mengenal upacara adat buang jong dari bangka belitung merawat laut dan tradisi leluhur - News | Good News From Indonesia 2024

Mengenal Upacara Adat Buang Jong dari Bangka Belitung, Merawat Laut dan Tradisi Leluhur

Mengenal Upacara Adat Buang Jong dari Bangka Belitung, Merawat Laut dan Tradisi Leluhur
images info

Provinsi Bangka Belitung adalah sebuah daerah yang kaya akan keanekaragaman budaya, mencerminkan perpaduan berbagai suku bangsa dan agama. Kekayaan ini tercermin dalam seni tari, seni sastra, arsitektur, dan beragam upacara adat yang menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat.

Di tengah kehidupan modern, masyarakat Bangka Belitung tetap mempertahankan tradisi dan upacara adat yang mengakar kuat. Salah satu upacara adat yang menonjol adalah Buang Jong, sebuah ritual yang erat kaitannya dengan siklus kehidupan manusia dan tradisi maritim masyarakat setempat.

Kawan GNFI, berikut ulasan tentang upacara adat Buang Jong!

Upacara Adat Buang Jong

Upacara Buang Jong biasanya dilaksanakan di kawasan pantai dekat perkampungan Suku Sawang, seperti di Tanjung Pendam, Kecamatan Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung.

Upacara ini merupakan tradisi turun-temurun dari Suku Sawang, suku pelaut yang telah menetap di darat sejak 1985 setelah sebelumnya tinggal di lautan selama ratusan tahun.

Buang Jong berarti membuang atau melepaskan perahu kecil (jong) berisi sesaji dan ancak (replika kerangka rumah). Tradisi ini biasanya dilakukan menjelang angin musim barat, antara bulan Agustus hingga November, ketika angin dan ombak laut sangat besar.

Fenomena alam tersebut dianggap sebagai pengingat bagi Suku Sawang untuk memberikan persembahan kepada penguasa laut melalui upacara Buang Jong, dengan tujuan memohon perlindungan dari bencana selama mereka melaut.

Ritual Buang Jong berlangsung selama dua hari dua malam dan diakhiri dengan melarung miniatur kapal bersama sesaji ke laut. Setelah pelarungan, masyarakat Suku Sawang tidak diperbolehkan melaut selama tiga hari sebagai bagian dari tradisi ini.

Upacara Adat Ngalaksa Tahun Ini Digelar, Sekaligus Penyerahan Sertifikat Warisan Budaya Tak Benda

Tari Ancak dan Sambang Tali jadi Ritual Buang Jong

Upacara Buang Jong dimulai dengan prosesi Berasik, yaitu upacara untuk mengundang roh melalui doa yang dipimpin oleh pemuka adat Suku Sawang. Selama prosesi Berasik, sering terjadi perubahan alam yang mendadak, seperti angin kencang atau gelombang laut yang tinggi.

Setelah Berasik, upacara dilanjutkan dengan Tarian Ancak di hutan, di mana seorang pemuda menari dengan mengayunkan replika kerangka rumah yang dihiasi daun kelapa ke empat penjuru mata angin.

Tarian ini diiringi oleh gendang dan gong, bertujuan untuk mengundang roh penguasa lautan agar turut serta dalam ritual. Tarian Ancak berakhir ketika penari tersebut kesurupan dan memanjat tiang tinggi yang disebut jitun.

Selain Tarian Ancak, ada juga Tari Sambang Tali yang merupakan bagian dari rangkaian upacara Buang Jong. Tarian ini dimainkan oleh sekelompok pria dan terinspirasi dari burung yang menunjukkan lokasi ikan bagi nelayan. Burung ini juga membantu nelayan menemukan jalan pulang jika mereka tersesat di laut.

Pertukaran Barang Tanpa Uang (Jual-Beli Jong)

Upacara Buang Jong berlanjut dengan ritual Numbak Duyung, di mana sebuah tali diikatkan pada pangkal tombak yang sudah dimantrai. Tombak tersebut menjadi sangat tajam dan konon mampu membunuh ikan duyung, itulah mengapa ritual ini dinamakan Numbak Duyung.

Masyarakat Desa Adat Beringkit, Badung Menggelar Upacara "Nurunang"

Setelah itu, ritual dilanjutkan dengan kegiatan memancing di laut. Ada kepercayaan bahwa jika berhasil mendapatkan banyak ikan, orang yang menangkap ikan tersebut tidak boleh mencuci tangannya di laut.

Selanjutnya, diadakan acara jual-beli jong, di mana penduduk darat dan laut saling bertukar barang tanpa menggunakan uang. Penduduk darat berdoa agar para nelayan memperoleh banyak rezeki, sementara nelayan meminta agar tidak dimusuhi saat berada di darat. Acara ini kemudian diikuti dengan Beluncong, yang berlanjut dengan Nyalui, yaitu nyanyian untuk mengenang arwah leluhur yang sudah meninggal.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.