tahap tahap proses kreatif dalam penulisan fiksi - News | Good News From Indonesia 2024

Tahap-Tahap Proses Kreatif dalam Penulisan Fiksi

Tahap-Tahap Proses Kreatif dalam Penulisan Fiksi
images info

Kawan tahu, nggak, sih? Kalau kegiatan menulis itu nggak sembarang mencoret atau mengetik saja, lho. Jadi, ada strukturalnya kalau ingin menulis dalam penulisan fiksi. Untuk Kawan GNFI yang belum tahu, sebenarnya apa sih penulisan fiksi itu? Penulisan fiksi adalah proses menciptakan suatu cerita atau narasi yang sifatnya imajinatif dan tidak berdasarkan pada fakta nyata.

Dalam penulisan fiksi, penulis menggunakan kreativitas dan imajinasi untuk membangun karakter, setting, dan plot yang menarik dan menghibur. Jadi, di setiap penulisan fiksi terdapat beberapa proses kreatif yang terlibat, mulai dari pengembangan ide awal hingga penyusunan narasi yang sistematis. Semuanya bertujuan untuk menghasilkan karya fiksi yang memikat dan berkualitas.

Jika Kawan GNFI tertarik untuk menulis fiksi, memahami proses kreatif yang terlibat sangat penting untuk menghasilkan karya yang berkualitas. Pada semester dua Program Studi Penerbitan di Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta (Polimedia), mahasiswa diberikan kesempatan untuk mendalami mata kuliah "Penulisan Fiksi."

Mata kuliah ini dirancang untuk memberikan wawasan menyeluruh tentang bagaimana menyusun cerita fiksi secara sistematis. Pengajaran dalam mata kuliah tersebut mencakup berbagai teknik dan strategi yang diperlukan untuk menciptakan narasi yang menarik dan berkesan.

Salah satu aspek krusial yang dibahas adalah tahap-tahap proses kreatif dalam penulisan fiksi. Mahasiswa diajarkan bagaimana mengembangkan ide awal menjadi struktur cerita yang solid. Proses ini melibatkan brainstorming, pengembangan karakter, serta penyusunan plot dan setting yang mendukung narasi.

J.S. Khairen, Penulis Buku yang Giat Mencapai Kesuksesan

Untuk Kawan yang masih bingung bagaimana tahapan dalam proses kreatif penulisan fiksi. Jadi, di Program Studi Penerbitan di Polimedia Jakarta, mahasiswa pasti mendapatkan mata kuliah "Penulisan Fiksi" tentunya memberikan wawasan mendalam tentang cara menyusun cerita fiksi secara sistematis.

Pada perkuliahan mata kuliah Penulisan Fiksi yang salah satu referensinya diambil dari buku Penulisan Kreatif (Creatif Writing) tulisan R. Masri Sareb Putra, disebutkan bahwa ada tahap-tahap penulisan, yaitu Inventiion, Collection, Organization, Drafting, Revising, dan Publish adalah bagaimana tahap-tahap proses kreatif dalam penulisan fiksi.

R. Masri Sareb Putra menjelaskan bahwa proses kreatif penulisan fiksi terdiri dari beberapa tahapan yang membantu penulis mengembangkan ide hingga menjadi karya yang siap dipublikasikan.

Berikut adalah enam tahap proses kreatif dalam penulisan fiksi.

1. Invention (Penemuan Ide)

Tahap pertama dalam proses kreatif adalah invention, yaitu penemuan atau penciptaan ide. Menurutnya pada tahap ini, penulis mulai mencari dan mengeksplorasi gagasan yang akan dijadikan cerita. Ide bisa datang dari berbagai sumber, seperti pengalaman pribadi, cerita yang didengar, film, buku, atau bahkan dari observasi sehari-hari.

Dosen Polimedia selalu mendorong mahasiswanya untuk berpikir kreatif dan terbuka terhadap inspirasi yang datang dari mana saja. Beberapa teknik yang bisa digunakan untuk menemukan ide adalah brainstorming, freewriting, atau menggali tema-tema menarik dari kehidupan sosial.

2. Collection (Pengumpulan Bahan)

Setelah menemukan ide cerita, tahap selanjutnya adalah collection atau pengumpulan bahan. Di sini, penulis mulai melakukan riset atau pengumpulan informasi yang relevan dengan ide yang telah dipilih. Proses ini penting untuk memperkaya latar belakang cerita, karakter, serta alur yang akan ditulis.

Misalnya, jika cerita fiksi mengambil tokoh hewan fabel, maka penulis perlu melakukan riset tentang hewan tersebut agar cerita menjadi lebih menarik, akurat, dan meyakinkan.

Kisah DeLiang Al-Farabi, Penulis Cilik yang Bukunya Masuk Top 15 di Amazon Amerika dan UK

3. Organization (Organisasi Ide)

Tahap ketiga adalah organization, di mana penulis mulai mengatur dan menyusun ide-ide yang telah dikumpulkan. Pada tahap ini, penulis harus mulai memikirkan bagaimana alur cerita akan dikembangkan. Penyusunan outline cerita sangat dianjurkan di tahap ini. Outline membantu penulis untuk memiliki gambaran yang jelas tentang awal, tengah, dan akhir cerita.

Dalam organisasi ide, penulis juga dapat menentukan elemen-elemen kunci seperti konflik utama, karakter protagonis dan antagonis, serta tema besar yang ingin disampaikan melalui cerita.

4. Drafting (Penyusunan Draf)

Tahap drafting adalah tahap di mana penulis mulai menuliskan cerita secara utuh. Pada tahap ini, penting untuk tidak terlalu fokus pada kesempurnaan, melainkan lebih kepada bagaimana ide yang sudah diatur tadi dapat dituangkan ke dalam bentuk tulisan.

Bahwa pada proses drafting, penulis harus bebas mengekspresikan ide-idenya tanpa merasa terbebani oleh kesalahan kecil seperti tata bahasa atau struktur kalimat. Menulis draft adalah tentang mengalirkan ide, dan bagian revisi nantinya akan memperbaiki kekurangan yang ada.

5. Revising (Revisi)

Setelah draf pertama selesai, penulis memasuki tahap revising atau revisi. Pada tahap ini, penulis meninjau kembali seluruh cerita yang sudah ditulis dan mulai memperbaiki bagian-bagian yang kurang sesuai. Revisi bisa melibatkan perubahan besar seperti penyesuaian alur cerita, pengembangan karakter, atau memperdalam tema.

Bahwa revisi adalah bagian penting dari proses kreatif. Tidak ada cerita yang sempurna pada draf pertama, sehingga penulis perlu bersikap terbuka terhadap perubahan dan perbaikan.

6. Proofreading (Penyuntingan Akhir)

Tahap terakhir dalam proses kreatif penulisan fiksi adalah proofreading, yaitu penyuntingan akhir. Pada tahap ini, penulis memeriksa kesalahan-kesalahan kecil seperti ejaan, tanda baca, atau kesalahan tata bahasa.

Proses tersebut memastikan bahwa naskah siap untuk dipublikasikan atau diserahkan ke editor. Proofreading sering kali dianggap sebagai tahap teknis. Namun, penting karena kesalahan kecil dapat mengganggu kelancaran cerita dan mengurangi kualitas karya.

Melalui mata kuliah Penulisan Fiksi mahasiswa Polimedia Jakarta diajarkan untuk memahami proses kreatif penulisan secara mendalam. Dari penemuan ide hingga penyuntingan akhir, setiap tahapan memiliki peran penting dalam menciptakan karya fiksi yang berkualitas.

Mencari Ida Nasution, Penulis Esai Angkatan 45 yang Hilang Demi Indonesia

Proses ini tidak hanya melibatkan keterampilan teknis menulis Kawan, tetapi juga memerlukan kreativitas, riset, dan kemampuan untuk merevisi dan menyunting cerita dengan cermat. Dengan mengikuti tahap-tahap ini, Kawan dapat lebih mudah menghasilkan cerita fiksi yang menarik dan bermakna.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DU
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.