Pontianak, kota khatulistiwa yang selalu disinari matahari terik, menyimpan sejuta cerita kuliner yang wajib dicoba. Di antara berbagai pilihan makanan yang menggugah selera, ce hun tiau menjadi salah satu yang paling diburu, terutama saat hari-hari panas melanda kota ini. Jika Kawan GNFI sedang menjelajah Pontianak, jangan lewatkan kesempatan untuk menikmati hidangan khas ini, yang biasa ditemui di sepanjang Jalan WR Supratman.
Berbeda dengan restoran atau kafe mewah, ce hun tiau disajikan dengan gaya yang sangat sederhana. Penjualnya biasanya menggunakan gerobak kecil dengan tenda seadanya, namun justru kesederhanaan inilah yang membuat pengalaman mencicipi ce hun tiau di tengah teriknya matahari Pontianak terasa lebih autentik dan menyenangkan. Mari kita bahas lebih lanjut rupa dan cita rasa dari hidangan segar ini.
Rupa Ce Hun Tiau yang Menggoda
Jika Kawan GNFI melewati gerobak penjual ce hun tiau di Jalan WR Supratman, aroma gula merah dan santan yang manis akan segera menarik perhatian Kawan GNFI. Penampilannya mungkin terlihat sederhana, namun begitu mangkuk ce hun tiau disajikan, Kawan GNFI akan langsung terpikat.
Di dalam mangkuk tersebut, ada sajian berbentuk persegi panjang dan tebal, akrab disebut masyarakat dengan ati pari atau bongko pandan, tersaji bersama irisan cincau hitam dan kacang merah.
Kuah merah kental disiramkan di atas campuran tersebut, memberikan warna cokelat yang kaya dan pekat. Di sisi lain, santan yang ditambahkan memberikan kontras warna putih, menciptakan kombinasi warna yang memikat mata. Tidak ada yang bisa menyangkal, semangkuk ce hun tiau yang sederhana ini memiliki daya tarik visual yang luar biasa.
Cita Rasa Ce Hun Tiau yang Segar dan Lembut
Saat Kawan GNFI mencicipi ce hun tiau untuk pertama kali, kelezatannya akan segera terasa. Tekstur bongko pandan hijaunya kenyal dan lembut, sementara cincaunya memberikan sensasi segar yang membuat hidangan ini semakin istimewa. Kuah gula merahnya yang manis bercampur dengan gurihnya santan menciptakan perpaduan rasa yang sempurna di lidah.
Tidak hanya itu, kacang merah yang ikut tersaji di dalam mangkuk memberikan lapisan rasa manis alami yang memperkaya keseluruhan cita rasa. Setiap suapan terasa seimbang antara manis, gurih, dan segar, menjadikan ce hun tiau pilihan tepat untuk dinikmati di tengah panasnya cuaca Pontianak. Kenikmatan tersebut semakin lengkap dengan suasana santai di pinggir jalan WR Supratman, di mana hiruk pikuk kota dan lalu lintas menjadi latar yang tak terlupakan.
Ce Hun Tiau di Jalan WR Supratman, Pontianak
Banyak penjual ce hun tiau yang berjejer di sepanjang Jalan WR Supratman, Pontianak. Meski menggunakan gerobak kecil dan tenda sederhana, mereka mampu menghadirkan kenikmatan yang luar biasa. Inilah daya tarik utama ce hun tiau di Pontiana, kesederhanaan yang memberikan pengalaman makan yang autentik dan penuh makna.
Para penjual biasanya mulai beroperasi di pagi hingga sore hari, saat matahari mulai hadir. Namun, bagi para pecinta kuliner, menikmati ce hun tiau di siang bolong saat panas-panasnya justru menambah kenikmatan tersendiri.
Perpaduan rasa manis dan segar di tengah udara yang menyengat menciptakan pengalaman unik yang hanya bisa Kawan GNFI dapatkan di Pontianak.
Baca juga Ce Hun Tiau,Si Manis-Segar dari Pontianak
Bagi Kawan GNFI yang sedang berada di Pontianak, ce hun tiau adalah salah satu kuliner yang wajib dicoba. Rasanya yang sederhana namun menggoda ini mencerminkan kekayaan kuliner khas Tionghoa yang sudah lama membaur dalam kehidupan masyarakat Pontianak. Selain itu, ce hun tiau juga cocok dijadikan sebagai camilan di sore hari atau hidangan penutup setelah makan berat.
Jadi, jika Kawan GNFI berjalan-jalan di Pontianak dan merasa gerah oleh cuaca yang panas, berhentilah sejenak di Jalan WR Supratman dan temukan gerobak ce hun tiau terdekat. Dijamin, seporsi ce hun tiau akan membawa kesegaran dan kenikmatan yang tak terlupakan!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
