jika koloni merasa terancam, semut Firaun dapat memecah koloninya menjadi subkoloni baru—sebuah proses yang dikenal sebagai "budding."
Kebiasaan ini membuat mereka sulit diatasi, karena setiap subkoloni dapat dengan cepat membentuk koloni baru yang independen.
Mahir menyebar koloni
Semut Firaun dikenal dengan kemampuan mereka untuk menyebarkan koloni tanpa memerlukan satu ratu utama. Koloni ini dapat memiliki banyak ratu sehingga koloni semut Firaun sangat mudah berkembang dan sulit untuk diberantas.
Selain itu, semut Firaun memiliki perilaku yang disebut sebagai "tandem running" atau berjalan beriringan, di mana seekor semut pekerja akan memimpin jalan dan diikuti oleh semut lainnya menuju sumber makanan.
Menurut jurnal Ecology and Evolution, fenomena tandem running ini menunjukkan kecerdasan sosial semut Firaun dalam berkomunikasi dan bekerja sama dalam mencari sumber makanan.
Mereka menggunakan feromon, yaitu zat kimia yang membantu mereka menandai jalur menuju makanan atau mengidentifikasi ancaman di sekitar koloni.
Baca juga Menyakitkan, Gigitan Semut Peluru Bertahan 24 Jam Sebabkan Luka Bakar
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News