refleksi 79 tahun kemerdekaan indonesia mitos atau fakta minat baca indonesia rendah - News | Good News From Indonesia 2024

Refleksi 79 Tahun Kemerdekaan Indonesia, Mitos atau Fakta Minat Baca Indonesia Rendah?

Refleksi 79 Tahun Kemerdekaan Indonesia, Mitos atau Fakta Minat Baca Indonesia Rendah?
images info

Kemerdekaan sering kali diartikan dengan sempit yaitu bebas dari belenggu penjajahan. Padahal dengan usia 79 tahun sudah sepatutnya kemerdekaan direfleksikan dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, salah satunya aspek pembangunan literasi Indonesia.

Apakah Minat Baca Indonesia Masih “Dianggap” Rendah?

Literasi adalah indikator penting yang mempengaruhi suatu bangsa. Tanpa literasi dasar seperti kemampuan membaca dan menulis, maka tidak akan ada proses perubahan karena tidak ada Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempu memahami pengetahuan untuk dikembangkan. Intinya, literasi akan mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan.

Membahas tentang literasi pada aspek membaca, kendala terbesar terletak pada tingkat pemahaman terhadap bacaan itu sendiri bukan pada minat membaca. Almarhum Nirwan Ahmad Aruska, sosok yang dikenal sebagai muadzin literasi dari Timur membantah pernyataan minat baca anak Indonesia rendah. Menurutnya pernyataan demikian hanya mitos belaka.

Menggagas pustaka bergerak, Nirwan menunjukkan empati nya dengan merespon antusias masyarakat dalam membaca yang terkendala untuk akses koleksi buku. Hal ini menunjukkan pentingnya fasilitas berupa tempat membaca dan koleksi bacaan yang mampu dijangkau oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka dalam membaca.

Minat baca orang Indonesia tidak rendah jika melihat bagaimana euforia di media sosial. Meningkatnya tren membaca dan mengulas buku oleh bookstagram dan booktok sejak Covid-19 bisa jadi bukti kalau anak muda Indonesia punya antusias yang tinggi untuk membaca. Misalnya akun @bacaanalya yang punya 80.000 lebih pengikut. Mereka tentu jadi followers Alya karena tertarik dengan rekomendasi buku dan toko buku yang dikunjungi Alya.

Peningkatan ini juga teridentifikasi melalui data dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas). Pada tahun 2023 terjadi pengingkatan sebesar 3.19 poin dibandingkan dengan tahun 2022 pada indikator Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) masyarakat Indonesia. Begitu juga dengan Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) meningkat 1.03 poin di tahun 2023.

Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan menegaskan bahwa dua indikator ini adalah aspek paling berpengaruh dalam pembangunan pemerintah provinsi dan kota.

Menilik data di tingkat global, Indonesia termasuk negara dengan indeks literasi terendah tepatnya pada posisi ke 62 dari 70 negara. Fakta ini menjadi masalah krusial karena harusnya kita “merdeka” juga dari belenggu yang menghambat kemajuan negara ini.

Bagaimana Memaknai Kemerdekaan untuk Meningkatkan Literasi Bangsa?

Semangat nilai-nilai kemerdekaan yang terpatri di dalam pembukaan UUD 1945 adalah bahan bakar untuk terus melaju dengan memastikan program peningkatan fasilitas dan akses terhadap buku sebagai salah satu objek dasar literasi terselenggarakan dengan baik.

Menyelami kalimat bung Hatta: “Indonesia tidak akan bersinar dengan obor di jakarta, tapi indonesia akan bercahaya dengan lilin-lilin di desa” cukup menjadi alasan kalau pemerataan pembangunan di desa pada fokus peningkatan literasi adalah hal yang niscaya untuk dilakukan.

Menjadi catatan penting yang harus dijadikan prioritas dalam program pemerintah adalah bagaimana memastikan desa-desa berdaya dalam menghidupkan perpustakaan, atau bahkan yang di desanya belum ada sama sekali perpustakaan jadi punya ruang baca.

Sebagai anak daerah yang tinggal dan tumbuh besar di Aceh, saya memperhatikan kesenjangan itu masih terjadi. Saya berasal dari kabupaten Aceh Besar. Saat saya butuh ruang belajar, perlu referensi materi kuliah saya harus ke perpustakaan dengan menempuh perjalanan dalam waktu 45 menit.

Hal itu tetap saya lakukan karena tidak ada perpustakaan di sekitar wilayah tempat saya tinggal. Seandainya ada perpustakaan yang lebih mudah dijangkau, tentu akan sangat membantu saya dalam beraktivitas.

Rasa-rasanya itu bukan hanya jadi pengalaman saya. Namun, juga pengalaman anak-anak muda lainnya yang tinggal di lokasi pedalaman.

Momen kemerdekaan Indonesia tahun ini tentu harus dimaknai dengan suka cita dan semangat untuk mewujudkan Indonesia yang unggul dengan SDM yang mampu memperjuangkan hak-haknya untuk akses membaca yang layak dan berkualitas.

 

Referensi:

  • Ahmad Kemal Nasution, Perpustakaan Nasional RI, “TGM dan IPLM Menjadi Idikator Kunci Pemerintah di Bidang Perpustakaan.” Di akses pada: https://www.perpusnas.go.id/berita/tgm-dan-iplm-menjadi-indikator-kunci-pemerintah-di-bidang-perpustakaan 
  • DISPUSIP, “Dispusip DKI Jakarta Merilis Hasil Pengukuran Nilai Budaya Literasi, IPLM, dan Tingkat Kegemaran Membaca Tahun 2023.” Di akses pada: https://dispusip.jakarta.go.id/dinas/publications/news/dispusip-dki-jakarta-merilis-hasil-pengukuran-nilai-budaya-literasi-iplm-dan-tingkat-kegemaran-membaca-tahun-2023 
  • Suranto, Info Publik,”Kemdikbud Luncurkan Buku Indeks Aktivitas Literasi Membaca.” Di akses pada: https://infopublik.id/kategori/nasional-sosial-budaya/349363/index.html

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DR
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.