hidup lebih menyala dengan filosofi urip iku urup di era modern - News | Good News From Indonesia 2024

Hidup Lebih Menyala dengan Filosofi Urip Iku Urup di Era Modern

Hidup Lebih Menyala dengan Filosofi Urip Iku Urup di Era Modern
images info

Kawan, pernah dengar ungkapan Urip Iku Urup? Sebuah quote yang punya makna mendalam yang disampaikan oleh Semar di salah satu pertunjukan wayang.

Ternyata quote ini masih relevan sampai sekarang, loh!

Ungkapan ini berasal dari masyarakat Jawa yang terkenal kaya akan nilai-nilai kebijaksanaan yang dapat diterapkan di era modern.

Filosofi sederhana ini memiliki makna yang dalam yaitu "Hidup itu menyala." Dalam kehidupan sehari-hari, ungkapan ini bisa diartikan kalau hidup nggak cuma ada atau sebatas eksistensi, tetapi harus memberikan manfaat bagi orang lain.

Seperti api yang menyala, kita diharapkan mampu menerangi dalam kegelapan dan memberikan kehangatan bagi orang dan lingkungan sekitar.

Makna Dibalik Urip Iku Urup

Lilin yang menyala dengan tangan di bawahnya | Candle in the dark (image: Diego Cespedes Cabrera, Unsplash)
info gambar

Dalam Bahasa Jawa, urip memiliki arti hidup, iku berarti itu, dan urup yang bermakna nyala atau menyala. Secara keseluruhan, ungkapan ini dapat diartikan sebagai “hidup itu menghidupi” atau “hidup itu menyala”

Menurut Sungaidi (2019), filosofi ini mengandung pesan bahwa keberadaan manusia harus bermakna bagi orang sekitar. Tidak cukup hanya hidup untuk diri sendiri, kita juga perlu berkontribusi untuk kebaikan bersama.

Di era modern, istilah ini mirip dengan konsep social impact atau dampak sosial tentang bagaimana tindakan dan keputusan kita dapat membawa perubahan positif di masyarakat.

Dalam masyarakat tradisional Jawa, seseorang yang urip tapi tidak urup dianggap kurang bermakna. Sebab esensi hidup menurut falsafah ini, tidak hanya dilihat dari pencapaian pribadi, tetapi dari seberapa besar kita bisa berbagi dan bermanfaat bagi orang lain.

Pada kehidupan masyarakarat Jawa, salah satu praktik nilai-nilai filosofi ini terdapat dalam kegiatan gotong royong (Ratu Amala dan Maliya Dewi, 2022). Filosofi ini menekankan pentingnya berempati, membantu sesama, dan menumbuhkan solidaritas.

Filosofi Jawa yang Membuat Hidup Lebih Bermakna

Apa Kaitannya dengan Kehidupan Saat Ini?

Seseorang yang berdiri menghadap jendela dalam kesendirian | Silhouette of a man (image: Noah Silliman, Unsplach)
info gambar

Di tengah arus kehidupan modern yang semakin individualistis, filosofi Urip Iku Urup memperkenalkan kembali tentang aspek keseimbangan di masyarakat.

Pada era digital dan globalisasi ini, di mana orang semakin terfokus pada tujuan pribadi seperti karir dan pencapaian material, filosofi ini menjadi reminder tentang pentingnya menjaga koneksi sosial dan memberikan dampak positif.

1. Menumbuhkan Sikap Gotong Royong

Dalam lingkungan kerja atau komunitas, nilai gotong royong menjadi kunci dalam mencapai tujuan bersama.

Filosofi Urip Iku Urup mengingatkan kita untuk tidak hanya fokus pada pencapaian pribadi, tetapi juga bagaimana kita bisa bekerja sama dengan orang lain, saling mendukung, dan meringankan beban satu sama lain.

Ini dapat diwujudkan melalui kolaborasi di tempat kerja, pengabdian masyarakat, atau aksi sosial yang membantu orang-orang yang kurang beruntung.

2. Mengembangkan Sifat Dermawan di Era Digital

Dalam konteks teknologi modern, filosofi ini dapat dipraktikkan dalam bentuk lain, misalnya melalui kontribusi dalam dunia digital.

Membagikan pengetahuan, membantu orang lain melalui platform online, atau mendukung gerakan sosial di media sosial adalah cara-cara baru untuk menerapkan konsep urup di era digital.

Berbagi informasi yang berguna, mendukung komunitas daring, dan terlibat dalam gerakan sosial digital adalah contoh nyata dari bagaimana kita bisa tetap bermanfaat bagi orang lain.

3. Memperkuat Kepedulian Sosial

Di tengah tantangan global seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan ekonomi, dan krisis kesehatan, filosofi ini semakin relevan. Kita diingatkan bahwa hidup yang bermakna tidak hanya diukur dari kesuksesan pribadi, tetapi dari kontribusi kita terhadap solusi dari masalah sosial.

Misalnya, mendukung gerakan lingkungan, membantu dalam upaya pengentasan kemiskinan, atau berpartisipasi dalam kampanye hidup sehat balita dan lansia adalah wujud nyata dari filosofi ini dalam skala yang lebih besar.

Penerapan Urip Iku Urup dalam Kehidupan Sehari-Hari

Mahasiswi yang mengajar anak-anak dalam kegelapan
info gambar

Filosofi ini sebenarnya cukup mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang sederhana dan punya dampak yang besar. Berikut beberapa cara yang bisa Kawan lakukan:

1. Berbuat Baik Tanpa Pamrih

Untuk menjadi seseorang yang bermanfaat, kita tidak harus melakukan sesuatu dalam skala besar, Kawan. Hal sederhana seperti membantu tetangga, mendengarkan curhat teman, atau berbagi makanan merupakan contoh yang mudah untuk dilakukan dalam penerapan filosofi ini.

2. Meningkatkan Kualitas Hidup Orang Lain

Menjadi mentor bagi orang-orang yang membutuhkan bimbingan, baik di dunia kerja atau pendidikan, adalah salah satu cara untuk menerapkan nilai urup. Dengan berbagi ilmu dan pengalaman yang dimiliki, kita dapat membantu orang lain untuk berkembang.

3. Membangun Solidaritas dalam Komunitas

Kawan GNFI bisa terlibat langsung dalam komunitas, entah itu komunitas fisik yang ada di lingkungan tempat tinggal atau komunitas virtual, dengan tujuan untuk memperkuat rasa kebersamaan dan saling mendukung.

Di sini, nilai urup bisa benar-benar terasa ketika kita bersama-sama mewujudkan tujuan positif dari komunitas tesebut.

Filosofi Jawa yang Membuat Hidup Lebih Bermakna (Part 2)

Di tengah dunia yang semakin sibuk dan kompetitif, filosofi Urip Iku Urup memberikan keseimbangan kehidupan bermasyarakat. Hidup bukan hanya tentang pencapaian pribadi, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa bermanfaat bagi sesama.

Dengan menerapkan filosofi ini, kita tidak hanya akan merasa lebih bahagia dan puas, tetapi juga akan memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar.

Layaknya api yang menyala, kita bisa menjadi sumber cahaya dan kehangatan orang-orang di sekitar kita.

Sumber:

  • Ratu Amala, N., & Maliya Dewi, S. (2022). Filosofi Urip Iku Urup pada Masyarakat Jawa: Pendorong Kohesivitas Kelompok Penguat Keharmonisan Masyarakat Perumahan Kabupaten Kediri. Kronik : Journal of History Education and Historiography, 6, 2.
  • Sungaidi, M. (2019). Asketisme SemAr: pergumulan Agama-Sosial. Refleksi, 18(2), 181–200. 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SF
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.