Pangkat dan Kedudukan Abdi Dalem memiliki fungsi dan tugas yang berbeda-beda. Gelar yang diberikan Abdi Dalem oleh pihak Keraton Yogyakarta dapat menjadi gambaran dari sebuah posisi dan status.
Terbentuknya Abdi Dalem berkaitan dengan setelah diproklamasikannya Keraton Yogyakarta pada 13 Maret 1755. Abdi Dalem dibedakan menjadi beberapa yaitu Abdi Dalem Punakawan, Abdi Dalem Reh Kepatihan, dan Abdi Dalem Keparak. Namun pada saat kepemimpinan Sultan Hamengkubuwono X Reh Kepatihan berganti nama menjadi Abdi Dalem Keprajan.
Masing-masing Abdi Dalem ini memiliki status dan posisi terhormat karena mereka diharuskan untuk tidak menonjolkan kepentingan pribadi tetapi harus menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.
Baca juga: Bagaimana Menjadi Abdi Dalem Keraton ?
Pangkat, Kedudukan Cermikan Status, dan Posisi Seorang Abdi Dalem
Terdapat dua belas macam yang berhak disandang para Abdi Dalem, baik Abdi Dalem Punokawan dan Abdi Dalem Keprajan. Jenjang kepangkatan Abdi Dalem dari bawah adalah sebagai berikut:
- Jajar
- Bekel Anom
- Bekel Sepuh
- Lurah
- Penewu
- Wedono
- Riya Bupati
- Bupati Anom
- Bupati Sepuh
- Bupati Kliwon
- Bupati Nayoko
- KPH atau Pangeran Sentana
Dari urutan jenjang kepangkatan tersebut, KPH atau Pangeran Sentana merupakan jenjang kepangkatan tertinggi Abdi Dalem dan termasuk langka. Pangkat ini jarang diberikan kepada Abdi Dalem sangat jarang karena kenaikan pangkat ini memiliki dasar pertimbangan tergantung dengan kebijakan Sultan.
Selain itu, kedudukan Abdi Dalem dapat dilihat dari wilayah penugasannya. Pada Abdi Dalem Punakawan, mereka melaksanakan pekerjaannya di dalam Keraton. Abdi Dalem ini memiliki dua pembagian menurut jam kerjanya yakni Abdi Dalem Punakawan Tepas dengan jam kerja seperti karyawan kantor, dan Abdi Dalem Punakawan Caos yang melakukan pekerjaannya menghadap Keraton hanya setiap sepuluh hari sekali.
Selain itu, Abdi Dalem keprajan melaksanakan pekerjaannya di luar Keraton Yogyakarta seperti menjadi penghubung kraton dengan wilayah-wilayah Keraton. Dilansir dari www.kratonjogja.id, terdapat pula Abdi Dalem yang lingkup pekerjaanya paling dekat dengan Sultan, yakni Abdi Dalem Keparak yang umumnya didominasi oleh para Abdi Dalem perempuan.
Mereka diberi tugas-tugas yang beragam, mulai dari menjadi ruang pusaka, menyiapkan perlengkapan upacara, serta menyiapkan keperluan Sri Sultan, Permaisuri, dan Putra serta Putri Sultan yang tinggal di dalam keraton.
Kenaikan Pangkat dan Kedudukan Abdi Dalem
Menurut Agus Sudaryanto dalam Mimbar Hukum mengatakan Abdi Dalem Punakawan dapat dipastikan kepangkatannya melalui magang, dari jajar, bekel, dan seterusnya sampai dengan KPH.
Pada umumnya masa magang calon Abdi Dalem berkisar antara 2—5 tahun dan masa ini dijadikan pertimbangan tentang kedisiplinan serta kesetiaannya pada Keraton. Kenaikan pangkat dari satu ke pangkat lainnya kurang lebih 4—5 tahun. Walaupun demikian, jika sultan sedang berkenan (mirunggan) pangkat seorang Abdi Dalem dapat dipercepat atau melompat.
Sedangkan bagi Abdi Dalem Kaprajan pada umumnya tidak melalui magang. Hal ini dikarenakan begitu masuk menjadi Abdi Dalem, pangkatnya disesuaikan dengan pangkat atau golongan di kantor pemerintahannya.
Selain itu, dilansir dari www.kratonjogja.id, terdapat beberapa aspek penilaian yang mempengaruhi kenaikan pangkat seorang Abdi Dalem. Penilaian ini meliputi rajin atau tidaknya Abdi Dalem untuk datang ke Keraton, memiliki kepatuhan terhadap tata tertib yang baik, dan rajin dalam melaksanakan tugasnya. Bukan tidak mungkin seorang Abdi Dalem dapat ditunda kenaikan jabatannya jika tidak menjalankan tugas dengan baik dan jarang sowan ke Keraton.
Baca juga: Mengenal Magersari: Permukiman Abdi Dalem Bentuk Layanan Publik Keraton Jawa
Menjadi Seorang Abdi Dalem
Jika seseorang telah bersedia untuk menjadi seorang Abdi Dalem, maka ia akan dinyatakan sanggup untuk mengabdi kepada Keraton seumur hidupnya. Seorang Abdi Dalem juga harus bisa mengembankan tugasnya dengan sebaik mungkin. Dengan adanya kenaikan jabatan dan kedudukan dalam Abdi Dalem ini maka tugas dan tanggung jawabnya pun semakin banyak.
Menurut Septi Septriani dalam Jurnal Ethnohistori mengatakan para Abdi Dalem juga diberi kesempatan untuk belajar. Pembelajaran ini adalah bagian menularkan berbagai tradisi, norma, etika dan nilai kepada Abdi Dalem agar mereka berperilaku sesuai dengan tradisi, norma, etika, dan nilai yang berlaku.
Ketika berbagai tradisi, norma dan perilaku ini terus terpelihara dengan jalan diajarkan, ditularkan dan dilaksanakan kepada mereka yang tergabung dalam Abdi Dalem maka ini menjadi salah satu alat pendisiplinan atau pengontrol bagi Abdi Dalem untuk bertindak dan berperilaku.
Sumber:
https://www.kratonjogja.id/abdi-dalem/2-pangkat-dan-kedudukan-abdi-dalem/
https://jurnal.ugm.ac.id/jmh/article/view/16321
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News