menelisik kisah para penggerak pangan kelompok tani sri makmur di desa sukorejo sragen - News | Good News From Indonesia 2024

Menelisik Kisah Para Penggerak Pangan Kelompok Tani Sri Makmur di Desa Sukorejo, Sragen

Menelisik Kisah Para Penggerak Pangan Kelompok Tani Sri Makmur di Desa Sukorejo, Sragen
images info

Sejauh mata memandang, hamparan sawah hijau nan asri membentang di tiap sudut Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen. Halo, kawan GNFI, Setiap tiga kali dalam setahun, para petani sibuk menuai padi yang sudah merunduk penuh dengan bulir-bulir gabah.

Desa yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dengan Jawa Timur ini dikenal sebagai penghasil beras organik yang berkualitas, menjadikan Desa Sukorejo sebagai salah satu lumbung padi di wilayah tersebut.

Salah satu komunitas agaris yang berada di Desa Sukorejo adalah Kelompok Tani Sri Makmur.

Yuk, Kawan GNFI, kita simak bersama terkait para penggerak pangan kelompok tani Sri Makmuryang diulas oleh teman-teman KKN-PPM UGM Merapah Sambirejo Sub Unit Sukorejo 2.

Kelompok Tani
info gambar

Rekam Jejak Kelompok Tani Sri Makmur

Kelompok Tani Sri Makmur merupakan satu dari lima kelompok tani yang berdomisili di Desa Sukorejo dan termasuk kelompok yang sangat aktif. Kelompok tani yang diketuai oleh Sumardiyanto ini didirikan sekitar tahun 2000an dan sampai sekarang masih produktif menghasilkan produk unggulannya berupa padi organik.

KKN di Desa Srumbung, Pengembangan Pertanian dan Pariwisata oleh Mahasiswa UGM

Seperti yang dituturkan oleh Supriyadi, anggota Kelompok Tani Sri Makmur, kelompok tani ini dibentuk berdasarkan kedekatan rumah para petani. Dari rumah-rumah yang berdekatan tersebut, para petani berkumpul menjadi satu komunitas yang berperan sebagai wadah diskusi dan pemecahan masalah terkait hal-hal seputar pertanian.

Dengan kegiatan yang mempertemukan seluruh anggota ini rasa kekeluargaan dalam kelompok akan meningkat dan semakin erat .

Terdiri dari gabungan dua kata yaitu “Sri” dan “Makmur”, kelompok tani ini memiliki harapan yang tercantum dalam namanya. “Sri” menggambarkan dewi kesuburan yang menyimbolkan padi. “Makmur” menggambarkan kesejahteraan yang melimpah. Pada akhirnya, Kelompok Tani Sri Makmur berharap agar mendapat kemakmuran melalui pertanian padi.

“Dulu pemerintah ‘kan menganjurkan dan membuat program kelompok permirsa dan pendengar di radio. Kemudian ada namanya siaran pedesaan. Dari situ dijelaskan mengenai cara-cara bertani,” jelas Sumardiyanto.

Pendirian kelompok tani ini bermula dari inisiatif para petani setempat yang ingin menerapkan teknik-teknik pertanian yang mereka pelajari melalui siaran tersebut. Petani-petani tersebut kemudian mulai berkumpul membentuk kelompok-kelompok, seperti Kelompok Tani Sri Makmur ini.

Kini, seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, Sumardiyanto berpendapat bahwa bertani dapat dilakukan dengan lebih mudah oleh petani.

Beras Organik sebagai Produk Unggulan

Sejak dulu, Kabupaten Sragen telah dicanangkan oleh pemerintah sebagai lokasi pembangunan lumbung tani, terutama untuk beras organik. Pertanian yang semula mengandalkan bahan kimiawi sebagai pupuk, obat-obatan, dan pestisida beralih menjadi pertanian organik yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Transformasi ini diwujudkan dalam Desa Sukorejo yang dikenal dengan sebutan “Deworejo”. “Beras organik itu rasanya lebih nikmat dan lebih tahan lama. Tergantung jenisnya, ada yang pulen dan pero”, tutur Sumardiyanto.

Diversifikasi Tanaman, Jaga Keberagaman Jenis Tanaman untuk Kepentingan Pertanian Berkelanjutan

Sumardiyanto mengutarakan bahwa tantangan dari produksi beras organik adalah mengatur anggota yang tergoda untuk menggunakan pupuk kimia agar mendapatkan hasil yang lebih cepat. Sementara itu, Supriyanto berpendapat jika tantangan utama justru ditemui pada tahap pascapanen, seperti mencari pasar yang menguntungkan untuk menjual hasil produksi.

Dalam lingkup Kelompok Tani Sri Makmur, tantangan-tantangan yang ditemui ini diselesaikan melalui diskusi antaranggota dan diskusi dengan pembimbing baik dari kecamatan maupun dari dinas ketahanan pangan.

Wiwitan, Mensyukuri Hasil Panen

Pertanian bukan hanya aktivitas ekonomi, tetapi juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya dan tradisi yang ada di Desa Sukorejo. Walaupun sudah tidak dilaksanakan lagi, dahulu ketika panen tiba, terdapat tradisi wiwitan adalah acara yang dilakukan sebelum proses pemanenan yang dilanjutkan memanen padi dengan ani-ani (sabit kecil) yang disebut dengan “methik”.

Tradisi ini melambangkan rasa syukur yang melimpah setelah panen dan harapan akan hasil yang tak kalah melimpah pada masa tanam selanjutnya.

Pemandangan Pertanian
info gambar

Pengharapan, Partisipasi Generasi Muda dalam Sektor Agaris

Supriyanto dan Sumardiyanto sama-sama menuturkan bahwa salah satu masalah utama yang dihadapi Kelompok Tani Sri Makmur adalah anak muda sebagai generasi penerus tidak tertarik untuk bertani. Banyak dari mereka yang lebih memilih mencari peluang di sektor lain, merantau selepas lulus dari SLTA, menganggap pertanian sebagai pekerjaan yang kurang menarik atau kurang menguntungkan.

Peran Pertanian dalam Mendukung Kemandirian dan Keamanan Pangan

Sebagai penutup, Sumardiyanto berpesan dengan tegas, “Untuk sarjana pertanian, setelah selesai kuliah terjun ke desa ya untuk membangkitkan semangat petani biar semangat bertani, Istilahnya sarjana bangun desa begitu. Menerapkan teori-teori pertanian modern sehingga petahi muda nggak rekoso dalam bertani dan akhirnya mau (memiliki keinginan untuk terjun dalam bidang pertanian).”

Penulis: Anisa Nur Rahmalina

Fotografer: Azan Anugerah Vanga, Anisa Nur Rahmalina

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KP
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.