Lasem kota kecil yang berada di pesisir utara Pulau Jawa terkenal dengan kerajinan batiknya. Tetapi daerah pesisir itu pernah menjadi daerah yang subur gemah ripah loh jinawi ketika dipimpin oleh seorang ratu bernama Ratu Duhitendu Dewi atau Bhre Lasem.
Dimuat dari idsejarahnet, Kerajaan Lasem termuat dalam Piagam Singosari yang berangka tahun 1273 Saka atau tahun 1351 Masehi. Pada piagam itu disebutkan sebelum tahun 1351, Lasem bukanlah daerah yang penting.
Di Balik Batik Lasem: Kisah Kesetiaan dan Tanda Kepatuhan Seorang Santri
Karena itu, bisa disimpulkan Lasem sudah ada sebelum tahun 1351 Masehi. Bahkan sudah ada pada zaman Kerajaan Kediri, walau ketika itu daerah Lasem masih hanya setingkat kabupaten saat ini
Lasem sebagai kerajaan yang berdaulat dicatat dalam kitab Negarakertagama yang ditulis Mpu Prapanca. Disebutkan dalam catatan ini ketika Arya Wiraraja sakit keras, orang-orang penting dari Kerajaan Majapahit datang menjenguk
Salah satu rombongan yang datang berasal dari Lasem yang dipimpin seorang adipati. Tak hanya sebagai pemimpin Lasem, adipati ini adalah seorang loyalis Raden Wijaya dalam membantu pendirian Kerajaan Majapahit.
Bagian dari Kerajaan Majapahit
Dalam Negarakertagama, Lasem menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit pada tahun 1351 M. Lasem termasuk salah satu daerah yang dikelola oleh imperium Majapahit, tetapi bisa mengelola wilayahnya sendiri.
Hayam Wuruk lalu menunjuk keponakannya Duhitendu Dewi atau Dewi Indu sebagai penguasa Lasem. Dijuluki dengan nama Bhre Lasem, dia memerintah daerah ini di era tahun 1351 M dan wafat pada 1382 M.
“Ada satu kalimat di kitab itu yang mengungkapkan seorang raja perempuan tersohor di Lasem, bernama Duhitendu Dewi. Raja itu cantik jelita berasal dari Wilwatikta atau Majapahit,” jelas Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Sejarah (Fokmas) Lasem Ernantoro.
Sajadah Covid, Inovasi Batik Lasem Demi Bisa Tetap Berproduksi
Toro, panggilan akrabnya mengungkapkan selain sebagai Raja Lasem, Dewi Indu termasuk dari sembilan orang anggota pertimbangan agung Majapahit. Dari situ terlihat kedudukan Lasem sebagai negara bawahan yang memiliki peran istimewa.
“Negara bawahan yang dikuasai oleh kerabat raja (Majapahit), seperti Lasem, itu merupakan sebuah kekuatan sekaligus penopang kestabilan sosial, ekonomi, dan politik bagi kerajaan pusatnya,” ujar Toro.
Puncak kejayaan
Pada masa pemerintahan Dewi Indu, Lasem mencapai puncak kejayaan. Masyarakat dalam keadaan makmur dan sejahtera. Hal ini terbukti oleh adanya beberapa situs di Lasem seperti bekas tempat galangan kapal.
“Berkat semangat memerintahnya Dewi Indu. Banyak kalangan merasa terangkat. Misalnya nelayan-nelayan, dibuktikan oleh adanya beberapa titik situs bekas pelabuhan di Lasem. Ada tempat bekas galangan kapal juga,” imbuhnya.
Pasar Rakyat Lasem dan Geliat Usaha Batik di Tengah Pandemi
Ernantoro mengungkapkan peranan Lasem makin moncer setelah Dewi Indu menikah dengan Rajasawardhana yang merupakan raja di Mataun. Mataun sendiri merupakan kerajaan yang wilayahnya di sebelah timur Bengawan Solo.
“Selain jadi Raja Mataun, Rajasa ini juga seorang petinggi militer angkatan laut, yang bertanggung jawab atas armada angkatan perang Majapahit. Pangkalannya ada di Pelabuhan Lasem, di Teluk Regol dan Kairingan. Salah satu dari pelabuhan tadi ada yang jadi bandar perniagaan terbesar dan sangat sibuk. Rajasa sendiri yang jadi Dampoawangannya (Syahbandarnya),” pungkas Ernantoro.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News