JoSebagaimana dikatakan Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono, terdapat optimisme dalam bidang ini, terlebih lagi dengan adanya teknologi canggih dan program percepatan, Indonesia dapat mewujudkan swasembada ini.
Lalu, bagaimana upaya sejauh ini yang sudah dilakukan Indonesia?
Ada beberapa penerapan teknologi mutakhir, seperti halnya dalam pengelolaan indukan sapi dan program percepatan sapi bunting. Wamentan menyatakan bahwa teknologi ini memungkinkan peningkatan jumlah indukan sapi perah dan pedaging secara signifikan.
"Kita sangat yakin bahwa di waktu yang tidak lama atau di bulan-bulan dan tahun mendatang kita punya indukan sapi baik yang perah maupun yang pedaging untuk jumlah yang banyak sehingga cita-cita swasembada betul-betul dapat terlaksana dengan baik," ujar Sudaryono saat mengunjungi Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, Malang diktuip dari kererangan resmi.
Selain itu, terdapat juga inseminasi buatan dan teknoigi sexing. Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari adalah lembaga khusus di bawah Kementerian Pertanian yang berfokus pada pengembangan sapi nasional.
Mereka telah mengembangkan teknologi sexing yang dapat menentukan jenis kelamin sapi sebelum kelahiran, dengan tingkat akurasi yang sangat tinggi. Teknologi ini membantu dalam memperbanyak indukan betina, yang sangat penting untuk keberhasilan program swasembada.
"Kita kan pengennya betul-betul bagus spermanya. Nah sperma yang untuk nanti lahir antara laki-laki dan perempuan bisa kita lihat melalui teknologi sexing," tambah Sudaryono.
Tantangan dan solusi
Meskipun optimisme tinggi, Wamentan mengakui bahwa mencapai swasembada bukanlah tugas yang mudah. Salah satu tantangan utama adalah kebutuhan untuk mengimpor indukan sapi.
Namun, impor ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merugikan peternak kecil dalam negeri.
Kementerian Pertanian sangat percaya pada kemampuan sumber daya manusia (SDM) Indonesia dalam menguasai teknologi. Para peternak dan teknisi di Indonesia terus didukung dan dilatih untuk mengoptimalkan penggunaan teknologi dalam peternakan. Ini menjadi modal penting dalam mewujudkan swasembada daging dan susu.
"Kita punya teknologi, punya SDM, dan kita punya kemampuan. Intinya kita mampu dan kita siap karena SDM di kita ini pintar-pintar terutama dalam penguasaan teknologi," tambah Sudaryono.
Dengan berbagai inisiatif yang telah dilakukan, Indonesia berada di jalur yang benar menuju swasembada susu dan daging.
Keberhasilan ini tidak hanya akan mengurangi ketergantungan pada impor, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan peternak lokal dan menyediakan produk pangan berkualitas bagi masyarakat. Inovasi teknologi dan pengelolaan yang baik menjadi kunci utama dalam mencapai tujuan ini.
Tentu, Indonesia punya harapan besar untuk mencapai swasembada susu dan daging. Dengan teknologi canggih, SDM yang terampil, dan program percepatan yang efektif, Indonesia memiliki semua yang dibutuhkan untuk mewujudkan kemandirian pangan. Tantangan memang ada, namun dengan semangat gotong royong dan kerja keras, swasembada bukanlah mimpi yang mustahil.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News