asal usul suku jawa menurut perspektif islam - News | Good News From Indonesia 2024

Asal Usul Suku Jawa Menurut Perspektif Islam

Asal Usul Suku Jawa Menurut Perspektif Islam
images info

Suku Jawa merupakan salah satu suku terbesar di Indonesia, dengan populasi yang tersebar terutama di Pulau Jawa. Untuk memahami lebih dalam mengenai asal usul suku Jawa, penting untuk mengkaji bagaimana ajaran Islam berinteraksi dan mempengaruhi budaya dan identitas masyarakat Jawa.

Artikel ini bertujuan untuk menyajikan perspektif Islam mengenai sejarah dan perkembangan suku Jawa.

Suku Jawa

Suku Jawa mendiami Pulau Jawa, mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Jawa memiliki sistem kepercayaan dan adat istiadat yang kuat mencakup berbagai ritual dan kepercayaan tradisional.

Pengaruh agama dan budaya Hindu masih kuat di kalangan sebagian suku Jawa yang memeluk Islam. Sejarah Islam di Jawa berlangsung lama, melibatkan dialog antara budaya asli Jawa dan nilai-nilai asing yang memengaruhi budaya tersebut. Proses ini menunjukkan elastisitas budaya Jawa, terutama saat agama Hindu-Buddha datang dari pengaruh budaya India.

Penyebaran Islam di Jawa

Penyebaran dan perkembangan Islam di Jawa, seperti di daerah lain, awalnya berasal dari pesisir dan bergerak ke pedalaman. Masuknya Islam ke Nusantara dibawa langsung oleh bangsa Arab, pendakwah, seorang penguasa, atau oleh guru/pendakwah profesional antara abad ke-12 hingga ke-13.

Di Jawa, penyebaran agama Islam menghadapi dua lingkungan budaya, yaitu istana yang telah terpengaruh hinduisme dan budaya pedesaan yang masih bertahan pada animisme. Islam sulit diterima di lingkungan istana, tetapi diterima dengan baik oleh masyarakat pedesaan sebagai peningkatan budaya intelektual mereka.

Walisongo adalah tokoh penyebar Islam di Jawa pada abad 15-16 yang terdiri dari 9 orang, antara lain Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Drajad, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati.

Baca juga: Mengetahui Asal-usul Lahirnya Suku Jawa

Walisongo adalah keturunan asing dari berbagai Negara Islam, seperti Samarkand, Persia, Pasai, dan Champa, yang mampu mendekatkan diri dengan penguasa Jawa. Dalam dakwahnya, mereka menggunakan pendekatan kultural melalui sosial ekonomi, pendidikan, pernikahan, kesenian, dan politik.

Keberhasilan Walisongo ini dipengaruhi oleh kepribadian, kemampuan, serta keluasan ilmu, ekonomi, jaringan perdagangan, dan kekuasaan para wali. Faktor-faktor ini memungkinkan mereka memimpin bangsa Jawa meskipun berasal dari keturunan asing.

Pengaruh Islam terhadap Suku Jawa

Di Jawa terdapat banyak pesantren yang didirikan oleh Walisongo sebagai bentuk penyebaran Islam. Lembaga pesantren memiliki peran penting dalam menentukan watak keislaman dan penyebaran Islam di Jawa, termasuk ke daerah pelosok.

Walisongo memiliki peran penting dalam proses ini, mendirikan masjid dan pesantren sebagai pusat ibadah dan pengajian. Masjid menjadi tempat berkembangnya kebudayaan Islam dan mendukung penyebaran agama tersebut.

Islam masuk ke Jawa secara damai, karena mudah bersosialisasi dengan masyarakat Jawa, yang terpikat oleh ajaran ketauhidan dan keesaan Allah SWT. Islam bercampur dengan budaya Jawa untuk mempermudah penyebaran agama. Hingga kini, budaya Jawa tetap melekat pada ajaran Islam yang dianut sebagian besar orang Jawa.

Masjid yang dibangun dengan desain yang menggabungkan elemen lokal dan Islam. Seni ukir dan arsitektur Jawa juga dipengaruhi oleh estetika Islam, menciptakan bentuk-bentuk baru yang khas.

Baca juga: Ragam Upacara Adat Suku Jawa Mulai dari dalam Kandungan hingga Kematian

Peran tradisi dan budaya Jawa dalam menyebarluaskan agama Islam terlihat melalui seni-seni seperti wayang kulit, langgang Jawa, sesaji dan selametan. Para dai memanfaatkan tradisi ini untuk mendukung dakwah dan memperkuat ajaran Islam di Nusantara dengan penuh rasa syukur, sabar, dan antusias.

Akulturasi Budaya Jawa dan Islam

Dalam kehidupan sehari-hari, ajaran Islam mempengaruhi norma sosial, ritual, dan kebiasaan masyarakat Jawa. Tradisi-tradisi seperti sedekah laut dan slametan mengalami penyesuaian untuk mencerminkan nilai-nilai Islam, menciptakan sinergi antara adat Jawa dan ajaran Islam.

- Ritual sedekah laut

Di Pantai Padalen, Kebumen, dilandasi oleh kepercayaan masyarakat terhadap Nyi Roro Kidul, penunggu laut selatan dalam legenda lokal. Ritual sedekah laut awalnya dilaksanakan oleh penganut animisme dan dinamisme.

Setelah kedatangan Islam, ajaran tersebut mulai diterapkan dalam ritual tanpa menghilangkan budaya lokal. Contohnya masyarakat menggunakan doa dan ayat Al-Quran dalam ritual sedekah laut.

- Tradisi slametan

Berasal dari kata slamet (Arab: salamah), yang berarti selamat dan bahagia. Slamet berarti terhindar dari insiden yang tidak diinginkan. Tradisi slametan melambangkan upaya masyarakat Jawa dalam mengembangkan Islam kultural.

Baca juga: Tradisi Malam Satu Suro sebagai Wujud Pensucian Diri Masyarakat Suku Jawa

Dakwah Islam oleh Walisongo mengajarkan kerukunan dan toleransi, sehingga banyak masyarakat Jawa yang menganut agama Islam berkat pendekatan inklusif para wali. Tradisi slametan merupakan praktik keagamaan yang umum dijumpai dalam masyarakat Islam Jawa.

Memahami asal usul suku Jawa dari perspektif Islam membantu kita menghargai bagaimana ajaran agama ini telah membentuk dan mempengaruhi budaya serta identitas masyarakat Jawa. Sejarah ini tidak hanya menunjukkan integrasi yang harmonis antara adat dan agama, tetapi juga mencerminkan kekayaan dan keragaman budaya Indonesia.

 

 

Sumber:

https://ejournal.stai-mifda.ac.id/index.php/alkainah/article/view/103/30

https://www.ejurnal.stiuda.ac.id/index.php/althiqah/article/view/21/18

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.