Pagar Alam di Sumatra Selatan bukan hanya memiliki pemandangan alam yang indah. Tetapi Bumi Besemah yang memiliki luas sekitar 633,65 km persegi ini juga merupakan tempat kebudayaan megalitikum.
Dimuat dari Indonesia.go.id, perbukitan yang terapit Bukit Barisan dan Gunung Dempo yang menjadikan wilayah ini kaya akan batuan cadas. Batuan beku dari jenis andesit inilah yang digunakan untuk beragam karya seperti arca, lesung batu, kubur batu, dolmen dan menhir.
Agenda Pariwisata Indonesia Agustus
Seorang peneliti dari Belanda, Van der Hoop menjelaskan di Pagar Alam ditemukan 22 area yang diyakini merupakan lingkungan situs megalitikum dari zaman pra-sejarah. Dari berbagai area itu ditemukan artefak-artefak, walau sebagian sudah rusak.
Ada dua jenis
Arca megalitikum dari situs-situs yang ditemukan di Pagar Alam dibedakan menjadi dua jenis. Jenis pertama menggambarkan satu wujud rupa atau hewan. Sedangkan kategori kedua menggambarkan lebih dari satu rupa atau sosok jamak.
Salah satu situs yang ditemukan di Pagar Alam adalah Batu Beghibu. Situs ini ditemukan di tengah persawahan di Desa Tegur Wangi. Dari catatan sejarah, situs ini diyakini sebagai bekas tempat pemukiman penduduk dan tempat pemujaan.
Wisata Ketinggian Tersembunyi di Pagar Alam Sumatra Selatan
“Bagi masyarakat setempat saat ini, Desa Tegur Wangi Lama merupakan wilayah yang sejak dulu dianggap suci dan sakral,” jelas laman itu.
Pada zaman dulu, sawah digunakan sebagai tempat upacara adat pemakaman tokoh sepuh masyarakat yang meninggal dunia. Ketika ada sesepuh yang meninggal, masyarakat meletakkan sesaji di depan arca, dolmen, dan menhir.
“Bagi masyarakat purbakala, kematian seseorang merupakan suatu hal yang dianggap sakral.”
Ada tari tradisional
Selain jadi pusat megalitikum, Pagar Alam juga mempunyai kesenian tradisional bernama Tari kebagh atau dulu disebut Tari Sembari Bidodari. Nama ini memiliki arti selendang besar yang digunakan bidadari untuk menarik.
Tahun 1950-an, tarian ini berubah nama menjadi Kebagh atau diartikan melebarkan tangan. Tari Kebagh tergolong tarian sakral, karena para penarinya melakukan ritual lebih dulu seperti menabur beras kunyit yang bermakna meminta izin bidadari menari.
Kisah Suku di Pedalaman Sumatra yang Lawan Belanda 50 Tahun, Dihormati Sultan Palembang
“Pelaksanaan Tari Kebagh, para penari tidak boleh haid atau dalam keadaan suci dengan hati yang suci. Namun, tarian ini bisa dilakukan oleh semua masyarakat.”
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News