Bangkalan, sebuah kabupaten di Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur, memiliki asal usul nama yang terkait dengan legenda pemberontak sakti Ki Lesap.
Nama "Bangkalan" berasal dari kata "bangkah" dan "la'an", yang berarti "mati sudah". Nama ini diambil dari cerita legenda tentang kematian Ki Lesap di Madura Barat.
Ki Lesap, yang memiliki kemampuan penyembuhan, berambisi menguasai pemerintahan di Pulau Madura dan melakukan pemberontakan, tetapi akhirnya tewas dalam pertempuran melawan Cakraningrat V.
Lalu, bagaimana sejarah Ki Lesap sendiri?
Baca Juga: Menilik Kemeriahan Arisan dalam Tradisi Sandur Khas Bangkalan Madura
Ki Lesap, yang juga dikenal sebagai Ke' Lesap, adalah seorang pemuda sakti dari Madura Barat yang hidup pada abad ke-18.
Ia merupakan putra dari Pangeran Sosro Diningrat atau Pangeran Tjokro Diningrat III dengan seorang selir, namun tidak mengetahui identitas ayahnya hingga diungkapkan oleh ibunya.
Ki Lesap memiliki kebiasaan bertapa di gunung-gunung dan kuburan-kuburan yang dianggap keramat, yang membuatnya memiliki berbagai macam keahlian, termasuk sebagai dukun atau tabib yang terampil dalam menyembuhkan berbagai penyakit.
Raja Bangkalan, Suro Diningrat atau Pangeran Tjokro Diningrat IV, menghormatinya dengan memberikan tempat tinggal dan izin untuk praktiknya sebagai dukun di Bangkalan.
Meskipun demikian, Ki Lesap merasa tidak puas dan memiliki ambisi untuk menguasai pemerintahan di seluruh Madura.
Ia kemudian meninggalkan Bangkalan untuk bertapa di Gua Gunung Pajuddan di daerah Guluk-Guluk.
Baca Juga: Menyecap Ramadan Rasa Bangkalan
Ki Lesap juga terkenal karena memiliki sebilah golok bernama Kodhi' Crancang, yang konon memiliki kekuatan untuk mengamuk sendiri tanpa ada yang memegangnya.
Kisah dan kehebatannya dalam bertapa serta sebagai dukun sering diceritakan dalam cerita rakyat Madura.
Ki Lesap menjadi figur legendaris di Madura karena beberapa alasan, salah satunya adalah kehebatan dan reputasi Ki Lesap yang dikenal karena memiliki banyak keterampilan, termasuk sebagai dukun yang mampu menyembuhkan berbagai penyakit.
Dia juga memiliki senjata pusaka bernama Calo’ Kodhi’ Crancang yang dapat bergerak dan menyerang sendiri tanpa ada yang memegangnya.
Ki Lesap sendiri memiliki ambisi dan bercita-cita untuk menguasai seluruh Madura, bahkan hingga Bali. Ambisinya ini membuatnya semakin terkenal dan disukai oleh rakyat.
Ambisi ini membuat Ki Lesap memimpin pemberontakan melawan Cakraningrat V, yang memerintah di Keraton Bangkalan. Pemberontakannya membuatnya semakin dikenal dan dihormati oleh masyarakat.
Baca Juga: Mengenal Senjata "Clurit" dari Madura
Hingga kini, kisah tentang Ki Lesap telah menjadi bagian dari sejarah dan legenda Madura. Dia dianggap sebagai salah satu pemuda sakti dari Madura Barat yang hidup pada abad ke-18.
Melalui kombinasi kehebatannya, ambisinya, dan pemberontakannya, Ki Lesap telah menjadi figur legendaris yang terus menjadi bagian penting dari sejarah dan legenda Madura.
Ki Lesap tewas dalam pertempuran setelah dikalahkan oleh pasukan Panembahan Cakraadiningrat V.
Dalam pertempuran itu, Ki Lesap sangat terkejut karena Panembahan Cakraadiningrat V datang bersama pasukannya secara tiba-tiba.
Panembahan Cakraadiningrat V langsung menusukkan tombak pusaka Se Nenggala ke tubuh Ki Lesap, yang langsung tewas. Tubuh Ki Lesap kemudian dipotong dan dipajang di Jembatan Ormang, di depan benteng, di wilayah yang kini menjadi kabupaten Bangkalan.
Penduduk Bangkalan yang mengikuti Panembahan Cakraadiningrat V berseru "bangka la’an," yang berarti "sudah tewas." Nama Bangkalan diyakini berasal dari seruan ini.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News