sejarah balai kota padang bangunan klasik yang kental dengan aroma kolonial - News | Good News From Indonesia 2024

Sejarah Balai Kota Padang, Bangunan Klasik yang Kental dengan Aroma Kolonial

Sejarah Balai Kota Padang, Bangunan Klasik yang Kental dengan Aroma Kolonial
images info

Balai Kota Padang yang berada di Jalan Mohammad Yamin, No.57, Kelurahan Kampung Jao, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang memiliki cerita panjang. Bangunan yang sudah terdaftar sebagai cagar budaya Provinsi Sumbar ini masih berdiri kokoh.

Dimuat dari Merdeka, pada awalnya kawasan Balai Kota Padang berada di Muaro Padang, yaitu Kantor Asisten Residen. Tetapi kegiatan para abdi masyarakat mulai padat, namun ruangan tersebut tidak memadai.

Siswa di Kota Padang Panjang Dipulangkan Akibat Abu Vulkanik dari Gunung Merapi

Karena itu muncullah keinginan untuk membangun suatu gedung balai kota atau Gemeente yang lebih baik. Pembahasan dan wacana pembangunan balai kota itu terus berlanjut hingga puncaknya pada 1910.

Setelah dilakukan perhitungan, anggaran biaya pembangunan mencapai 16 ribu gulden. Namun anggaran pembangunan itu tidak bisa dialokasikan Pemerintah Kota Praja. Karena itu pembangunan itu baru bisa melaksanakannya pada tahun 1917.

Mencari tempat

Tahun 1928, pemerintah kota praja resmi memindahkan tempat dari kantor Asisten Residen karena kondisi bangunannya yang sudah tidak layak. Sementara, pemerintah kota praka menyewa kantor di Sungang Bongweg atau di sekitar jalan Imam Bonjol.

Masih di tahun yang sama, Kota Padang mengalami depresi ekonomi yang menyebabkan harga tanah turun. Dari momen ini menjadi peluang bisa merealisasikan pembangunan balai kota yang representatif.

Pesantren Ramadhan di Kota Padang, Sarana bagi Siswa Sekolah untuk Dalami Agama Islam

Sampai pada akhirnya pembangunan pun berlangsung dan saat itu dirancang oleh Thomas Karsten yang ahli di bidang tata kota. Pada tahun 1936, bangunan balai kota yang baru run rampung dikerjakan dan siap untuk ditempati.

Bangunan masih orisinil

Wali Kota Padang pertama, Mr W M Ouwerkerk yang dipilih pada tahun 1928 menempati balai kota ini, Dia memimpin hingga tahun 1940 kemudian digantikan oleh D Kapteijn. Kemudian terus sampai masa kemerdekaan.

Dinukil dari Indonesia.go.id, kini bangunan tersebut masih bisa dijumpai dengan gaya khas kolonial yang masih orisinil. Pada bagian barat daya terdapat bangunan menara ada jam dinding di setiap sisi.

Merawat Serak Gulo, Tradisi Tebar Gula Masyarakat Keturunan India di Padang

Kemudian, bagian jendela terlihat berderet secara vertikal sehingga memunculkan kesan bangunan tinggi. Memiliki dua lantai, bangunan ini hampir seluruh sudutnya dilengkapi dengan ventilasi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.