menggali kebersamaan dalam tradisi buridan pengalaman tak terlupakan kkn di pekasiran batur - News | Good News From Indonesia 2024

Menggali Kebersamaan dalam Tradisi Buridan, Pengalaman Tak Terlupakan KKN di Pekasiran Batur

Menggali Kebersamaan dalam Tradisi Buridan, Pengalaman Tak Terlupakan KKN di Pekasiran Batur
images info

Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu program pengabdian kepada masyarakat yang diwajibkan bagi mahasiswa sebagai salah satu bentuk penerapan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari di kampus. Pengalaman mengikuti KKN selalu menyimpan cerita berharga yang penuh dengan pelajaran hidup.

Salah satu pengalaman paling berkesan yang kami alami saat menjalani program KKN di Desa Pekasiran, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, adalah terlibat dalam acara adat yang disebut Buridan. Tradisi unik ini memperlihatkan betapa kayanya budaya lokal dan betapa kuatnya ikatan sosial yang terjalin antarwarga desa.

Mengenal Desa Pekasiran dan Tradisi Buridan

Desa Pekasiran terletak di dataran tinggi Dieng, yang dikenal dengan pemandangan alamnya yang memukau serta budaya lokal yang masih lestari. Di tengah kehidupan masyarakat yang sederhana, adat istiadat masih dijunjung tinggi dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Salah satu tradisi yang paling menonjol di desa ini adalah buridan, sebuah acara yang diadakan setiap Jumat Kliwon, hari yang dianggap sakral dalam kalender Jawa.

Buridan, dalam sejarah, awalnya memiliki makna mistis. Di masa lampau, masyarakat meyakini bahwa buridan adalah gerbang simbolis menuju alam gaib. Mereka percaya bahwa pada hari Jumat Kliwon, dunia manusia dan alam gaib memiliki hubungan yang lebih dekat.

Buridan menjadi ritual yang dilaksanakan untuk menghormati leluhur serta menjaga keseimbangan antara alam manusia dan alam gaib. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, makna buridan mengalami perubahan.

Masyarakat kini menganggap buridan sebagai tradisi sosial yang bertujuan untuk menjaga silaturahmi dan mempererat hubungan antarwarga, terutama di tengah kesibukan yang seringkali membuat warga jarang berkumpul.

Tradisi buridan dilakukan dengan cara saling bertukar makanan antartetangga. Setiap warga akan menyiapkan makanan khas dari rumah mereka sendiri untuk dibagikan kepada tetangga.

Proses pertukaran makanan ini dilakukan dengan penuh semangat dan kebersamaan, yang memberikan kesempatan untuk saling berbagi rezeki dan menjaga hubungan yang sehat dalam lingkungan sosial.

Pengalaman Mengikuti Buridan

Sebagai peserta KKN, kami merasa sangat beruntung dapat ikut serta dalam acara buridan. Pada awalnya, kami hanya mendengar cerita dari para sesepuh desa tentang tradisi ini, tetapi kesempatan untuk ikut langsung terlibat dalam persiapan dan pelaksanaannya memberi pengalaman yang jauh lebih mendalam.

Warga desa mulai sibuk menyiapkan berbagai makanan tradisional yang akan ditukarkan beberapa hari sebelum acara. Sebagai pelajar dari luar daerah, kami sangat tertarik untuk membantu.

Orang-orang di desa dengan senang hati mengajak kami untuk berpartisipasi dalam persiapan, mulai dari membantu memasak hingga mengatur prosedur tukar-menukar makanan.

Saat hari Jumat Kliwon tiba, desa menjadi lebih semarak. Semua keluarga membawa hidangan terbaik mereka, mulai dari nasi tumpeng, sayur lodeh, ayam panggang, hingga kue tradisional seperti apem dan klepon. Makanan ini disimpan dalam wadah bambu yang disebut besek, yang merupakan simbol kekayaan lokal dan kesederhanaan. 

Tepat setelah salat Jumat, acara tukar-menukar makanan dimulai. Warga bergerak dari satu rumah ke rumah lain, memberikan besek berisi makanan kepada tetangga mereka sambil bertukar senyum dan canda tawa.

Kami juga ikut serta dalam kegiatan ini, membawa besek dari rumah-rumah yang sudah kami bantu untuk memasak dan membagikannya ke rumah-rumah lain. Rasa kebersamaan begitu kental terasa, dan meskipun kami adalah orang luar, kehadiran kami diterima dengan sangat hangat.

Bagi kami, pengalaman ini sangat unik dan penuh makna. Tradisi Buridan bukan hanya sekedar pertukaran makanan, tetapi juga menjadi momen bagi warga untuk saling mengingatkan pentingnya menjaga hubungan baik dalam masyarakat.

Di era modern ini, di mana kesibukan seringkali membuat orang lupa untuk berinteraksi dengan tetangga, buridan menjadi pengingat bahwa hubungan sosial tetap harus dijaga dan dipelihara.

Makna Budaya dalam Buridan

Mengikuti buridan memberikan kami kesempatan untuk memahami lebih dalam nilai-nilai sosial budaya masyarakat Pekasiran. Tradisi ini mengajarkan betapa pentingnya silaturahmi dan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat.

Masyarakat Pekasiran menyadari bahwa kesibukan sehari-hari, seperti bekerja di ladang atau mengurus rumah tangga, sering membuat mereka jarang memiliki waktu untuk saling bertemu dan berinteraksi. Melalui buridan, mereka kembali dipertemukan, saling berbagi rezeki, dan mempererat tali persaudaraan.

Buridan juga menunjukkan prinsip gotong royong yang kuat di desa ini. Semua orang bekerja sama dengan baik selama seluruh proses, dari persiapan hingga pelaksanaan. Tak ada perbedaan antara orang yang lebih tua dan yang lebih muda, atau antara orang kaya dan miskin.

Acara ini melibatkan semua orang dengan tujuan yang sama: menjaga keharmonisan sosial. Filosofi hidup kesederhanaan dan kedermawanan juga muncul dalam tradisi buridan.

Meskipun makanan yang disajikan tidak selalu mewah, ada makna besar di baliknya. Bukan hanya jumlah atau jenis makanan yang ditukar, tetapi juga keinginan untuk saling berbagi dan memperkuat hubungan sosial.

Pelajaran yang Kami Dapatkan dari Tradisi Buridan

Keterlibatan kami dalam rangkaian acara buridan mengajarkan kami banyak pelajaran berharga. Hubungan sosial sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Rutinitas sehari-hari sering membuat kita lupa pentingnya menjaga hubungan baik dengan orang-orang di sekitar kita.

Adat istiadat seperti buridan mengingatkan kita bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat bertahan hidup secara mandiri. Untuk membuat masyarakat yang harmonis, orang harus berinteraksi, berkolaborasi, dan saling mendukung.

Selain itu, pengalaman ini menunjukkan pentingnya mempertahankan budaya lokal. Jika tidak dijaga dengan baik, tradisi seperti Buridan dapat terlupakan secara bertahap di tengah arus modernisasi dan globalisasi.

Masyarakat Pekasiran menunjukkan bahwa melestarikan budaya bukan berarti menolak modernitas. Sebaliknya, itu adalah cara untuk mempertahankan identitas dan nilai-nilai utama di tengah perubahan zaman.

Salah satu kenangan terbaik yang kami bawa pulang adalah pengalaman mengikuti Buridan selama KKN di Desa Pekasiran, Batur. Acara yang awalnya kami anggap sederhana ini memiliki nilai-nilai yang mendalam tentang silaturahmi, kebersamaan, dan gotong royong. Masyarakat Pekasiran melihat buridan tak hanya sekadar pertukaran makanan.

Mereka juga melihatnya sebagai simbol untuk mempertahankan keseimbangan sosial di tengah kesibukan dan kesulitan zaman. Kami berharap adat istiadat buridan dan budaya Indonesia lainnya akan dilestarikan dan diteruskan oleh generasi berikutnya.

Karena tradisi seperti buridan menunjukkan kekayaan budaya Indonesia yang harus dijaga dan dihargai, kita dapat belajar dari mereka tentang pentingnya hubungan sosial, kebersamaan, dan saling berbagi dalam kehidupan sehari-hari.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KU
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.