Jika Kawan tidak asing dengan Kitab Negarakertagama, tentu Kawan tahu bahwa penulis dari kitab ini adalah Mpu Prapanca. Namun ternyata, selain Kitab Negarakertagama, ada pula kitab lainnya yang ditulis oleh Mpu Prapanca, lho! Yuk, berkenalan lebih dalam dengan Mpu Prapanca lebih dalam!
Perlu Kawan ketahui bahwa nama lahir beliau adalah Dhang Acarya Nadendra. Di tengah kesibukan kerajaan yang penuh intrik dan keagungan, ia memilih untuk dikenal sebagai Mpu Prapanca.
Karya yang paling terkenal dari beliau adalah Kakawin Nāgarakṛtâgama, sebuah mahakarya yang ditulis pada tahun 1365 Masehi di masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Karya ini juga dikenal dengan nama Rājasanagara.
Prasasti Canggu yang berhubungan dengan Mpu Prapanca, mencatat peran pentingnya dalam administrasi agama Buddha di Kerajaan Majapahit. Dalam prasasti tersebut, ia disebut sebagai dharmadyaksa kasogatan, yang berarti kepala urusan agama Buddha. Dirinya diakui sebagai penerus ayahnya setelah mengabdi selama lebih dari 30 tahun.
Dalam dunia sastra, Kakawin Nāgarakṛtâgama adalah bintang yang bersinar sangat terang. Karya ini dianggap sebagai salah satu dokumen penting yang mendokumentasikan sejarah dan kebudayaan Majapahit, lho!
Kitab Negarakertagama Diakui Sebagai Memori Dunia
Kehidupan Mpu Prapanca dan Kontribusi Karyanya
Semasa hidupnya, Prapanca memiliki peran amat penting sebagai seorang pendeta Buddha dan pujangga. Melalui Kakawin Nāgarakṛtâgama, ia menciptakan sebuah catatan luar biasa tentang kemegahan Majapahit, mulai dari hubungan antara pusat kekuasaan dan daerah-daerahnya, sampai interaksi dengan negara-negara tetangga.
Karya ini terdiri dari 98 pupuh yang disusun dengan sangat rapi, layaknya simfoni puisi yang mengalun indah, menggambarkan pujian serta penghormatan kepada raja dan nenek moyangnya.
Namun, di balik kesuksesan di dunia sastra, kehidupan pribadi Prapanca tidaklah semulus karirnya. Dunia politik dan kekuasaan sering kali penuh dengan intrik dan ketidakadilan. Prapanca mengalami kesepian dan pengucilan setelah terkena fitnah dari kalangan bangsawan.
Ia harus meninggalkan istana dan kehilangan jabatan pentingnya sebagai kepala urusan agama Buddha di Kerajaan Majapahit.
Namun, alih-alih berputus asa, Prapanca memilih untuk mendalami kehidupan yang lebih tenang dengan tinggal di sebuah dusun di lereng gunung, jauh dari keriuhan.
Aki Padma, Sosok Empu Senjata yang menjadi Pahlawan Ciwidey
Tindakan ini menunjukkan betapa kuatnya semangat dan karakter Prapanca. Ia tidak membiarkan rintangan meruntuhkan semangatnya untuk berkarya. Sebaliknya, situasi tersebut mungkin malah memberikan banyak inspirasi dalam menulis Kakawin Nāgarakṛtâgama.
Warisan Abadi
Selain Kakawin Negarakertagama, Mpu Prapanca juga menciptakan Kakawin Desyawarnana. Karya ini menguraikan desa-desa serta menggambarkan berbagai aspek kehidupan masyarakat pada masa Kerajaan Majapahit.
Namun sejauh ini, Kakawin Nāgarakṛtâgama tetap menjadi referensi penting bagi para sejarawan dan peneliti yang mempelajari peradaban Indonesia, khususnya mengenai Majapahit.
Melalui karya-karyanya, Prapanca tidak hanya berhasil merefleksikan kemegahan kerajaan, tetapi juga memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan sosial dan politik pada masanya.
Kisah Empu Wisesa dan Luapan Sungai Citarum yang Jadi Kota Bandung
Karya-karyanya juga mencerminkan bagaimana kehidupan spiritual dan budaya saling terkait erat. Masyarakat Majapahit dengan beragam kepercayaan dan nilai-nilai, serta interaksi antarbudaya, menjadi bagian yang kaya dalam karya-karya Prapanca.
Selain itu, Kakawin Nāgarakṛtâgama dapat menjadi jendela untuk memahami hubungan antaragama dan bagaimana kebudayaan Hindu-Buddha saat itu mempengaruhi pembentukan identitas nasional Indonesia. Ini adalah legasi yang tak ternilai bagi bangsa.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News