Kota Pontianak, yang kini menjadi pusat pemerintahan Kalimantan Barat, menyimpan narasi menarik tentang kelahirannya. Dibangun pada 1771 oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie, kota ini bertransformasi dari rimba lebat menjadi sentra ekonomi dan kebudayaan di Pulau Borneo.
Mulai dari mitos hantu yang mewarnai asal-usul namanya hingga lokasinya yang unik tepat di garis khatulistiwa, Pontianak menawarkan cerita yang menakjubkan. Kawan GNFI, pernahkah terpikir bagaimana sebuah kota bisa terlahir dari perpaduan antara cerita mistis, perencanaan strategis, dan fenomena geografis yang langka?
Cikal Bakal: Dari Belantara Menjadi Kota Dagang
Riwayat Pontianak bermula di penghujung Oktober 1771. Syarif Abdurrahman Alkadrie beserta pengikutnya membabat hutan di pertemuan tiga aliran sungai: Landak, Kapuas Kecil, dan Kapuas Besar. Pilihan lokasi ini sangat strategis, menjadikannya titik ideal untuk aktivitas perdagangan dan pelayaran yang kemudian menjadi pondasi kemakmuran kota.
Menurut kisah yang beredar, Syarif Abdurrahman memilih area ini usai melakukan perjalanan jauh dari Mempawah. Konon, saat pertama menginjakkan kaki di sana, ia kerap diganggu oleh sosok kuntilanak.
Untuk menghalau makhluk gaib tersebut, ia melepaskan tembakan meriam. Lokasi di mana proyektil itu mendarat kemudian dijadikan tempat pendirian kota yang akhirnya dinamai Pontianak.
Etimologi yang Penuh Teka-teki
Asal-usul nama "Pontianak" memiliki beragam interpretasi. Versi yang paling populer mengaitkannya dengan sosok kuntilanak yang konon kerap menampakkan diri di kawasan tersebut.
Namun, ada pula yang berpendapat bahwa nama ini berasal dari kata "Punti," yang dalam dialek lokal berarti pohon yang menjulang tinggi. Interpretasi lain menyebutkan bahwa nama ini berakar dari kata "Pontian" yang bermakna tempat persinggahan, merujuk pada fungsi kota sebagai tempat transit bagi para pedagang dan pelaut.
Baca juga: Kue Bingke Berendam, Menu Berbuka Favorit di Pontianak yang Manis Legit Lembut
Evolusi Kota: Dari Era Kesultanan ke Kota Kontemporer
Tahun 1778 menjadi tonggak sejarah ketika Syarif Abdurrahman Alkadrie dinobatkan sebagai Sultan Pontianak yang pertama. Kesultanan ini berperan vital dalam perkembangan Pontianak sebagai pusat perdagangan dan pelabuhan utama di Kalimantan Barat.
Pusat pemerintahan ditandai dengan pembangunan Masjid Jami (kini dikenal sebagai Masjid Sultan Syarif Abdurrahman) dan Istana Kadariah yang masih berdiri kokoh hingga saat ini di Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur.
Selama kepemimpinan Syarif Abdurrahman dan para penerusnya, Pontianak mengalami perkembangan pesat. Pedagang dari berbagai penjuru berdatangan, menjadikan kota ini salah satu pusat ekonomi di Kalimantan. Keberadaan Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Nusantara, menjadi urat nadi kehidupan dan perekonomian masyarakat. Sungai ini menjadi jalur transportasi dan perdagangan utama bagi penduduk Pontianak.
Keunikan Kota di Garis Khatulistiwa
Salah satu ciri khas Pontianak adalah lokasinya yang tepat berada di garis khatulistiwa. Hal ini menciptakan iklim tropis dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun.
Setiap tahunnya, terjadi fenomena alam langka yang dikenal sebagai Kulminasi Matahari, di mana bayangan objek vertikal lenyap selama beberapa detik. Monumen Khatulistiwa, yang berjarak sekitar 3 km dari pusat kota, menjadi landmark ikonik Pontianak dan magnet bagi wisatawan.
Selain itu, Pontianak juga dikenal sebagai penghasil lidah buaya raksasa. Tanaman ini diolah menjadi berbagai produk seperti jeli, puding, dan bahan kosmetik. Lidah buaya Pontianak tersohor karena ukurannya yang besar dan kualitasnya yang unggul, sehingga banyak diminati hingga ke luar pulau.
Baca juga: Festival Cap Go Meh Pontianak 2024 Berlangsung 18-24 Februari
Lintasan Sejarah yang Kaya
Perjalanan Pontianak tak lepas dari pengaruh kolonialisme Belanda. Pada 1778, Belanda mulai memasuki Pontianak dan menjadikannya salah satu pusat administrasi di Kalimantan.
Era kolonial ini membawa perubahan signifikan dalam tata kelola pemerintahan dan pembangunan kota. Pasca kemerdekaan Indonesia, Pontianak menjadi bagian integral dari Republik Indonesia dan terus bertransformasi menjadi kota modern.
Infrastruktur seperti bandara internasional, pelabuhan, dan fasilitas pendidikan terus dikembangkan, mengukuhkan posisi Pontianak sebagai pusat ekonomi, pendidikan, dan budaya di Kalimantan Barat.
Kawan GNFI, begitulah kisah unik asal-usul Kota Pontianak yang sarat warna. Dari mitos hantu hingga fenomena khatulistiwa, dari hutan belantara hingga kota metropolitan, Pontianak telah menempuh perjalanan panjang yang menakjubkan.
Kota ini bukan sekadar saksi bisu sejarah, namun terus berevolusi mengikuti arus zaman. Di tahun 2023, Pontianak merayakan hari jadinya yang ke-252, menandai transformasi dari tanah misterius menjadi pusat urban yang vital di Kalimantan Barat. Setelah menyelami kisah unik ini, mungkinkah Kawan GNFI tergoda untuk menjelajahi langsung pesona Kota Khatulistiwa ini?
DAFTAR PUSTAKA
Mengungkap Sejarah Asal Usul Kota pontianak Dari Hutan Belantara hingga Pusat urban. (2024, July 2). Asuransi Sinar Mas. https://www.sinarmas.co.id/read/jelajah-nusantara/mengungkap-sejarah-asal-usul-kota-pontianak-dari-hutan-belantara-hingga-pusat-urban
Susinawati, E. (2023, October 23). Sejarah Singkat Pontianak dan Pendirinya. Radio Republik Indonesia. https://www.rri.co.id/daerah/411437/sejarah-singkat-pontianak-dan-pendirinya#:~:text=Pontianak%20didirikan%20oleh%20Syarif%20Abdurrahman,Sungai%20Kapuas%20dan%20Sungai%20Landak
Sejarah. (n.d.). Pemerintahan Kota Pontianak. https://www.pontianak.go.id/tentang/sejarah
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News