pameran repatriasi pita maha melihat warisan budaya bali yang tersimpan di belanda sejak 1948 - News | Good News From Indonesia 2024

Pameran Repatriasi Pita Maha, Warisan Budaya Bali yang Tersimpan di Belanda Sejak 1948

Pameran Repatriasi Pita Maha, Warisan Budaya Bali yang Tersimpan di Belanda Sejak 1948
images info

Pada Juli 2023, Indonesia dan Belanda menyepakati adanya perjanjian bilateral di Museum Volkenkunde, Leiden yang isinya tentang repatriasi. Repatriasi di sini bukanlah tentang pemulangan warga negara, melainkan tentang dikirim kembalinya ratusan warisan budaya Indonesia.

Koleksi ini tidak semuanya diambil paksa saat era penjajahan, beberapa diantaranya berada di Belanda melalui serangkaian peristiwa diplomasi. Serangkaian repatriasi tersebut merupakan kerja sama pengelolaan Museum Nasional dan Badan Layanan Umum Museum & Cagar Budaya, Indonesia Heritage Agency yang di mana proses repatriasi ini masih akan berlangsung hingga akhir tahun 2024 ini.

Berlokasi di gedung B Museum Nasional, pameran Repatriasi Pita Maha berada di 2 lantai yang berbeda. Pada lantai 1 terdapat koleksi Pita Maha yang sempat dipamerkan di Indisch Instituut, Amsterdam pada 1948 dan kemudian di Palais des Beaux-Arts, Brussels pada 1952.

Kemudian pada tahun 2018, Belanda dan Indonesia mulai membahas repatriasi koleksi yang kemudian pada 2023 akhirnya Komite Koleksi Benda Kolonial di Belanda memberi rekomendasi agar semua koleksi Pita Maha dikembalikan tanpa syarat untuk perkembangan warisan budaya Indonesia.

Dikutip dari deskripsi pada pameran, Pita Maha mempunyai arti "Leluhur Agung" dalam bahasa Kawi. Berdiri sejak 29 Januari 1936, Pita Maha adalah sebuah asosiasi seni yang dipimpin oleh beberapa bangsawan Ubud seperti Tjokorda Gde Agung Sukawati, I Gusti Nyoman Lempad, Walter Spies dari Jerman dan Rudolf Bonnet dari Belanda.

Tujuan dari asosiasi ini adalah mengembangkan serta mempertahankan seni Bali dari degradasi yang dikarenakan oleh komodifikasi massal akibat pariwisata dan melindungi kepentingan ekonomi anggota yang terdiri dari pelukis serta menjaga otensitas karyanya.

Pada ruangan ini pengunjung dapat melihat karya-karya yang sebagian besarnya merupakan lukisan dengan nuansa warna hijau, termasuk lukisan karya I Made Djata yang menjadi sorotan pada pameran di Belanda tahun 1948 silam.

Lukisan yang berjudul "A symbolic representation of the times during the Japanese occupation" yang menggambarkan situasi di Bali kala itu ketika masyarakat menunggu kedatangan pasukan sekutu dengan perasaan cemas.

Kemudian yang menarik lainnya ada lukisan Pita Maha yang dijadikan video mapping 3D, yang di mana pengunjung dapat melihat setiap kegiatan yang dilakukan masyarakat Bali kala itu. Selain 2 karya itu, ada juga lukisan ilustrasi yang terinspirasi dari fabel populer Tantri Kamandaka yang berjudul Kura-Kura dan 2 Burung yang dilukis oleh Anak Agung Gede.

Kain Motif dari Sumatera Selatan di Repatriasi Pita Maha
info gambar

Selain mengenal budaya dan legenda Bali, ada juga kain yang menunjukkan motif-motif Bali. Pada ruangan ini juga pengunjung dapat melihat kain-kain motif dari Sulawesi Barat dan Sumatra Selatan yang belum diketahui siapa pembuatnya.

Lalu ada juga karya seni ukiran dari kayu yang dibentuk menjadi patung kecil, di mana sebagian besarnya merupakan objek wayang, epos Ramayana dan hewan. Seperti karya I Meregeg yang menyerupai Hanuman dan Rama, kemudian karya I Tama yang menyerupai kambing dan kerbau.

Patung Kayu Menyerupai Hewan di Pameran Repatriasi Pita Maha
info gambar

Yang menarik dari pameran Repatriasi Pita Maha ini adalah setiap karya mempunyai narasinya sendiri. Pengunjung dapat membaca keseluruhan narasi di tiap karya dengan men-scan barcode yang tertera di deskripsi dekat karya.

Kemudian di panel terakhir, pengunjung dapat melihat warisan budaya dari perak dari era Kamasan dan Singaraja yang berupa wadah-wadah persembahan, lalu ada juga keris, pisau dan kapak untuk upacara adat.

Tak hanya menyajikan karya-karya seni, pameran Repatriasi Pita Maha menyuguhkan narasi beberapa narasi singkat tentang perkembangan pariwisata di Bali dan munculnya Pita Maha beserta legasi dan tokoh pelopornya hingga gaya seni yang umumnya digunakan para seniman yang tergabung dalam asosiasi.

4 Rekomendasi Pameran Sejarah di Jakarta hingga Awal November

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.