madura di mana mana - News | Good News From Indonesia 2024

Madura di Mana-Mana

Madura di Mana-Mana
images info

Ketika saya masih kecil pada tahun 1950–1960-an di Kampung Kapasari, Surabaya, saya dan seluruh warga kampung mengenal orang Madura, selain sebagai tetangga, juga sebagai penjual jajanan tradisional seperti ketela, singkong goreng, dan sebagainya, serta sebagai penjual soto Madura (yang sebenarnya di Madura sendiri tidak ada) dan sate Madura. Selain itu, kami juga mengenal orang Madura sebagai pedagang gigih yang menjual barang-barang rombengan dan rongsokan. Pada tahun 1970-an, saya mengenal seorang Madura bernama Haji Sukri (alm.) yang, jika tidak salah, tinggal di daerah Kapaskrampung, dekat kampung saya dan Stadion Tambaksari. Almarhum dikenal sebagai pedagang besi rongsokan atau dalam bahasa Inggris disebut scrap metal. Haji Sukri terkenal di Surabaya karena bisnis jual beli besi tua, bahkan hingga membeli besi dari kapal perang dan tank rongsokan. Konon, rongsokan kapal perang RI Irian, sebuah kapal destroyer besar buatan Uni Soviet tahun 1960-an, juga dibeli oleh Haji Sukri.

Saya pernah melakukan perjalanan dari Kupang ke Atambua di NTT. Dalam perjalanan, saya melihat di depan mobil sewa yang saya tumpangi ada seorang pengendara motor membawa besi-besi tua di boncengannya. Sopir mobil mengatakan, "Itu orang Madura yang mencari dan membeli besi tua." Fenomena orang Madura sebagai pedagang besi tua sampai menjadi candaan di Surabaya pada masa itu. Ada lelucon bahwa tidak ada atlet angkat besi dari Madura, karena jika atletnya orang Madura, begitu mengangkat barbel besi yang berat, ia akan berpikir lebih baik menjual barbel itu. Komedian Surabaya, Cak Lontong dan Mas Tatok, pernah bercanda di depan hadirin, "Mudah bagi Mas Tatok mengetahui apakah ada pengunjung dari Madura. Caranya gampang, lemparkan saja besi ke depan panggung ini, kalau ada yang mengambil, pasti itu orang Madura."

Orang Madura memang dikenal berani, ulet dalam berdagang, dan bisa ditemui di berbagai pulau di Nusantara. Saya pernah berkunjung ke Tual, sebuah kota kecil di tenggara Maluku, dan menemukan tulisan "Tukang Cukur Bangkalan." Orang Madura tidak hanya tersebar di seluruh Nusantara, tetapi juga di luar negeri seperti Malaysia, Hong Kong, dan Arab Saudi. Saya dan sahabat dari UNAIR pernah makan di restoran nasi lemak di Kuala Lumpur, Malaysia, dan bertemu dengan seorang wanita muda di kasir yang berkata, "Saya dari Bangkalan, Pak." Bagi yang pernah beribadah haji atau umrah di Madinah dan Makkah, pasti sering bertemu dengan orang Madura yang melayani konsumsi jamaah di maktab atau hotel. Pada masa lalu, orang-orang Madura berlayar dengan perahu kecil ke Malaysia dan Singapura, seperti orang Bawean dari Gresik yang juga berbahasa Madura. Di Singapura, banyak keturunan Bawean yang disebut orang Boyan.

Orang Madura mudah dikenali dari cara mereka berbicara bahasa Indonesia dengan aksen khas Madura. Prof. Mahfud MD, seorang Madura asli (MA), meskipun lama tinggal dan kuliah di Yogyakarta dan Jakarta, masih terlihat medok aksen Maduranya ketika berbicara. Kata "misalnya" sering diucapkan menjadi "mesalnya" dengan intonasi khas Madura.

Seiring perkembangan zaman, orang Madura kini tidak hanya berjualan jajanan tradisional, soto, sate, atau besi tua, tetapi juga merambah bisnis ritel. Di Jakarta dan Bali, ada toko kelontong milik orang Madura yang buka 24 jam, yang menimbulkan protes dari pemilik gerai ritel besar. Mereka mengusulkan agar toko orang Madura yang buka 24 jam tersebut dilarang. Namun, orang Madura yang terkenal cerdik memasang papan di depan toko mereka bertuliskan "Buka 23 jam 30 menit."

Orang Madura juga berhasil mendirikan restoran masakan Indonesia, terutama sate Madura, di luar negeri. Di YouTube, terlihat video viral saat Duta Besar Indonesia untuk Inggris, Dr. Desra Percaya, mengunjungi restoran milik orang Madura bernama Madura’s Kitchen Ltd di London. Ternyata, tidak hanya di London, beberapa orang Madura juga mendirikan restoran sate Madura di Sydney, Australia, dan beberapa kota besar di Amerika Serikat.

Sate Madura memang telah mendunia. Bahkan, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, ketika memberikan ceramah di Universitas Indonesia pada bulan November 2010, menceritakan bahwa saat kecil tinggal di Menteng Dalam, Jakarta, ia masih ingat penjual sate Madura dan cara mereka menjajakan dagangannya dengan berteriak, "Sateeee...!"

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AC
AA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.