Di tanah Sumatera, pernah berdiri salah satu kerajaan terbesar di Indonesia, yaitu kerajaan Sriwijaya. Sriwijaya juga termasuk sebagai kerajaan tertua karena berdiri sejak abad ke-7 M. Salah satu bukti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang menjadi bukti eksistensi mereka adalah Prasasti Kedukan Bukit.
Prasasti Kedukan Bukit memiliki catatan sejarah penting yang juga menandai terbentuknya pemukiman tertua di Sriwijaya. Pemukiman tersebut kemudian terbentuk sampai sekarang menjadi Kota Palembang.
Lantas, apa itu Prasasti Kedukan Bukit? Berikut ini GNFI memberikan informasi tentang Prasasti Kedukan Bukit yang juga memuat tentang isi dan fungsi Prasasti Kedukan Bukit. Simak ulasannya sebagai berikut.
Apa itu Prasasti Kedukan Bukit
Sesuai namanya, Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan. Tepatnya di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi. Prasasti Kedukan Bukit ditemukan oleh seorang Belanda bernama C.J. Batenburg pada 29 November 1920.
Prasasti Kedukan Bukit terbuat dari sebuah batu kecil berbentuk bulat berukuran 45 x 80 cm dan ditulis dengan menggunakan aksara Pallawa berbahasa Melayu Kuno. Tulisan dalam prasasti Kedukan Bukit masih tampak jelas dan memiliki baris-baris teratur dengan jumlah 10 baris.
Prasasti ini merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang memuat tentang gambaran kemajuan pelayaran Nusantara pada masa Hindu-Buddha. Salah satu kisah yang paling mencolok dalam Prasasti Kedukan Bukit adalah tentang keberhasilan perjalanan para penguasa Kerajaan Sriwijaya yang bergelar Dapunta Hyang.
Isi dari Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti Kedukan Bukit saat ini disimpan di Museum Nasional Indonesia dan dilindungi sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang sangat penting. Adapun isi Prasasti Kedukan Bukit adalah:
- svasti śrī śakavaŕşātīta 605 ekādaśī śu- (Selamat ! Tahun Śaka telah lewat 605, pada hari ke sebelas)
- klapakşa vulan vaiśākha ḍapunta hiyaṁ nāyik di (paro-terang bulan Waiśakha Dapunta Hiyang naik di)
- sāmvau maṅalap siddhayātra di saptamī śuklapakşa (sampan mengambil siddhayātra. pada hari ke tujuh paro-terang)
- vulan jyeşţha ḍapunta hiyaṁ maŕlapas dari Miṉāṅkā (bulan Jyestha Dapunta Hyang marlapas dari Miṉāṅgā)
- tāmvan mamāva yaṁ vala dua lakşa daṅan ko śa(?) (tamwāṉ membawa bala dua laksa dengan lengkap perbekalan)
- duaratus cāra di sāmvau daṅan jālan sarivu (dua ratus cara/peti di sampan dengan berjalan seribu)
- tlurātus sapulu dua vañakña dātaṁ di mata jap (mukha upaṃ ?) (tiga ratus dua belas banyaknya datang di mata jap ‘Mukha Upang’)
- sukhacitta di pañcamī śuklapakşa vula[n]... (āsāḍha ?) (sukacita pada hari ke lima paro-terang bulan…)
- laghu mudita dātaṁ marvuat vanua … (lega gembira datang membuat wanua....)
- śrīvijaya siddhayātra subhikşa ... (nityakāla ?) (Śrīwijaya jaya, siddhayātra sempurna....)
Fungsi Prasasti Kedukan Bukit
Dalam salah satu sumber, dikatakan jika Prasasti Kedukan Bukit merupakan akta kelahiran Kota Palembang. Hal itu dilandaskan pada isi dari prasasti yang membuktikan bahwa telah berdiri sebuah pemukiman di tepi sungai Talang yang telah berdiri sejak abad ke-7.
Selain itu, Prasasti Kedukan Bukit juga berisi tentang bukti sejarah keberadaan Kerajaan Sriwijaya di tanah Sumatera. Prasasti ini merupakan sumber awal eksistensi Kerajaan Sriwijaya yang pernah berkuasa dari abad ke-7 sampai abad ke-11 M.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News