Pagi hari, ketika jam di dinding menunjukkan pukul 07.20 WITA, kapal sekolah sudah berada di depan dermaga Muara Ilo, menunggu anak-anak sekolah. Satu per satu anak mulai keluar dari rumah masing-masing mengenakan seragam sekolah, dari yang SD, SMP bahkan SMA.
Mereka semua memiliki satu tujuan akhir yang sama, yaitu Sekolah Rawa Hutan. Sekolah Rawa Hutan adalah satu-satunya sekolah di Desa Tani Baru yang di dalamnya terdapat SD, SMP, dan SMA (PKBM) sekaligus. Sekolah ini terletak di atas sungai Delta Mahakam dan dikelilingi hutan mangrove. Pemandangan langka tersebut ditemukan di Desa Tani Baru, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Desa Tani Baru merupakan salah satu desa yang terletak di daerah Delta Mahakam yang memiliki luasan yang sangat luas yaitu 7.130 km². Sumber daya perairan yang melimpah membuat sebagian besar warga yang tinggal di desa tersebut memilih mencari penghasilan di sektor tersebut. Beberapa pekerjaan yang sering dijumpai adalah nelayan, petambak, dan penyambang.
Fakultas Filsafat UGM Hadirkan Dalang dan Sinden dari Mahasiswa untuk Pentaskan Wayang
Salah satu nelayan yang kami kenal baik adalah Haji Mahjur. Beliau merupakan nelayan yang selain melaut juga menjadi pengemudi kapal sekolah. Kapal yang digunakan Haji Mahjur adalah kapal milik pribadi.
Kepada kami, beliau mengatakan sudah setahun mengantarkan anak-anak ke sekolah. "Sebelum libur sekolah kemarin sudah ngantar, sampai hari ini. Karena kapal sekolah belum selesai diperbaiki."
Kapal yang dikemudikan oleh Haji Mahjur dapat menampung lebih dari 30 anak. Setiap anak yang naik hanya perlu membayar ongkos sebesar Rp5.000 untuk pulang dan pergi.
Haji Mahjur tinggal di dusun bernama Pulau Tunu. "Saya berasal dari RT 18 Pulau Tunu. Desa Tani Baru sendiri memiliki 20 RT. Kalau dari Muara Ilo hanya 10 menit saja," ucapnya.
Rute perjalanan kapal Haji Mahjur dimulai dari Pulau Tunu, kemudian ke Muara Ilo, Kampung Tengah, Selat Janda, dan terakhir yaitu Sekolah Rawa Hutan. Perjalanan tersebut biasanya menghabiskan waktu kurang lebih 30 menit.
Mahasiswa KKN Gelombang II UPN “Veteran” Jawa Timur Mengadakan Lomba Cerdas Cermat
Selama 30 menit perjalanan itu, anak-anak dapat melihat indahnya pemandangan pohon-pohon hutan mangrove. Terkadang apabila beruntung, anak-anak dapat melihat satwa unik Delta Mahakam seperti burung bangau dan buaya muara.
Dalam sehari kapal Haji Mahjur dapat mengunjungi sekolah sebanyak tiga kali. Yang pertama untuk mengantarkan anak sekolah, yang kedua untuk menjemput anak SD, dan yang ketiga untuk menjemput anak SMP dan SMA.
Terkadang, apabila kapal sekolah penuh saat mengantarkan anak ke sekolah, maka Haji Mahjur akan kembali lagi dan mengantarkan anak-anak yang sebelumnya tidak sempat naik ke kapal.
Haji Mahjur tahun ini genap berusia 57 tahun. Kami bertanya bagaimana cara tetap melaut walaupun bekerja sebagai pengemudi kapal sekolah. Haji Mahjur mengatakan bahwa beliau menurunkan jaring-jaring di laut. Beberapa hari kemudian, ketika laut sudah mulai konda-konda (keadaan ketika air tidak surut dan tidak pasang), beliau akan menarik jaring-jaring tersebut. Hasil tangkapannya beragam, terdapat ikan berbagai jenis dan kepiting.
Haji Mahjur mengatakan bahwa menjadi pengemudi kapal sekolah berarti memikul tanggung jawab yang besar atas keselamatan nyawa anak-anak sekolah. Pernah sekali ketika kami menaiki kapal sekolah, terdapat sedikit gangguan. Kapal yang kami naiki menabrak kayu yang mengapung di sungai.
Kayu tersebut masuk ke dalam kapal dan menghalangi kerja mesin kapal. Padahal lokasi kami masih lumayan jauh dari sekolah. Haji Mahjur sampai harus mencebur ke dalam sungai untuk mengeluarkan kayu tersebut. Namun, kayu tidak bisa dikeluarkan sehingga kapal mesti dimatikan. Akhirnya Haji Mahjur meminta bantuan kapal yang lewat untuk menarik kapal kami. Untungnya kapal tersebut berkenan dan kami dapat sampai ke sekolah dengan selamat.
Mahasiswa Tim KKN-PPM UGM Rancang Masterplan Agrowisata Inovatif di Bandungan
Perjalanan hidup Haji Mahjur yang seorang nelayan dan menyambi menjadi driver kapal sekolah ini menjadi inspirasi bagi masyarakat. Dari lautan ikan ke lautan ilmu, ia membuktikan bahwa pendidikan adalah jembatan menuju masa depan yang lebih baik.
Dengan dedikasi dan semangat mengantar anak-anak pesisir untuk mengejar mimpi, ia memainkan peran penting dalam membangun generasi yang lebih cerdas dan berdaya. Semoga kisah ini menjadi pendorong bagi banyak pihak untuk terus berkontribusi dalam mengembangkan pendidikan, terutama di daerah-daerah terpencil.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News