neraca perdagangan indonesia surplus selama 51 bulan berturut turut - News | Good News From Indonesia 2024

Neraca Perdagangan Indonesia Surplus Selama 51 Bulan Berturut-turut

Neraca Perdagangan Indonesia Surplus Selama 51 Bulan Berturut-turut
images info

 

Indonesia kembali mengalami surplus dalam neraca perdagangannya yang berlangsung selama 51 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Pada Juli 2024, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD 0,47 miliar.

Meskipun angka ini lebih rendah dibandingkan surplus pada Juni 2024 yang mencapai USD 2,39 miliar, Indonesia tetap konsisten dengan surplusnya, yang merupakan kombinasi dari surplus nonmigas sebesar USD 2,61 miliar dan defisit migas sebesar USD 2,13 miliar.

Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, menyatakan bahwa meskipun surplus pada Juli 2024 lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai USD 1,29 miliar, capaian ini menunjukkan ketahanan ekonomi Indonesia di tengah tantangan global.

“Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Juli 2024. Meskipun perbandingan nilai surplus periode ini dengan bulan lalu maupun dengan periode Juli tahun lalu tercatat lebih rendah, Indonesia tetap melanjutkan surplus perdagangan selama 51 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” ujar Mendag Zulkifli Hasan.

 

Surplus nonmigas tetap dominan

Selama Juli 2024, tiga negara mitra dagang yang memberikan kontribusi terbesar pada surplus perdagangan Indonesia adalah India, Amerika Serikat (AS), dan Filipina. Ketiga negara ini menyumbangkan total surplus sebesar USD 3,03 miliar bagi Indonesia. Di sisi lain, defisit perdagangan nonmigas terbesar datang dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Singapura, dan Australia, dengan total defisit sebesar USD 3,42 miliar.

Pada Juli 2024, ekspor Indonesia mencapai USD 22,21 miliar, meningkat sebesar 6,55 persen dibandingkan bulan sebelumnya (MoM) dan 6,46 persen dibandingkan Juli 2023 (YoY). Peningkatan ini didorong oleh kenaikan ekspor nonmigas sebesar 5,98 persen dan migas yang naik 15,57 persen dibandingkan Juni 2024 (MoM).

Sektor pertanian mencatatkan peningkatan ekspor tertinggi sebesar 26,24 persen (MoM), diikuti oleh sektor pertambangan yang naik sebesar 19,35 persen, dan industri pengolahan yang meningkat sebesar 2,82 persen. Namun, beberapa komoditas unggulan seperti lemak dan minyak hewan/nabati, besi dan baja, serta bahan bakar mineral mengalami penurunan ekspor pada bulan tersebut.

Sebaliknya, beberapa produk nonmigas lainnya justru mengalami peningkatan signifikan. Misalnya, ekspor mesin dan perlengkapan elektrik naik sebesar 14,89 persen, kendaraan dan bagiannya naik sebesar 14,68 persen, serta logam mulia dan perhiasan/permata yang meningkat hingga 51,11 persen (MoM). Ekspor bijih logam, terak, dan abu bahkan mengalami lonjakan drastis hingga 3.973,43 persen (MoM).

 

Pasar ekspor utama dan pertumbuhan potensial

Pasar utama ekspor nonmigas Indonesia pada Juli 2024 masih didominasi oleh RRT dan AS dengan nilai ekspor mencapai USD 6,97 miliar atau sekitar 33,53 persen dari total ekspor nonmigas nasional. Jepang telah menggeser posisi India sebagai negara tujuan ekspor nonmigas terbesar ketiga dengan nilai sebesar USD 1,78 miliar dan pangsa sebesar 8,57 persen.

Peningkatan ekspor ke negara-negara lain juga cukup signifikan, terutama ke Spanyol yang tumbuh sebesar 102,18 persen, Arab Saudi sebesar 62,45 persen, Jepang sebesar 43,46 persen, Jerman sebesar 42,08 persen, dan Brasil sebesar 40,57 persen (MoM). Peningkatan ini didukung oleh permintaan pasar dalam negeri negara-negara tersebut, yang salah satunya tercermin dari peningkatan impor Brasil sebesar 4,24 persen (MoM).

Di sisi impor, total impor Indonesia pada Juli 2024 mencapai USD 21,74 miliar, naik 17,82 persen dibandingkan Juni 2024 (MoM) dan naik 11,07 persen dibandingkan Juli 2023 (YoY). Peningkatan impor ini disebabkan oleh kenaikan permintaan baik di sektor nonmigas maupun migas, masing-masing sebesar 19,76 persen dan 8,78 persen (MoM).

Barang modal mencatatkan peningkatan impor terbesar sebesar 21,21 persen, diikuti oleh bahan baku/penolong sebesar 17,21 persen, dan barang konsumsi sebesar 16,79 persen (MoM). Produk utama impor nonmigas yang mengalami pertumbuhan tertinggi antara lain bahan bakar mineral, pupuk, dan ampas serta sisa industri makanan.

Meskipun demikian, beberapa produk seperti serealia dan perangkat optik, fotografi, dan sinematografi mengalami penurunan impor pada Juli 2024. Berdasarkan negara asalnya, impor nonmigas Indonesia didominasi dari RRT, Jepang, dan Australia dengan nilai impor sebesar USD 9,01 miliar atau sekitar 49,52 persen dari total impor nonmigas Juli 2024.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

MF
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.