Sepertinya mimpi buruk kemacetan lalu lintas akhirnya memiliki secercah harapan. Google telah meluncurkan inisiatif global untuk mengatasi masalah ini dengan bermitra dengan kota-kota di berbagai negara di dunia.
Salah satu kemitraan tersebut adalah dengan kota Boston, yang menghadapi masalah lalu lintas kompleksnya melalui Proyek Green Light dari Google. Inisiatif ini akan menggunakan teknologi canggih Google untuk meningkatkan efisiensi lalu lintas dan mengurangi polusi udara.
Boston secara resmi bergabung dengan proyek penelitian ini pada Februari lalu, bergabung dengan Seattle yang memulai uji cobanya pada Januari lalu.
Pada tahun 2023, Boston termasuk dalam 10 kota terburuk di dunia untuk kemacetan lalu lintas, dan berada di peringkat keempat di AS. Melalui kemitraannya dengan Google, Boston telah menerapkan penyesuaian waktu sinyal di persimpangan di Fenway-Kenmore, Mission Hill, dan Jamaica Plain untuk mengurangi kemacetan.
Cara Kerja Proyek Green Light
Proyek Green Light menggunakan pendekatan berbasis data untuk mengoptimalkan sistem manajemen lalu lintas. Dengan memanfaatkan algoritma kecerdasan buatan dan data lalu lintas real-time dari Google Maps, proyek ini dapat memodelkan pola pergerakan kendaraan dan memberikan rekomendasi waktu sinyal lalu lintas yang adaptif.
Selama lima bulan terakhir, tim Google telah berhasil menganalisis ratusan persimpangan dan memberikan rekomendasi untuk meningkatkan efisiensi lalu lintas. Meskipun teknologi ini bukan solusi tunggal untuk kemacetan lalu lintas, ia menawarkan potensi signifikan untuk mengurangi keterlambatan dalam waktu yang relatif singkat.
Evaluasi yang ada menunjukkan adanya perbaikan signifikan dalam kinerja lalu lintas di beberapa persimpangan uji coba. Di Huntington Ave. & Opera Place dan Amory Street & Green Street, jumlah kendaraan dalam kemacetan berkurang lebih dari 50%.
Implementasi Global
Teknologi Green Light telah diterapkan di 13 kota di seluruh dunia, termasuk kota-kota besar seperti Rio de Janeiro, Manchester, dan Hamburg. Google menyediakan teknologi ini secara gratis kepada pemerintah kota untuk membantu meningkatkan kualitas udara dan efisiensi transportasi.
Evaluasi dari Google menunjukkan bahwa teknologi ini dapat mengurangi waktu tunggu kendaraan di lampu merah hingga 30% dan mengurangi emisi gas buang rata-rata sebesar 10%.
Mungkin untuk Asia Tenggara?
Salah satu tantangan terbesar tinggal di kota besar adalah menghadapi kemacetan lalu lintas yang tampaknya tak ada habisnya. Rasanya seperti pertempuran harian melawan waktu dan emosi di jalan. Ini menimbulkan pertanyaan: Kapan inisiatif cerdas seperti yang ada di Boston dapat diterapkan di kota-kota padat penduduk di Asia Tenggara, seperti Jakarta, Phuket, Bangkok, Manila, dan Ho Chi Minh City?
Kota-kota yang sibuk ini tentu memerlukan solusi inovatif untuk mengurangi kemacetan dan meningkatkan mobilitas. Dengan teknologi yang tepat dan kemauan politik, ada harapan bahwa kita dapat segera melihat perbaikan signifikan di jalan-jalan yang seringkali penuh tekanan ini.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News