Omega-3 sudah lama dikenal sebagai nutrisi penting yang harus ada dalam asupan harian kita. Hal ini karena perannya yang sangat penting, terutama dalam menjaga kesehatan jantung, mendukung perkembangan otak, hingga mengurangi risiko penyakit kronis seperti diabetes dan kanker.
Selama ini, omega-3 biasanya didapatkan dari ikan laut seperti salmon, sarden, dan tuna. Akan tetapi, penangkapan yang dilakukan secara komersial membuatnya semakin mahal dan menyebabkan adanya fenomena overfishing yang mempengaruhi ekosistem serta kelestarian laut.
Namun, tahukah Kawan GNFI kalau Indonesia ternyata memiliki potensi alternatif lain yang lebih ramah lingkungan? Kenalkan, thraustochytrids!
Apa Itu Thraustochytrids?
Nama ini mungkin terdengar asing oleh Kawan GNFI, tetapi thraustochytrids adalah mikroorganisme laut yang banyak ditemukan pada perairan tropis, terutama kawasan bakau. Meskipun ukurannya sangat kecil, makhluk ini memiliki keahlian luar biasa dalam menghasilkan DHA (docohexaenoic acid) yang merupakan salah satu jenis omega-3 penting bagi tubuh kita.
Senyawa ini dibutuhkan oleh tubuh sekitar 300 mg per hari dan memiliki fungsi utama sebagai anti inflamasi, antibiotik, anti tumor, dan anti toksik. DHA banyak didapatkan dari ikan laut yang memakan mikroorganisme seperti thraustochytrids. Jadi, thraustochytrids adalah produsen pertama omega-3 dalam rantai makanan laut.
Hal menarik lainnya adalah makhluk kecil bernama thraustochytrids ini ternyata bisa tumbuh dengan cepat dan tidak perlu lahan luas untuk perkembangannya, seperti halnya dalam melakukan budidaya ikan.
Pertumbuhannya pun dapat dengan mudah memanfaatkan limbah atau bahan sisa (by product), seperti gliserol dari pabrik biodiesel, limbah tahu, minyak asam, ampas tebu, atau makanan dari restoran Cina, sehingga pemanfaatannya dapat mengatasi permasalahan lingkungan sekaligus. Oleh karena itu, thraustochytrids bisa dikatakan sangat "hijau" dan ramah lingkungan, Kawan GNFI!
Mengapa Thraustochytrids Bisa jadi Alternatif Omega-3?
Lebih ramah lingkungan: Budidaya thraustochytrids tidak mengancam populasi ikan di lautan. Mereka bisa dikembangkan dalam wadah tertutup seperti tangki besar, sehingga tidak mengganggu ekosistem laut.
Sumber yang berkelanjutan: Thraustochytrids tumbuh cepat dan bisa menggunakan bahan-bahan yang melimpah di sekitar kita, seperti glukosa atau gliserol yang bisa didapatkan tanpa merusak lingkungan.
Kaya akan DHA: Thraustochytrids menghasilkan DHA dalam jumlah tinggi, bahkan lebih tinggi dari beberapa jenis ikan laut. DHA adalah komponen penting yang mendukung fungsi otak, mata, dan jantung kita, Kawan GNFI.
Potensi Thraustochytrids di Indonesia
Indonesia, dengan kekayaan lautnya yang melimpah, memiliki potensi besar untuk menjadi produsen utama thraustochytrids. Selain kondisi alam yang mendukung, Indonesia juga memiliki sumber daya manusia dan infrastruktur yang terus berkembang dalam bidang bioteknologi kelautan.
Pengembangan thraustochytrids sebagai sumber omega-3 bisa menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan perekonomian nasional sekaligus berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan global.
Penelitian di Indonesia tentang thraustochytrids telah menunjukkan hasil yang menjanjikan. Para peneliti telah berhasil mengisolasi beberapa strain thraustochytrids dari perairan Indonesia yang mampu menghasilkan DHA dalam jumlah tinggi.
Strain-strain ini kemudian dikembangkan lebih lanjut untuk melihat potensi produksinya dalam skala industri. Dengan dukungan dari pemerintah dan sektor swasta, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi pemain utama dalam industri omega-3 berbasis mikroalga di masa depan.
Pemanfaatan thraustochytrids dalam memproduksi omega-3 secara lokal juga dapat mengurangi ketergantungan Indonesia dalam melakukan impor minyak ikan. Ini juga berarti konsumen dapat menikmati produk omega-3 yang lebih segar dan berkualitas tinggi.
Thraustochytrids adalah jawaban bagi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan omega-3 global tanpa harus merusak lingkungan. Dengan potensi besar yang dimilikinya, terutama di Indonesia, thraustochytrids bisa menjadi sumber omega-3 yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Masa depan omega-3 mungkin tidak lagi bergantung pada ikan laut, melainkan pada mikroorganisme kecil yang kaya manfaat ini. Sebuah inovasi yang menjanjikan, langsung dari lautan Indonesia untuk dunia.
Omega-3 yang ramah lingkungan? Mengapa tidak!
Sumber:
- Egalini, F., Guardamagna, O., Gaggero, G., Varaldo, E., Giannone, B., Beccuti, G., Benso, A., & Broglio, F. (2023). The Effects of Omega 3 and Omega 6 Fatty Acids on Glucose Metabolism: An Updated Review. Nutrients, 15(12). https://doi.org/10.3390/nu15122672
- Tilay, A., & Annapure, U. (2013). Novel Simplified and Rapid Method for Screening and Isolation of Polyunsaturated Fatty Acids Producing Marine Bacteria. Biotechnology Research International, 2012, 1–8. https://doi.org/10.1155/2012/542721
- Wang, Q., Zhang, Y., Hui, R., & Zhu, Y. (2024). Marine thraustochytrid : exploration from taxonomic challenges to biotechnological applications. Marine Science, 11(March), 1–17. https://doi.org/10.3389/fmars.2024.1371713
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News