Sebagai salah satu bukti primer untuk menulis sejarah kerajaan Nusantara, prasasti memiliki peran yang sangat penting sehingga keberadaannya akan selalu dijaga dengan baik. Salah satu prasasti yang memiliki informasi yang kompleks tentang Kerajaan Mataram Kuno adalah Prasasti Canggal.
Prasasti Canggal ditemukan di Magelang, Jawa Tengah. Masyarakat menyebut prasasti ini dengan sebutan Prasasti Gunung Wukir. Hal itu karena Prasasti Canggal ditemukan di halaman candi Gunung Wukir, Dusun Canggal, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang.
Apa Itu Prasasti Canggal?
Prasasti Canggal merupakan peninggalan Kerajaan Medang atau Mataram Kuno yang berdiri pada abad ke-8 sampai abad ke-10. Prasasti ini berangka tahun 732 Masehi, tepatnya pada masa Raja Sanjaya.
Prasasti Canggal memberikan informasi yang sangat kompleks tentang kehidupan masyarakat pada masa itu. Prasasti ini dianggap sebagai pernyataan dari Raja Sanjaya, sebagai seorang penguasa atau raja yang duduk di tahta Mataram Kuno.
Dari segi bentuknya, Prasasti Canggal atau Gunung Wukir ini terbuat dari batu berwarna kuning kecoklatan. Bentuknya persegi empat pipih atau stele dengan bagian tepinya yang sudah diratakan. Adapun aksara yang dituliskan di prasasti ini berada kedua sisi yang berpermukaan rata.
Prasasti Canggal ditemukan pada tahun 1879. Namun, pada saat penemuannya, prasasti ini telah terpecah menjadi dua bagian. Pecahan pertama ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir, sedangkan yang lainnya ditemukan di Desa Canggal, tepatnya berada di sebuah kaki gunung.
Selain memiliki isi yang cukup kompleks sebagai salah satu bukti kejayaan Mataram Kuno, Prasasti Canggal juga termasuk sebagai prasasti tertua kedua di Pulau Jawa setelah Prasasti Tuk Mas. Saat ini, Prasasti Canggal atau Gunung Wukir telah diamankan di Museum Nasional Jakarta.
Isi Prasasti Canggal
Prasasti Canggal termasuk prasasti yang cukup kompleks karena menjelaskan secara detail bagaimana kondisi masyarakat Mataram Kuno pada masa Raja Sanjaya. Prasasti Canggal ditulis dengan menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta dan terdiri dari 12 bait.
Berikut ini adalah isi dari Prasasti Canggal yang sudah diterjemahkan dalam terjemahan bebas:
Bait 1: Pembangunan lingga oleh Raja Sanjaya di atas gunung
Bait 2-6: Pemujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Brahma, dan Dewa Wisnu
Bait 7: Pulau Jawa yang sangat makmur, kaya akan tambang emas dan banyak menghasilkan padi. Di pulau itu didirikan candi Siwa demi kebahagiaan penduduk dengan bantuan dari penduduk Kunjarakunjadesa
Bait 8-9: Pulau Jawa yang dahulu diperintah oleh raja Sanna, yang sangat bijaksana, adil dalam tindakannya, perwira dalam peperangan, bermurah hati kepada rakyatnya. Ketika wafat Negara berkabung, sedih kehilangan pelindung.
Bait 10-11: Pengganti raja Sanna yaitu putranya bernama Sanjaya yang diibaratkan dengan matahari. Kekuasaan tidak langsung diserahkan kepadanya oleh raja Sanna tetapi melalui kakak perempuannya (Sannaha)
Bait 12: Kesejahteraan, keamanan, dan ketentraman Negara. Rakyat dapat tidur di tengah jalan, tidak usah takut akan pencuri dan penyamun atau akan terjadinya kejahatan lainnya. Rakyat hidup serba senang.
Pada bait-bait awal prasasti ini, berisi tentang puji-pujian terhadap Dewa Siwa, Brahma, dan Wisnu. Dari puji-pujian tersebut, dapat mengindikasikan kepercayaan yang dianut oleh Raja Sanjaya, yaitu Hindu Siwa.
Setelah itu, pada bait-bait selanjutnya, Prasasti Canggal mengisahkan tentang Raja Sanjaya yang memerintahkan untuk mendirikan sebuah lingga di Kunjarakunja, yang dapat diartikan sebagai tempat pertapaan Resi Agastya.
Fungsi Prasasti Canggal
Fungsi Prasasti Canggal yang paling pasti adalah untuk memperingati pendirian lingga di atas Bukit Sthirangga. Selain itu, sebagai bukti primer sejarah Kerajaan Mataram Kuno, Prasasti Canggal juga berperan penting dalam membantu sejarawan untuk merangkai narasi sejarah yang cukup kompleks.
Terutama perihal bagaimana kondisi masyarakat Medang pada masa Raja Sanjaya, bagaimana kondisi ekonomi, serta level kemakmuran mereka. Selain itu, Prasasti Canggal merupakan sumber tertua yang menyebutkan nama Pulau Jawa atau yang disebut sebagai Yawadwipa.
Pulau ini dipuji sejak dari dulu karena kesuburannya dan kekayaannya. Pulau Jawa dalam Prasasti canggal disebut dapat menghasilkan padi dan gandum yang melimpah, hingga kaya akan tambang emas yang berharga untuk kemakmuran masyarakat.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News