Legenda asal usul Gunung Tangkuban Perahu merupakan salah satu cerita rakyat Indonesia yang berasal dari daerah Jawa Barat. Kisah tentang Dayang Sumbi dan Sangkuriang ini menjadi salah satu cerita rakyat yang cukup populer dan banyak dikenal di Indonesia.
Bagaimana kisah lengkap yang terdapat dalam legenda asal usul Gunung Tangkuban Perahu tersebut?
Legenda Asal Usul Gunung Tangkuban Perahu
Tangkuban Perahu merupakan salah satu gunung yang menjadi destinasi wisata alam yang bisa Kawan kunjungi di Jawa Barat. Gunung yang berada di Desa Ciater, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat ini merupakan salah satu gunung aktif yang masih mengeluarkan asap belerang di kawahnya.
Selain dikenal sebagai salah satu tujuan wisata, Gunung Tangkuban Perahu juga terkenal berkat legenda yang menceritakan tentang asal usulnya. Dilansir dari buku 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi, dalam legenda ini diceritakan bahwa pada zaman dahulu hidup seorang wanita cantik bernama Dayang Sumbi.
Dayang Sumbi merupakan salah satu dari putri raja yang berkuasa di wilayah tersebut dulunya. Dirinya memiliki hobi menenun dan sering melakukan aktivitas tersebut setiap harinya.
Pada suatu hari, Dayang Sumbi tengah menenun seperti biasanya. Di tengah-tengah proses menenun, gulungan benang yang dia gunakan ternyata menggelinding ke luar rumah.
Dayang Sumbi merasa malas untuk mengambil benang tersebut. Dirinya kemudian berucap jika ada seorang laki-laki yang mengambilkan benang tersebut, maka akan dinikahinya.
Sebaliknya jika ada seorang perempuan yang mengambilkan benang itu, maka akan dia angkat sebagai saudari. Ternyata muncul seekor anjing jantan yang mengambil benang tersebut dan memberikan kepada dirinya.
Dayang Sumbi kaget melihat hal tersebut. Namun, dirinya tetap memenuhi janjinya dengan menikahi anjing jantan bernama Tumang yang ternyata merupakan titisan dewa yang dikutuk ke dalam bentuk binatang.
Seiring berjalannya waktu, Dayang Sumbi akhirnya memiliki seorang anak yang dia beri nama Sangkuriang. Ketika menginjak usia remaja, Dayang Sumbi menyuruh Sangkuriang untuk berburu hati rusa bersama Tumang.
Sangkuriang pun mematuhi perintah ibunya tersebut. Dirinya kemudian membawa Tumang dan pergi berburu rusa ke dalam hutan.
Namun Sangkuriang ternyata gagal menemukan seekor pun rusa pada hari itu. Sangkuriang yang merasa kesal kemudian memanah Tumang dan mengambil hatinya untuk dibawa pulang.
Sesampainya di rumah, Sangkuriang memberikan hati yang sudah ia persiapkan kepada ibunya. Dayang Sumbi merasa curiga bahwa hati tersebut bukan berasal dari rusa, terlebih dirinya juga tidak melihat lagi keberadaan Tumang ketika Sangkuriang pulang.
Akhirnya Dayang Sumbi menanyakan hal tersebut kepada anaknya. Sangkuriang pun pada akhirnya mengaku bahwa dia sudah membunuh Tumang dan mengambil hatinya.
Mendengar hal tersebut, Dayang Sumbi langsung marah karena Sangkuriang sudah membunuh ayahnya sendiri. Dirinya kemudian memukul kepala Sangkuriang hingga berdarah.
Sangkuriang yang mendapatkan perlakukan tersebut kemudian langsung melarikan diri dari rumah. Selang beberapa saat, Dayang Sumbi merasa menyesal sudah melakukan hal tersebut dan memutuskan mengasingkan diri.
Di pengasingannya, Dayang Sumbi hanya memakan tumbuh-tumbuhan saja. Hal ini membuat Dayang Sumbi menjadi awet muda dan tidak terlihat tua.
Tahun demi tahun berlalu. Sangkuriang tumbuh menjadi seorang pemuda yang gagah dan suka mengembara.
Pada suatu hari, sampailah dia ke tempat pengasingan Dayang Sumbi. Dia kemudian terkesima melihat wanita cantik yang ada di hadapannya.
Sangkuriang tidak mengetahui bahwa wanita cantik tersebut merupakan Dayang Sumbi, ibunya. Hal yang sama juga berlaku sebaliknya, Dayang Sumbi juga tidak mengetahui bahwa pemuda yang datang ke tempatnya tersebut merupakan Sangkuriang.
Akhirnya mereka menaruh perasaan satu sama lain dan menjalin hubungan. Kemudian Sangkuriang menyampaikan niat untuk meminang Dayang Sumbi dan menikahinya.
Mendekati hari pernikahan, Dayang Sumbi kemudian mengikatkan ikat kepala kepada Sangkuriang yang hendak berburu. Pada saat mengikatkan ikat kepala ini, Dayang Sumbi melihat luka besar yang ada di kepala calon suaminya tersebut.
Dirinya kemudian bertanya dari mana dia mendapatkan luka ini. Sangkuriang kemudian menceritakan asal luka yang dia terima ketika dipukul ibunya saat remaja dulu.
Dayang Sumbi terkejut mendengar cerita tersebut. Dirinya tidak menyangka bahwa Sangkuriang ternyata anak kandungnya sendiri.
Dirinya kemudian mencari cara agar tidak jadi menikahi Sangkuriang. Kemudian Dayang Sumbi memberikan syarat kepada Sangkuriang untuk membendung Sungai Citarum dan membuat sampan yang besar jika ingin menikahinya.
Dayang Sumbi menyebutkan bahwa Sangkuriang mesti menyelesaikan persyaratan ini sebelum pagi hari. Sangkuriang pun memenuhi persyaratan yang diberikan oleh Dayang Sumbi.
Berkat bantuan makhluk gaib, Sangkuriang berhasil mengerjakan tugas ini dengan cepat, bahkan hampir selesai sebelum fajar menyingsing. Melihat hal itu, Dayang Sumbi meminta warga desa setempat untuk menumbuk padi agar memancing ayam jago berkokok.
Benar saja, ayam jago langsung berkokok ketika masyarakat melakukan perintah Dayang Sumbi. Mendengar hal tersebut, makhluk gaib yang tadinya membantu Sangkuriang langsung hilang begitu saja.
Sangkuriang merasa kesal karena tidak bisa memenuhi persyaratan yang diberikan oleh Dayang Sumbi. Dirinya kemudian menjebol bendungan yang dia buat di Sungai Citarum dan membuat desa tersebut pada akhirnya tenggelam.
Selain itu, Sangkuriang juga menendang jauh sampan besar yang sudah dia kerjakan sebelumnya hingga terbalik. Sampan besar yang ditendang oleh Sangkuriang inilah yang nantinya diyakini berubah menjadi Gunung Tangkuban Perahu.
Sumber:
- Reza, Marina Asril. 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi. Visimedia, 2010.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News